Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2020

Semua Orang Bisa Menjadi "Superman"

Waktu kecil saya membayangkan betapa hebatnya jika saya bisa menjadi superhero macam Spiderman, Superman, Batman dan lainnya. Bayangan masa kecil saya dengan menjadi sosok-sosok itu saya bisa berbuat banyak, membantu sesama hingga membasmi kejahatan. Lalu saya bertanya dalam hati, apakah mungkin saya menjadi Superman? Apakah bisa menjadi Superman? Berkaitan dengan pertanyaan tersebut kemarin saya sempat menonton sebuah film berjudul A Man Who Was A Superman . Film yang sebenarnya sudah agak lama. Sudah diputar beberapa tahun lalu. Film ini mengisahkan tentang seorang produser wanita Song Soo-jung. Ia sering terlibat dalam pembuatan film yang mengisahkan tentang kisah hidup manusia. Ia punya ambisi untuk menjadi Oprah Winfreynya Korea. Suatu saat setelah sebulan tak mendapat gaji dia meninggalkan kantor dengan membawa kamera video kantor. Dia ingin membuat sebuah cerita yang menarik untuk ditayangkan. Saat dia sedang duduk-duduk di sebuah stasiun ada penjambret yang mengam

Membangun Lumbung Daya Di Lereng Merbabu

"Hidup bersama itu enak. Tidak butuh biaya, malah menghasilkan uang pemasukan." (Ahmad Bahrudin) Kesejahteraan sosial kuncinya kebersamaan dan keadilan. Komunitas bisa merasa sama berkat adanya lumbung yang menjadi sumber daya. Masyarakat produktif dengan dukungan lumbung. Nun di lereng Gunung Merbabu. Sekitar 3 kilometer dari Terminal Tingkir, Kota Salatiga. Persisnya di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, berdirilah komunitas Qoryah Thayyibah. Sesuai namanya, komunitas ini dimotori Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thayyibah. Jangan remehkan ”embel-embel” petani. Bisa jadi akan tercengang setelah menyaksikan berbagai kegiatan kelompok yang beranggotakan banyak petani ini. Mereka punya kegiatan penguatan sumber daya alam, perekonomian, hukum, dan pendidikan alternatif. Meski dekat dengan kota, namun suasana pedesaan Kalibening, Kecamatan masih terasa. Masih banyak sawah dan tegalan berundak-undak di sejumlah dusun di Kalibening. Namun jangan salah, teknologi kompu

Lelaki Penjaga Masjid Bayah

Bapak tersebut bergabung dengan kami. Pembicaraan awalnya hanya dimulai dengan sekedar basa-basi tentang keberadaan kami. Namun makin lama topiknya ternyata makin menarik. Dibalik sosok lelaki berpeci, dengan kacamata tebal, baju gamis lusuh dan sarung tersimpan beragam kisah yang membuat kami manggut-manggut mengikuti ceritanya. Lelaki itu kira-kira usianya jelang enampuluh tahun. Intonasi suaranya tegas. Dari cerita dan hal-hal yang disampaikan menunjukkan bahwa dia bukan orang sembarangan. Dia mengerti tentang batu-bara mulai dari proses perijinan, kelengkapan menambang, kualitas, cara menambang dan jenis-jenisnya. Pembicaraan tentang batu bara ini dipicu dari banyaknya tumpukan batubara yang kami lihat di sepanjang jalan menuju bayah. Di daerah Bayah menurut bapak ini memang penghasil batu-bara. Namun batu baranya belum terlalu tua selain itu kandungan sulfurnya juga tinggi sehingga kualitasnya masih jauh jika dibandingkan dengan batu-bara misalkan dari Kalimantan. Kalimant

Karangtaraje : Cerita Tentang Sepaket Rindu dan Senja

Ada satu tempat di Karang Taraje yang entah kenapa membuat saya terkesima. Bagian yang ada bukitnya, ada rerumputan, semak di pinggir, laut bebas dan matahari tenggelam. Tempat yang membuatku kembali terpesona akan Senja. Kembali merindu Senja, satu misteri yang selalu mempesona. Hari sudah mulai bergeser menuju senja. Angin berhembus makin kencang sementara dengan kondisi badan yang mulai melemah sudah terasa panas dingin disertai batuk-batuk. Angin laut terus saja menerpa. Seperti rencana semula setelah selesai membidik senja kami akan langsung ke Sawarna. Di warung tempat kami bertemu kombet ternyata sudah ada beberapa orang diantaranya bapak-bapak dengan logat Jawa. Bapak-bapak itu bercerita banyak tentang keindahan sawarna dan menganjurkan kami kesana. Ya kami memang akan kesana. Kami masih harus menunggu si Kombet. Sambil bersiap dengan barang-barang bawaan kami. Si kombet sedang mencari rekan untuk mengantar kami ke Sawarna. Tak berapa lama Kombet datang. Dengan hanya

Susan Magdalane Boyle dan Kisah Pencarian Pintu Sukses

Malam itu menjadi titik balik kehidupan Susan Magdalane Boyle (48 tahun) menemukan pintu suksesnya . Ia mengikuti sebuah audisi ajang pencarian bakat di Inggris Raya. Ketika pertama kali naik panggung banyak yang menyangsikan   wanita asal Skotlandia tersebut . Apalagi melihat tampilan secara fisik yang kurang sedap dipandang. D ewan juri waktu itu juga terkesan meremehkan. Salah seorang juri, Simon Cowell, langsung mengajukan pertanyaan kenapa baru kali ini ia ikut ajang. Maklumlah, usianya saat itu sudah menginjak 47 tahun. Bagi mereka yang sering mengikuti acara-acara pencarian bakat menyanyi, nama Simon tentunya tak asing lagi. Ia akrab dengan pertanyaan yang sinis dan menyerang peserta. Namun Susan tetap terlihat santai dalam menjawab pertanyaan Simon. Menurutnya memang baru kali ini ia berkesempatan tampil di ajang seperti ini dan ia akan memperlihatkan sisi lain darinya. Dalam ajang Britain's Got Talent 11 April 2009 itu wanita asal Blackburn, kota kecil

Berkunjung Ke Kampung Batik Girilaya

Memanfaatkan waktu senggang saya berkunjung Girilaya, sebuah dusun di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Jika dihitung jarak kurang lebih 25 km dari pusat kota Yogyakarta. Dengan menggunakan sepeda motor saya bersama seorang rekan menuju Girilaya. Tujuan kami adalah sentra kerajinan batik dan wayang. Meskipun beberapa tahun tinggal di Jogja namun saya belum pernah secara khusus melihat lebih dekat para pengrajin batik dan wayang. Tak susah menemukan Girilaya. Sebagai acuan bagi yang belum pernah berkunjung bisa langsung menuju terminal Giwangan. Dari terminal terbesar di DIY ini kita ambil saja jalan menuju Imogiri lurus menuju ke arah Selatan. Kurang lebih 20 km ada papan petunjuk menuju makam Girilaya. Tempat dimakamkannya Sunan Cirebon. Setelah menjumpai petunjuk arah kita ikuti saja petunjuk-petunjuk berikutnya. Sepanjang jalan desa ke arah Barat banyak tanda yang mampu mengantar kita sampai tujuan. Jika kondisi lancar dengan kecepatan santai jarak anta

Rumus Kebahagiaan Ternyata Sesederhana Itu

Langit Salatiga makin menghitam. Rintik-rintik hujan mulai membasahi Kota di lereng Merbabu ini. Tak mau terguyur air hujan saya dan istri mencari tempat berteduh. Karena kebetulan pas jam makan siang, kami singgah di tempat makan dekat Pusat Perbelanjaan Ramayana. Sambil menanti menu tersaji pandangan saya tertuju keluar, hujan makin deras saja. Saya kembali teringat materi Khutbah Jum'at hari ini, tentang hikmah. Isi ceramah ini saya akui mengena dengan diri saya khususnya. Ada begitu banyak peristiwa, kejadian yang seharusnya menjadi pelajaran khususnya bagi diri sendiri dan keluarga saya. Ada satu peristiwa menarik yang bisa jadi alasan bagi saya untuk selalu bersyukur. Beberapa waktu lalu sekira selepas Isya, rintik-rintik hujan masih jatuh di sekitaran Karanggede, tempat kami tinggal, namun karena di rumah tak ada sesuatu yang bisa disantap kami memutuskan keluar ke kaki lima tak jauh dari tempat kami. Ketika saya baru saja menyalakan motor di seberang jalan lewat seorang