Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2008

Kenapa Saya Menjadi Penulis....

Melihat tayangan Kick Andy di Metro tivi sore tadi serasa diri saya menemukan pembenaran atas apa yang selama ini saya jalani. Episode Lentera Jiwa menghadirkan sejumlah bintang tamu yang berputar haluan sebelum menjalani profesi yang mereka geluti kali ini. Ada Nugie yang memilih tak kuliah untuk berkarir dalam dunia musik, ada Bara Pattirajawane anak diplomat yang menjadi seorang koki dan masih banyak bintang tamu yang lain. Melihat pengalaman mereka saya seperti melihat cermin. Diri saya ada di mereka itu. Saya yang dulunya kuliah di teknik sipil memilih bidang lain yaitu bergulat dengan urusan tulis menulis. Satu profesi yang cukup jauh dari apa yang telah saya pelajari di bangku kuliah. Terus terang ada banyak orang yang mengatakan, "ah sayang..kuliah capek-capek kerjanya kok di bidang lain,".."loh sayang dong teknik sipilnya,"..dsb..dan ortu saya meski tak mengatakan langsung tak sepenuhnya mengiyakan pilihan saya ini. Tapi itulah sebuah pilihan. Ketika jiwa m

Lentera Jiwa

Lentera Jiwa By: Nugie Lama sudah kumencari apa yang hendak kulakukan Sgala titik kujelajahi tiada satupun kumengerti Tersesatkah aku disamudra hidupku? Kata-kata yang kubaca terkadang tak mudah kucerna Bunga-bunga dan rerumputan bilakah kau tahu jawabnya Inikah jalanku? Inikah takdirku? reff: Kubiarkan kumengikuti suara dalam hati Yang slalu membunyikan cinta Kupercaya dan kuyakini murninya nurani Menjadi penunjuk jalanku Lentera jiwaku

Ekspedisi Sawarna 10

Penat, lelah, pegal-pegal akhirnya terbayar oleh tidur semalam di rumah pak Hubaya. Pagi-pagi kami bangun dan merasakan sejuknya pagi hari di Sawarna. Dari lantai dua tempat kami menginap bisa kami lihat burung seriti beterbangan di atas persawahan. Ini Sawarna bukan Jakarta, tak ada asap knalpot tak ada kemacetan dan suara klakson. Sosok pak Hubaya memang low profile. Pagi-pagi mantan kepala desa Sawarna ini bahkan yang mendatangi kami dan ikut nimbrung ngobrol sana-sini. Ada banyak topik yang kami bicarakan diantaranya tentang pendatang di desa Sawarna. banyak diantara mereka yang berasal dari suku Jawa. Pak Hubaya juga banyak cerita tentang pengalamannya ketika berkunjung ke Jogja di daerah b antul bertemu dengan orang-orang asli pelabuhan ratu yang rindu akan kampung halamannya. Pagi-pagi sekali sarapan ternyata sudah disiapkan oleh bu Hubaya. Kami akan langsung sarapan dan menuju ke pantai mencari obyek-obyek menarik. Selain itu rencananya akan memotret bule yang sedang selancar.

Selamat Pagi Ibu kota...

Titik-titik air basahi Ibukota jelang datangnya bulan puasa. Mungkin agar tiap warga yang ada di dalamnya turut mendinginkan hati masuk dalam sejuknya suasana Ramadhan... Segar, menghirup udara pagi jakarta hari ini...detik-detik menjelang Ramadhan. Ada banyak kenangan dari bulan ini. Kebersamaan suasana puasa di kos-kosan mahasiswa. Ya beberapa tahun lalu di Jogja. Masih ingat ketika sahur betapa dengan menu seadanya bikinan anak-anak kos teramat nikmat. Satu lagi waktu itu saya selalu kebagian jadi seksi masak nasi. Hehehe..sebagai sesepuh harus bangun lebih awal dan bangunin anak-anak kos yang lain. Senior kasih contoh yang baik buat yunior. Rumah kos-kosan Pak Narto di Pogung Dalangan, di pojok Jogja memang menggoreskan kenangan. Kenangan lucu, sedih, dan bahagia. Kenangan lucu sekaligus sedih adalah saat saya yang nunggak uang kos harus sembunyi-sembunyi..hehehehe..harus main umpet-umpetan dengan bu kos dan pakai pengintaian segala sebelum kabur..hehehe..namun lucunya lagi ternyat

Road To Sawarna

Perjalanan Menuju Sawarna memang penuh dengan tantangan. tak hanya harus berjuang, berdesakan bahkan harus naik atap angkot. Satu hal lagi yang menarik adalah pengalaman naik ojek maghrib-maghrib dari karang Taraje menuju Sawarna.

Nasehat Ramadhan Buat Fathoni Arief

Fath, jujurlah kepada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan Ramadhan bulan ampunan. Apakah hanya menirukan nabi atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang menggerakkan lidahmu begitu. Fath, Ramadhan adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya untuknya dan tak akan ada yang tahu apa yang akan dianugerahkan kepadamu. Semua yang khusus untukNya khusus untukmu. Fath, Ramadan adalah bulan-Nya yang Ia serahkan kepadamu dan bulanmu serahkanlah semata-mata untuk-Nya. Bersucilah untuk-Nya. Bersalatlah untuk-Nya. Berpuasalah untuk-Nya. Berjuanglah melawan dirimu sendiri untuk-Nya. Sucikan kelaminmu berpuasalah. Sucikan tanganmu berpuasalah. Sucikan mulutmu berpuasalah. Sucikan hidungmu berpuasalah. Sucikan wajahmu berpuasalah. Sucikan matamu berpuasalah. Sucikan telingamu berpuasalah. Sucikan rambutmu berpuasalah. Sucikan kepalamu berpuasalah. Sucikan kakimu berpuasalah. Sucikan tubuhmu berpuasalah. Sucikan hatimu. Sucikan fikiranmu. berpuasalah..sucikan.... Fathoni,

Kembali Berkelana....

Kembali terbanglah sang elang..Dari Jawa Hingga Papua...Semangat...!!! Superman (It's Not Easy) I can't stand to fly I'm not that naive I'm just out to find The better part of me I'm more than a bird:I'm more than a plane More than some pretty face beside a train It's not easy to be me Wish that I could cry Fall upon my knees Find a way to lie About a home I'll never see It may sound absurd:but don't be naive Even Heroes have the right to bleed I may be disturbed:but won't you conceed Even Heroes have the right to dream It's not easy to be me Up, up and away:away from me It's all right:You can all sleep sound tonight I'm not crazy:or anything: I can't stand to fly I'm not that naive Men weren't meant to ride With clouds between their knees I'm only a man in a silly red sheet Digging for kryptonite on this one way street Only a man in a funny red sheet Looking for special things inside of me It's not easy to be me

Senandung Sunyi

"Kau masih ingat tidak, satu tekad yang dulu kau bawa ketika memutuskan datang ke kota ini?" , sesosok bayangan menamparku, menyadarkanku, tangan kuatnya mencengkeram, "Candak tali goci". "Ah, entahlah aku sudah lupa. Aku hanya ingin lanjutkan hidup, berburu kertas demi kertas berstempel Bank Indonesia," kataku. "Kau, memang sudah lupa. Atau kau memang sudah sengaja melupakan," pelan-pelan sesosok bayangan itupun melepaskan cengkeramannya padaku. Kini tubuhnya mulai terkulai. Tak segarang tadi terduduk, lemas bersandar di dinding. "Aku benar-benar tak tahu akan semua yang kau maksud. Benar. Yang kutahu aku lelah. Lelah dan lelah. Kau tahu kenapa?" "Yak, tentu saja aku tahu," bayangan itu hanya mendesah tak memprotes jawabanku. "Lalu apa artinya dengan perjalanan yang selama ini kau lakukan? yang kau dengungkan? Sudah hilangkah berlembaran cerita yang katamu selalu bisa menginspirasi, jadi sebuah pelajaran. Atau semua omon

Tetap Tegakkan Dirimu Sang Elang

Bila Kutitipkan Bila kutitipkan dukaku pada langit Pastilah langit memanggil mendung Bila kutitipkan resahku pada angin Pastilah angin menyeru badai Bila kutitipkan geramku pada laut Pastilah laut menggiring gelombang Bila kutitipkan dendamku pada gunung Paslilah gunung meluapkan api. Tapi Kan kusimpan sendiri mendung dukaku Dalam langit dadaku Kusimpan sendiri badai resahku Dalam angin desahku Kusimpan sendiri gelombang geramku Dalam laut fahamku. Ku simpan sendiri Oleh : Gus Mus

Kepak Sayap Sang Elang

Pada suatu masa seorang Pramoedya Ananta toer pernah berkata, "Tuhan jika kau anggap aku sudah tak berguna ambilah nyawaku,". Dalam keputusasaan seseorang yang terbelenggu. Namun garisan takdir hidup dan mati memang benar-benar ada di tangan yang paling punya kuasa. Dengan berbagai belenggu, penyiksaan, penahanan, ternyata tak menghentikan detak jantung dan nafasnya. Pramoedya terpisah dari jiwanya di usia senja. Benar, saat ia sudah mulai tak bisa berproduksi, saat tangan taks sekuat dulu saat pendengaran sudah jauh berkurang. Apa gunanya hidup jika tak bermanfaat bagi orang di sekitarnya? Bahkan seringkali menjadi benalu. memanfaatkan apapun demi kepentingan semata. Saling menyakiti bahkan terkadang atas nama Tuhan menyakiti seseorang. Bukankah hidup itu sendiri adalah sebagai pembawa kebaikan bagi yang lain? Begitu pula dengan saya. Semoga meski tak banyak yang bisa saya lakukan setidaknya tak membawa keburukan bagi yang lainnya. Hidup dan mati sudah tergaris tak perlu unt

Orang Aneh Bertemu orang-orang aneh

Enaknya kasih nama siapa ya...tapi kayaknya belum ada yang pas selain orang aneh saja sesuai dengan dirinya menyebut dirinya sendiri. Alkisah si orang aneh protes namanya tak tercantum di blog list. Lho namaku kok ga ada? wakakaka. Wong blog saja belum punya kok harus ditampilin. Akhirnya si gadis aneh begitu dia menyebut dirinya belajar bikin blog dan dengan sedikit memaksa (mekso banget malahan). Akhirnya jadi deh blog dari si gadis aneh . Jadi blog..wekekeke namanya orang aneh..masih saja protes..yah emang yang waras harus ngalah.. Sebuah sajaku juga sempat diculik dan dipas-pasin sama kisahnya..dasar orang aneh FAJAR Matahari Tersenyum.. Kau Datang Lontarkan Satu Senyuman Satu Tanda Tanya Datang Padaku Tentang Apa Arti Senyuman Itu Yang Kutahu Kau Sang Fajar Berikan Senyuman Hangatkanku dari Dinginnya Cerita Kemarin Aku Yang Beku Terluluhkan Oleh Sang Fajar Tapi Waktu Terus Saja Berputar Dan Tak Selamanya Hari Adalah Fajar Dasar orang aneh..awalnya protes..t

Dari Lagunya James Blunt

My life is brilliant. My love is pure. I saw an angel. Of that I'm sure. She smiled at me on the subway. She was with another man. But I won't lose no sleep on that, 'Cause I've got a plan. You're beautiful. You're beautiful. You're beautiful, it's true. I saw your face in a crowded place, And I don't know what to do, 'Cause I'll never be with you. Yeah, she caught my eye, As we walked on by. She could see from my face that I was, Flying high, And I don't think that I'll see her again, But we shared a moment that will last till the end. You're beautiful. You're beautiful. You're beautiful, it's true. I saw your face in a crowded place, And I don't know what to do, 'Cause I'll never be with you. You're beautiful. You're beautiful. You're beautiful, it's true. There must be an angel with a smile on her face, When she thought up that I should be with you. But it's time to face the truth, I

Suatu Malam Di Jakarta

Staring through a window Standing outside, they're just too happy to care tonight I want to be like them But I'll mess it up again I tripped on my way in And got kicked outside, everybody saw... And I know that it's a wonderful world But I can't feel it right now (James Morrison Wonderful World) Gemerlap malam ibu kota mengepungku. Lampu kota yang menyilaukan, kerlap-kerlip lampu hias menyambut kemerdekaan, belum lagi tebaran sinaran dari gedung-gedung pencakar langit seperti bayanganku akan "seribu kunang-kunangnya" Umar Khayam. Malam itu selepas acara di MU Cafe, di depan pusat perbelanjaan yang cukup melegenda ( baca : Sarinah) kulihat salah satu wajah ibu kota. Satu keindahan suasana malam sekaligus bayangan semu yang seringkali jadi pemikat pendatang ( termasuk aku). Sengaja saya tak bawa motor. Males dengan kemacetan sore hari apalagi kondisi badan masih belum fit setelah beberapa hari sebelumnya travelling dengan medan yang lumayan. Jam sembilan lebih.

Ekspedisi Sawarna 4

Ternyata meski hanya di emperan masjid tanpa karpet, tanpa tikar kami bisa tidur cukup pulas juga hingga suara adzan Subuh membangunkan kami. Kamipun beres-beres, bersih-bersih diri meskipun sekedar cuci muka dan wudhu, sebelum akhirnya ikut sholat berjamaah di masjid itu. Selesai ikut jamaah Subuh saya sempat ngobrol dengan bapak-bapak yang katanya ayah dari pengurus masjid ini. Bapak tua itu cerita banyak tentang masjid, kegiatan-kegiatan pengajian yang dia ikuti dan sejarah masjid yang katanya dibangun oleh pemilik minimarket yang terletak berdampingan dengan masjid. Yang membangu masjid ini justru seorang wanita tua keturunan China non muslim yang hidup sendiri dan kaya raya. Setelah merasa cukup dengan beberes perlengkapan kami pamit dan segera mencari angkot. rencananya tujuan kami ke Cisolok karena disana banyak sekali penjual makanan. Waktu baru menunjukkan pukul setengah enam kurang jadi masih terlihat gelap. Tak perlu lama-lama menunggu angkot. Sebuah angkot tujuan Cisolok b

Ekspedisi Sawarna 3

Tak seperti perjalanan pada siang hari, waktu tempuh di malam hari bisa lebih singkat. Dengan kondisi jalanan yang relatif sepi bis bisa melaju dengan cukup kencang. Meski sebenarnya ngeri juga, soalnya ada beberapa ruas jalan setelah Cibadak dimana kanan-kirinya adalah jurang. namun saya harus menikmatinya ...Ini Petualangan Bung! Tengah malam bus MGI telah tiba di Terminal Pelabuhan Ratu. Ternyata benar kata Opi tentang serbuan tukang ojek. Belum sampai turun dari bus belasan bahkan mungkin lebih dari 20 sudah mengepung kami. Satu demi satu mereka tawarkan jasa Ojek pada tiap-tiap penumpang yang turun dengan segala cara. Kami terus saja berjalan, mencari masjid yang ada di sekitar sini. Dalam beberapa meter dari bis tukang ojek terus menyerbu kami. Mereka seperti tak pernah menyerah, tak henti-hentinya. 2 tukang ojek tawarkan di belakang menunggu, gagal belakangnya menyusul dan seterusnya. Mereka bertubi-tubi datang seperti nyamuk-nyamuk yang mengepung mangsanya. Mungkin saja yang me

Ekspedisi Sawarna 2

Tak beberapa lama kemudian kereta Bogor Eksprespun tiba. Opi sudah bersiap dengan koran yang ia beli. Kami memilih duduk di lantai saja dengan alas koran. Keretapun melaju, kami habiskan waktu dengan berbagai macam topik diskusi diantaranya tentang kerjaan..... Habiskan waktu dengan diskusi, dengan mengobrol, tak terasa sejam perjalanan Jakarta-Bogor. Sekira jam delapan malam kereta api sudah tiba di stasiun Bogor. Tak menunggu lama kami langsung mencari angkutan tujuan terminal Baranangsiang. Jarak antara stasiun dengan terminal tak begitu jauh makanya tak sampai setengah jam kami sudah berada di depan terminal. Di tempat biasanya bis tujuan Pelabuhan Ratu mangkal masih ada 2 bus MGI kelas ekonomi. Opi sempat bertanya pada kondektur dan ternyata itu adalah 2 bus terakhir ke Pelabuhan ratu malam ini. Dari info kondektur kami masih cukup waktu untuk makan malam dan istrihat sejenak. Kami pilih tempat makan malam tak jauh dari tempat bus mangkal untuk jaga-jaga agar tak ketinggalan bis.

Semalam Di Qoryah Thayyibah 5

Untung saja saya menginap di Qoryah Thayyibah, ada banyak hal yang saya dapatkan. Ada banyak sosok-sosok sederhana yang saya kenal mulai dari Mas Toha pendamping, Ulum salah seorang siswa, Mbah Lam penjual nasi yang ada di dekat sekolah, Pak Ridwan orang tua Fina, Pak Wahab, Pak Jono, Puji siswi kelas 1 SMA, Fajar dan masih banyak lagi. Hari kedua di Q-Tha saya juga berkenalan dengan 2 orang Mahasiswa Pasca Sarjana Sosiologi dari UGM, Hendra da n temannya. Mereka sedang mencar i bahan untuk proyek tesisnya. Bersama kedua orang itu saya mendengar banyak hal dari Pak Din. Tak hanya mengenai pendidikan namu n ju ga masalah sosial dan keadilan. Satu hal yang menarik adalah konsep lumbung dan lear ning society. Salah satu pemikiran dari Pak Din diantaranya : Kami mencita-cita hidup bersama ada keadilan. Tidak saling mengeksploitasi. Kalau mengatakan saya ingin jadi majikan itu kan ada benih2 kejahatan. Seperti itu khas kapitalistik. Tetep harus ada korban. Biar sukses di usaha bakso misalny

Semalam Di Qoryah Thayyibah 4

Sang Surya belum sepenuhnya tampakkan diri, saat sekelompok anak, sebagian besar memakai seragam biru putih, dari desa Kalibening menuju sebuah bangunan berlantai 3 yang masih dalam tahap pembangunan. Mereka menuju lantai dasar bangunan tersebut menuju sebuah ruangan mirip aula berukuran kurang lebih lima kali sepuluh meter yang di pinggirnya tertata beberapa unit komputer. Di ruangan itu ada juga satu set drum, buku yang dipajang dan peralatan lainnya. Nampaknya mereka bukanlah yang pertama kali datang. Di ruangan tersebut sudah ada beberapa orang anak ada yang memakai seragam ada yang tidak. Lukman, 14 tahun salah satu dari anak yang berada di ruangan itu. Dengan memakai sarung dan peci khas pesantren ia asyik menjelajah dunia maya. Tampak ia sedang mengutak-atik friendster, sebuah situs pertemanan di dunia maya. Sementara anak-anak yang lain juga asyik dengan komputernya masing-masing. Karena jumlah unit komputernya masih terbatas yang tidak kebagian berdiri dan ada yang duduk di s

Semalam Di Qoryah Thayyibah 3

"Q-tha itu lebih pada komunitas belajar sehingga bukan sekolah. Kami lebih suka memaknai pendidikan itu sebagai belajar. ”Belajar”nya itu sebenarnya sehingga anak-anak itu benar-benar menjadi subyek belajar bukan obyek pengajaran. Salah satunya memang melalui lembaga persekolahan," Ahmad Bahrudin. Ternyata banyak hal menarik yang kudapat dari wawancara awal dengan Pak Din. Ada banyak hal yang selama ini belum pernah saya jumpai. di Q-tha saya banyak temukan hal baru diantaranya tentang sekumpulan anak-anak luar biasa yang bertumbuh kembang jadi manusia-manusia terpelajar meski tak menempuh jenjang pendidikan resmi. Hampir sejaman saya mendengar banyak hal dari Pak Din bersamaan dengan 3 orang tamu dari Jakarta.Ada rombongan dari Jakarta yang katanya sedang studi banding. Katanya mereka ingin mendirikan home schooling. Pak Din menunjukkan saya hasil karya anak-anak Q-Tha. Ada banyak judul buku, Video, dan film yang telah dihasilkan oleh mereka. Saya sempat dikenalkan dengan s

Semalam Di Qoryah Thayyibah 2

Bis terus melaju..tak terasa satu setengah jam perjalanan terlewati dan mulai memasuki kota Salatiga.. Tujuan utama di Salatiga adalah berkunjung ke Sekolah Alternatif Qoryah Thayyibah. Ini kali pertama saya datang ke tempat tersebut. Sebelumnya saya hanya membaca dan mendengar cerita tentang sekolah alternatif itu. Bekal utama sebagai petunjuk mencari lokasi sekolah Qoryah Thayyibah adalah hasil pencarianku di internet kemarin. "Kalibening" dekat terminal, nama tempat itu yang teringat. Makanya sepanjang perjalanan saya melihat tanda petunjuk di kiri dan kanan. Tak lama melintasi jalanan kota mata saya melihat petunjuk arah "Kalibening", langsung saja saya minta turun di sebuah pertigaan. "Pertigaan tersebut lebih dikenal masyarakat sana sebagai pertigaan ABC". Dari pertigaan tersebut saya memutuskan istirahat sebentar di sebuah warung Bakso. Lumayan dari pagi belum sarapan. Sebenarnya tak hanya istirahat saja tujuan saya mampir di warung tapi sekalian nu

Semalam Di Qoryah Thayyibah 1

Setelah sempat bangun agak kesiangan..mungkin akibat kondisi tubuh yang makin letih hampir seminggu di Semarang. Saya berkemas dan bersiap menuju Kota Salatiga. Baru pertama kali ini saya pergi ke Salatiga. Dari informasi yang saya dapat jalur ke Salatiga hampir sama yaitu cari saja bus yang menuju ke jalan depan BPPLSP, cari saja tujuan Solo pasti lewat Salatiga. Berangkat dari Simpang lima saya sempat "nyasar" gara-gara salah naik angkot. Tapi untung juga sekali lagi saya menikmati sebuah perjalanan. Ada cerita menggelitik yang saya dapat dari si sopir. Si sopir angkot itu rencananya malam mau "mendhem" bareng. teman di sampingnya nanya di mana? di sebuah tempat saya lupa namanya katanya dalam rangka tasyakuran manten..wuih istilah tasyakuran dipadukan dengan "mendhem". Sebelum nyasar terlalu jauh saya berhenti di sebuah pasar dan berjalan mungkin sekiloan menuju tugu muda. Tak lama menunggu ada bus jurusan banyumanik lewat dan segera saja saya naik bus

Catatan Dari Semarang 4

Hidup Itu Selalu Berputar Terkadang Di Atas dan Terkadang Di Bawah... Setelah merasakan bagaimana tidur di Mushola kemudian berlanjut ke hotel alakadarnya di hari ketiga semuanya makin membaik..hehehe..Kami berpindah lokasi tugas. Setelah 2 hari di Semarang Selatan hari ketiga kami meliput sekaligus mengikuti acara di Hotel Horison dekat Simpang Lima Semarang. Ternyata kami tak sekedar meliput tapi juga terdaftar sebagai peserta wah makanya kami harus rajin ikut setiap sesi meskipun sebenarnya menurut saya sangat-sangat membosankan. Tapi lumayanlah soalnya bisa tidur di kasur yang lebih empuk..hehehe..satu lagi kami beruntung letak kamar kami bisa melihat simpang lima dari atas. Selama 3 hari kami berada di Hotel Horison. Meliput semua kegiatan yang ada di sana hingga hari ketiga setelah acara penutupan. Penutupan diselenggarakan di Balai Kodam Diponegoro di daerah Watugong. Acaranya sangat meriah ada orkestra, hiburan musik dan sajian guyonan dari grup lawak Cagur. Acara selesai tapi

Catatan Dari Semarang 3

Pagi-pagi sekali sebelum adzan saya terbangun oleh suara pintu yang dibuka. Eh ternyata waktu berjalan dengan cepat, rasa letih yang luar biasa membuat saya bisa terlelap dimana saja. Sayapun terbangun, ambil air wudhu dan jalankan Sholat Subuh. Karena masih terkantuk-kantuk menunggu orang keluar dari Mushola untuk lanjutkan tidur sejenak. Lumayan dapat tambahan sejam istirahat lagi. Jam enam kurang corong dari sekretariat sudah berbunyi. Bagi para peserta Jambore diharap segera kumpul katanya jam 7 semua akan menuju BPLSP Ungaran tempat dilaksanakan berbagai perlombaan. Meski masih mengantuk saya paksakan diri bangun menuju kamar mandi yang berada di depan sekretariat. Segar juga rasanya, udara disini memang lebih enak jika dibanding dengan Jakarta. Setelah mandi, sarapan kami membaur dengan peserta masuk di salah satu bus menuju ke BPLSP Ungaran. Suasana di BPLSP cukup ramai dan meriah. Ada banyak umbul-umbul warna-warni dan spanduk ucapan selamat datang bagi peserta Jambore. Ada sem

Catatan Dari Semarang 2

Sepanjang perjalanan menuju Srondol ada banyak hal menarik yang kujumpai. Menarik karena mungkin baru kali ini saya berkeliling Semarang, sendiri. Ternyata pilihan yang tadi saya buat untuk menggunakan angkutan umum tak salah. Sebenarnya di Stasiun saya sempat mendapat tawaran sewa kendaraan atau taksi. Dari informasi mereka katanya medan ke Srondol cukup berat, jalan menanjak dan macet. "Mendengar cerita seperti itu dalam hati saya tertawa semacet apa sih? Lebih parahkah jika dibanding kemacetan di Jalan Gatot Subroto atau Jalan Pasar Minggu Di Jam pulang Kerja?". "Menikmati sebuah perjalanan", Ada banyak hal dan cerita yang kudapat dari obrolan supir, kenek, dan kejadian-kejadian kecil yang kulihat di jalan. Ada cerita tentang tukang copet yang mangkal di jalur tertentu, hingga cara-cara konyol mendapat penumpang di jalan. Menikmati perjalanan serasa berada di daerah sendiri. Tak sampai sejam bis sudah sampai di Srondol. Tujuan saya ke LPMP Jawa Tengah, tak jauh

Catatan Dari Semarang 1

Cukup mengasyikan perjalanan menuju Semarang via kereta api. Dari jarak dekat pantai Utara Jawa sajikan pemandangan sepertisebuah layar yang terpajang di kiri tempat dudukku. Enam jam perjalanan di atas gerbong Argo Muria mengantarku jejakan kaki ke bumi Semarang. Stasiun Tawang, tempat di kota pinggir pantai yang pertama kali terinjak oleh sepatuku. Selamat datang di Semarang..! Rencananya saya akan berada di kota ini hingga Minggu atau Senin. Ada sebuah acara yang harus saya ikuti berkenaan dengan kerjaan yang saya geluti. Seperti biasanya di tempat saya singgah saya selalu tergoda untuk menikmati sajian makanan khas pinggir jalan. Kali ini saya mencoba soto. Soto yang terletak di depan stasiun. Rasanya lahap sekali nikmati hidangan soto depan stasiun itu, Apalagi sedari pagi perutku hanya terisi makanan servis dari kereta Argo Muria yang hanya "nylempit" di pojok lambungku. Lumayan juga, apalagi ditambah dengan beberapa tempe goreng dan segelas es teh. "Nikmat" l

MELAHIRKAN ATLET KELAS DUNIA DARI OLIMPIADE OLAHRAGA SISWA

“We are the champions - my friends And well keep on fighting - till the end - We are the champions...we are the champions No time for losers cause we are the champions - of the world –“ LENGKINGAN suara Anik, siswi SLB Jawa Timur memenuhi ruangan Istora Senayan Jakarta, awal Agustus lalu. Lantunan lagu ”We are the Champion” milik grup musik legendaris Queen yang dia bawakan, seakan menggetarkan hati para peserts Olimpiade Olahraga Siswa Nasional dan undangan yang hadir pada acara pembukaan.