IPUH, satu kecamatan di Bengkulu Utara, siang itu begitu terik. Selepas berjalan lebih dari 100 km kendaraan yang kami tumpangi berhenti di sebuah pom bensin. Sekedar istirahat, bersih-bersih dan menjalankan ibadah Sholat dhuhur. Selepas Sholat saya dan seorang bergabung dengan dua rekan lain yang tengah duduk-duduk di teras yang cukup teduh. Seorang penjual es campur ternyata ikut nimbrung sambil menyajikan pesanan es dalam gelas plastik. Penjual es campur, dengan sepeda motor bebek dan dagangan yang diletakkan di tempat di kiri kanan dengan dudukan khusus dari kayu. Bapak penjual itu kuperkirakan usianya baru 40an awal. Tingginya sekitar 165 dengan kulit coklat sawo matang dan kumis di wajahnya. Kerna cuaca yang memang cucup terik, melihat segelas es campur dingin sayapun tergoda turut memesannya. Ya si bapak meracik lagi 2 gelas es campur. Tak lama es campur sudah siap saji. Memang segar rasanya. Apalagi es campur itu tanpa pemanis buatan. " Asli mas, tanpa pemanis b
Sebuah Catatan Perjalanan Anak Kampung