Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2010

Balada Tukang Ojek

Jaket kulit warna hitam begitu lekat dengan profesi ini. Profesi yang saat ini sangat mudah kita jumpai tak hanya di kota-kota besar di pelosok-pelosok keberadaannya menjamur. Profesi yang seringkali kita butuhkan tapi tak jarang pula menyebalkan dan menjengkelkan dengan segala perilaku dan tindakannya. Tak seperti yang tercatat di tiket kereta Argo Dwipangga tiba di stasiun Jatinegara empatpuluh lima menit lebih lama. Perlahan kereta menghentikan lajunya dan segera belasan orang berbaju kuning menyerbu pintu-pintu kereta. Mereka menawarkan jasa mengangkat barang bawaan dari penumpang. Saya berjalan melintasi portir, melewati calon-calon penumpang yang tidur, duduk dan istirahat di lantai stasiun menuju pintu keluar di sisi Barat. Baru saja mendekati pintu keluar deratan sopir taksi dan tukang ojek langsung menawarkan jasanya. Saya melihat sekitar dan menerima tawaran seorang tukang ojek. Segera si tukang ojek mengajak saya mengikutinya dan menyerahkan helm standar SNI. Diantara dereta

Sisi Lain Jakarta

Interaksi antara penjual dan pembeli di pasar tradisional /doc.Fathoni Arief Peristiwa Sabtu pagi kemarin masih terngiang-ngiang di ingatan saya. Saya dan beberapa orang rekan naik angkot dari Pasar Senen menuju Pasar Baru. Pagi itu di beberapa ruas jalan memang masih sepi. Ketika angkot merapat di jalan samping gedung Departemen Keuangan lapangan Banteng perhatian kami tertuju pada sebuah angkot lain di belakang yang dipaksa berhenti oleh seorang pengendara bermotor. Pengendara bermotor nampak emosi, sambil berteriak dan menunjuk-nunjuk sesuatu. Berusaha menghentikan si sopir dilemparlah sebuah helm warna merah di sisi kanan mungkin saja berdekatan dengan roda depan. Namun hal tersebut bukannya membuat sopir berhenti untuk membicarakan semuanya dengan baik-baik angkot tersebut langsung melaju dan suara “krak” sebuah helm warna merah hancur berkeping-keping. Raut wajah pengendara motor makin memerah. Dengan terburu-buru dia nyalakan motor yang terhenti di tengah jalan dan m

Pantang Pulang Sebelum Mendapat Uang

doc.Fathoni Arief “ Syahara kasihku kau menyinari ruang hidupku Sedihnya bersamamu mengenang di hatiku Syahara Syahara sayangku mengukir indahnya bersamamu Jalinan rasa rindu memburu di hatiku Syahara….,” Sayup-sayup saya mendengar alunan lagu dangdut syahara di dalam gerbong KRL ekonomi tujuan Bogor. Dua orang bocah perempuan kecil dengan membawa kotak tape dengan suara paraunya menyanyikan lagu yang cukup familiar bagi saya. Lagu yang sering saya dengar tiap kali naik bis antar provinsi. Sepanjang perjalanan dari kota kelahiran menuju Jakarta awak bus memutar keping disk yang berisi video konser-konser dangdut. Artis-artis lokal biasanya yang tampil dengan busana yang terkadang seronok. Berbeda dengan lantunan yang sering diputar dalam bus, di dalam gerbong KRL yang melaju suara anak kecil tersebut beradu dengan bunyi mesin kereta dan hiruk pikuk di dalamnya. Masih di gerbong yang sama perhatian penumpang tertuju pada seorang pedagang. Bapak-bapak, umurnya saya perkirakan 40an. Lela