Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2007

Status Sosial Dan Ketulusan

Perlahan tapi pasti kakiku terus bergerak langkah demi langkah menyusuri jalanan kota tua Mojokerto. Sebuah pengalaman baru sekilas mirip dengan adegan dalam sebuah film. Tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika laju kereta yang tadi kuanaiki tiba-tiba kencang saat aku loncat dari kuda besi itu. Menelusuri kota tua ini mengingatkanku pada novel Gadjah Mada yang telah aku lahap. Bayanganku seakan-akan diajak kembali di masa lampau saat era kejayaan kerajaan Majapahit. Sosok-sosok Gadjah Mada, Tanca, Diah Wiyat, Diah Menur, Pradhabasu dan masih lagi tokoh lain perpaduan antara fiksi dan sejarah yang membuatku terkagum-kagum dan cukup terkesima dengan masing-masing karakter yang dimilikinya. Rasa penasaran membayangkan betapa cantiknya seorang Diah Wiyat yang membuat Tanca terkesima hingga akhir hayatnya. Sebuah pengalaman baru dengan kereta bisnis jurusan kota pahlawan itu. Sebuah lagu lama bagaimana informasi salah yang kupercaya hamper saja berakibat fatal buatku. Tapi sudahlah t

Yang Tegak Berdiri Diantara Puing Bangunan

Daerah Istimewa Yogyakarta, tempat yang banyak menyimpan warisan leluhur; Nilai-nilai budaya peninggalan nenek moyang. Di sini juga sejarah pernah mencatat berdirinya kerajaan Mataram Islam. Kerajaan yang pernah mengalami masa keemasan di era kepemimpinan Raden Mas Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Saat Mataram dipimpin oleh Sultan Agung ada begitu banyak pencapaian-pencapaian yang diperoleh. Sultan Agung merupakan raja yang menyadari pentingnya kesatuan di seluruh tanah Jawa. Di samping dalam bidang politik dan militer, Sultan Agung juga mencurahkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upayanya antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Kerawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas serta subur. Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesiaasli dengan Hindu dan Islam; akulturasi. Salah satu contoh proses akulturasi budaya adalah Garebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan hari kelahira

Bagaimana Berakhirnya Rasa?

Bunyi gemericik air terus saja terdengar di segala penjuru. Dari sebuah pancuran di dekat sebuah gubuh reot pinggir sawah itulah asal dari bunyi tersebut. Sesekali yang terdengar bunyi yang agak keras seperti air yang disemburkan. Seorang lelaki kurus dengan kulit agak hitam terbakar matahari terlihat duduk termenung di sebuah gundukan tanah di bawah sebuah pohon dekat pancuran tersebut. Dalam lamunannya ia pandangi hamparan sawah luas dengan tanaman padi yang mulai menguning. Sebentar lagi mungkin tak sampai satu bulan sawah ini siap untuk dipanen. Sawah yang cukup luas dengan latar belakang rentetan pegunungan yang sudah beberapa tahun ini ditambang untuk dijadikan sebagai bahan bangunan. Di pinggir sawah juga bisa dilihat beberapa batang pohon mangga dan tanaman yang nampaknya juga sudah siap untuk dipanen. Semuanya menyatu sebagai satu pemandangan yang sangat menakjubkan, hamparan padi menguning dengan naungan awan biru di langit. Lelaki itu selalu saja duduk termenun

CERMIN RETAK

Tertegun di keheningan malam. Suasana begitu sunyi, senyap, yang terdengar hanyalah hembusan angin dan detik jarum jam dinding yang memecah keheningan malam. Sesekali terdengar suara kucing yang mengeong mencari pasangan kawinnya . "tik…tik…tik..tik….tik…." Bunyi jarum berdetak sesuai dengan iramanya yang teratur selalu saja detik demi detik. Suara yang memecah keheningan malam. Hening benar-benar hening, tanpa ada aktivitas manusia. Jarum panjang jam dinding sudah menunjuk angka enam dan yang lebih pendek berada di antara angka dua belas dan satu. Tengah malam menjelang pagi suasana yang lengang di hampir setiap sudut kota . Kalaupun ada yang masih ramai dengan aktivitasnya adalah mereka yang menghabiskan malam di warung-warung angkringan yang tersebar di pojok-pojok kota budaya ini. Kota ini; Yogyakarta ; kota pelajar yang makin dipadati oleh para pendatang, memang lebih indah jika dilihat pada saat malam hari. Saat suasana sunyi senyap telah menyelimuti sisi kota

Ruang Terdalam

Hari ini tepat sebulan sejak pengesahan surat keputusan itu. Sebuah kebijakan terbaru di sebuah Universitas tua. Sebuah keputusan yang cukup kontroversial tak heran berbagai reaksi muncul dalam menanggapi hal itu. Ada yang setuju, ada yang jelas-jelas menolak dan ada pula yang diam acuh tak acuh tak peduli lagi dengan yang terjadi. Berita hebohnya surat keputusan itupun sempat masuk menjadi berita utama di berbagai media cetak maupun elektronik baik lokal maupun nasional. Pemberitaan yang membuat universitas tua ini telah menjadi seperti seorang selebritis dalam infotainment . Ada berbagai macam tipe orang dengan karakternya masing-masing yang ada di universitas ini. Ada tipe mereka yang secara jelas-jelas menjadi musuh dari para mahasiswa gara-gara mereka kebetulan menjadi pemegang kebijakan, ada mereka yang tak jelas posisinya dan ada yang mati-matian membela mahasiswa dan mengatas namakan keadilan. Bagaimanapun orang-orang yang ada di dalamnya menjadi pewarna citra dari Univ

Superhero dari Negeri Antah Berantah

Beberapa hari terakhir di kota ini begitu hingar-bingar demam akan sosok Superhero. Sosok manusia super yang mampu keluarkan jaring laba-laba dan kekuatan luar biasa. Entah kenapa sosok itupun juga turut pengaruhi fikiran dan angan-anganku. Seandainya aku jadi manusia super seperti tokoh Peter Marker(bukan Peter Parker) dalam cerita tersebut. Angan-angan mirip waktu aku masih anak ingusan. Angan-angan menjadi sosok Superhero. Sesuatu yang membuatku terinspirasi namun juga menggelitikku. Seperti saat ini diperempatan pandanganku tertuju pada sosok superhero yang terpajang di sudut perempatan. Sang Superhero dengan kostum kebanggaan berpose menunjukkan kemampuan supernya. Sang Superhero begitu banyak sosok yang dipuja banyak orang hingga mampu menyedot animo masyarakat memenuhi semua bisokop yang ada di kota ini bahkan sempat terdengar bajakannyapun telah beredar dan bisa didapatkan di rental-rental. Tergila-gila dengan sang superhero, begitulah apa yang sekarang terjadi pada khl

Bintang Terindah

Bus dalam kota telah membawaku menuju stasiun kota itu. Sebuah tempat yang selalu saja membuatku tersenyum mengingat kembali peristiwa lebih dari enam bulan yang lalu. Kisah yang masih saja tersimpan rapi dalam album kenanganku. "Pak kiri!", teriakku pada sopir bus Bis itupun berhenti di perempatan jalan dekat stasiun di kota tua ini. Aku melangkah menyusuri jalan menuju tempat perhentian kereta tersebut. Sayup-sayup di sebuah rumah dekat tukang becak mangkal kudengar lagu Bang Iwan Fals ijinkan aku mencintaimu . Lagu yang selalu membuatku kembali tersenyum. Lagi-lagi masih berkaitan dengan peristiwa enam bulan yang lalu. Sudah lebih dari setengah jam aku menunggu di stasiun Lempuyangan. Salah satu dari dua stasiun di Yogyakarta . Stasiun yang lain adalah Tugu, tetapi disana hanya untuk perhentian kereta kelas bisnis dan eksekutif. Kereta Api ekspress Pasundan yang kutunggu-tunggu belum juga datang. Seingatku saat terakhir kali naik kereta seharusnya jam setengah