Skip to main content

Berkunjung Ke Kampung Batik Girilaya

Proses Pembuatan Batik Tulisa
Memanfaatkan waktu senggang saya berkunjung Girilaya, sebuah dusun di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul. Jika dihitung jarak kurang lebih 25 km dari pusat kota Yogyakarta.

Dengan menggunakan sepeda motor saya bersama seorang rekan menuju Girilaya. Tujuan kami adalah sentra kerajinan batik dan wayang. Meskipun beberapa tahun tinggal di Jogja namun saya belum pernah secara khusus melihat lebih dekat para pengrajin batik dan wayang.

Tak susah menemukan Girilaya. Sebagai acuan bagi yang belum pernah berkunjung bisa langsung menuju terminal Giwangan. Dari terminal terbesar di DIY ini kita ambil saja jalan menuju Imogiri lurus menuju ke arah Selatan. Kurang lebih 20 km ada papan petunjuk menuju makam Girilaya. Tempat dimakamkannya Sunan Cirebon. Setelah menjumpai petunjuk arah kita ikuti saja petunjuk-petunjuk berikutnya. Sepanjang jalan desa ke arah Barat banyak tanda yang mampu mengantar kita sampai tujuan. Jika kondisi lancar dengan kecepatan santai jarak antara Jogjakarta hingga Girilaya bisa ditempuh dalam jangka waktu kurang dari setengah jam. 

Melawati jalan Imogiri saat ini bayangan saya kembali teringat dengan kejadian di pertengahan tahun 2006 ketika bumi Jateng dan DIY berguncang. Dulu di sepanjang jalan Imogiri ke arah Selatan nampak jelas rumah-rumah yang mengalami kerusakan mulai dari rusak berat hingga ringan. Pemandangan yang saat ini nyaris tak menunjukkan daerah yang pernah mengalami bencana gempa bumi.

Wukirsari, saat ini memang sudah menjadi desa wisata. Ada berbagai macam obyek yang menjadi andalan mulai dari wisata reliji, wisata pengobatan, wisata alam dan kerajinan. Wisata reliji yang menjadi obyeknya adalah makam Sunan Cirebon selain ada juga beberapa tokoh lain. Mirip dengan makam raja-raja mataram di daerah Imogiri menuju makam Girilaya juga harus melewati anak tangga meskipun tak sebanyak di pajimatan Imogiri.

Tak jauh dari makam Girilaya terdapat pancuran air. Entah kenapa orang-orang sana menyebutnya sebagai air terjun meskipun keberadaan air tersebut jika tak sedang hujan tak bisa dilihat.

Andalan lain yang bisa di jumpai adalah keberadaan ahli gurah dan bekam. Banyak papan nama dan pengumuman yang dipasang di sekitar wilayahy desa mengenai ahli gurah ini, ahli gurah itu. Konon banyak sekali pengunjung datang untuk mengeluarkan lendir yang katanya adalah toksin-toksin demi kesehatan dan mendapatkan suara yang lebih merdu.

Sedangkan untuk kerajinan yang menjadi andalan adalah batik. Kami sempat berkunjung ke salah satu pengrajin batik. Untuk menghasilkan selembar kain batik yang bermotif menarik dibutuhkan waktu yang bervariasi. Menurut seorang pemilik bahkan hingga satu setengah bulan. Tentu saja batik yang proses pengerjaannya membutuhkan waktu yang lama memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi pula. Biasanya batik-batik tersebut dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga.

Tak jarang dari berbagai daerah lain berkunjung ke Girilaya untuk sekedar belajar batik. Bahkan tak lama setelah kami datang ada rombongan dari Malang yang tengah memesan jadwal untuk studi banding belajar membatik. Biasanya jika julah pesertanya banyak diselenggarakan di lokasi khusus yang bertempat tak jauh dari dari tempat saya berkunjung.

Selain batik ada juga kerajinan wayang kulit. Mengenai kerajinan wayang kulit kami mendapatkan banyak informasi menarik dari seorang penjual angkringan.


Fathoni Arief

Yogya 2/2/10

What A Wonderful World (Luis Amstrong)

Comments

Fathoni Arief said…
Hehehe lumayan..ada yang 650 ribu kain aja..soalnya batiknya sampe satu setengah bulan prosesnya