Skip to main content

Kenangan Ekspedisi Sawarna

Berpuluh-puluh menit menunggu angkot "Elf" tujuan Karang taraje akhirnya lewat juga. Namun angkot itu penuh sesak dengan penumpang bahkan ada yang naik di atap mobil. Oleh kondektur kami disuruh naik ke atas saja. Kamipun naik bergabung dengan tumpukan barang kebutuhan sehari-hari dan beberapa orang penumpang yang lain.

Saya mendapat tempat di pojok depan atas, dengan tumpukan kursi plastik dan hanya berpegangan besi yang kebetulan ada tali di sebelah kanan saya. Saat mobil mulai bergerak adrenalin sayapun terpacu. Gila live show bagaimana mobil dengan terengah-engah mencoba mendaki jalanan yang naik dengan beban yang wow..



Seakan tak mau melepaskan begitu saja momen langka ini saya mencoba mengambil kamera yang ada di ikat pinggang saya sebelah kanan. Cukup sulit juga karena saya harus menjaga keseimbangan dengan posisi pegangan yang sulit. awalnya saya coba mengambil handycam dari tas namun lebuh sulit lagi. Akhirnya kamerapun bisa saya pegangi.

Dengan asal jepret-jepret ya cukup sulit memang karena dengan mobil yang melaju kencang dan bergoyang-goyang. Dengan satu tangan saya ambil suasana saat itu dengan menu video pada kamera digital. Saya lupa memori card di kamera itu hanya 256 MB. Maka hanya beberapa belas menit sudha penuh. Saya masih ada 1 memori 1GB namun mengganti tidak memungkinkan. Tak ingin kehabisan waktu dengan terpaksa akhirnya saya bisa meraih handycam dan saya bisa..momen-momen saat adrenalin terpacu itupun terabadikan meski cukup slit juga.

Melihat kondisi mobil yang penuh dan kondisi medan yang lumayan mengerikan akhirnya rencana berubah lagi. kami tak langsung menuju Karang taraje namun berhenti di sebuah bukit di Cibangbang dimana kami bisa melihat laut dari atas.

Waktu sudah mendekati tengah-tengah hari....cuaca makin panas..Setelah turun dari Elf itu kami tak langsung menuju bukit namun mampir di sebuah warung sekedar cari minuman-minuman dingin. Sambil menghilangkan dahaga kami numpang sholat meski disana air tak ada sehingga harus tayamum. Dari bu haji kami mendapat banyak informasi tentang bukit dan kendaraan terakhir menuju Bayah.

Setelah sholat dan istirahat cukup kami titip tas dan kemudian menuju bukit dimana kami bisa melihat laut dengan lebih jelas. Sesuai dengan anjuran bu Haji kami ijin dulu ke pos jaga. Bukit itu ternyata adalah pos pemantauan tsunami dan stasiun penerima sinyal pesawat yang diuji coba. Penjaga itu mengijinkan kami untuk naik ke bukit itu.

Selain penjaga ada 3 anjing yang tinggal di pos itu. Anjing itu sempat menggonggong dan membuat Opi ketakutan..hehehe..bahkan sewaktu kami jalan anjing itu malah mengejar hingga akhirnya ada seseorang lagi yang mengalihkan perhatian anjing-anjing itu.

Jalanan menuju puncak bukit itu ternyata cukup melelahkan...jalannya miring hingga membuat kami ngos-ngosan... namun rasa capek kami ternyata tak sia-sia. kami tiba di atas dan melihat pemandangan yang luar biasa dari bukit itu. kami melihat pantai...pemandangan yang luar biasa..

Tak lama kami diatas. Kami harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin jika tak ingin kehabisan angkutan menuju Karang Taraje..kamipun kembali turun. Di tengah jalan kami bertemu lelaki yang mengusir anjing-anjing yang mengejar kami. lelaki itu namanya pak tauhid ia merupakan penjaga di pos pemantauan ini. Dia dulunya adalah karyawan PT Dirgantara Indonesia. kami mendapat banyak cerita dari lelaki ini mulai dari tentang kedirgantaraan hingga jalan hidupnya.

Pak tauhid justru mempersilahkan kami jika ingin naik keatas menikmati pemandangan lain waktu..dan menganjurkan untuk menceritakan pada yang lain..Begitulah perjalanan seringkali kami bertemu dengan sosok-sosok yang luar biasa dalam kesederhanaan mereka..

16 Agustus 2008

Bersambung


Comments