Skip to main content

Semalam Di Sawarna

Lelah, seharian menempuh perjalanan menuju Sawarna. Namun kami lega akhirnya mendapat satu tempat untuk sejenak bersitirahat. Bu hubaya mengantar kami menuju sebuah kamar dengan kasur-kasur yang ditata dibawah. Untung saja masih ada tempat kosong.

Setelah mandi, bersih-bersih, dan sejenak istirahat kami makan malam di tempat pak Hubaya. Indah sekali malam itu. Makan dengan penerangan lampu yang tak begitu terang bisa melihat malam tentunya dengan sepaket bintang dan rembulan, serta hembusan angin malam. Satu komposisi yang sempurna. Lengkap sudah kenikmatan malam itu.

Selesai makan kami turun ke bawah. di bawah sudah ada pak Hubaya. Si Opi sangat tertarik dengan gitar-gitar yang sedang dalam proses pembuatan. Ternyata pak Hubaya ini juga seorang maestro pembuat gitar. Mantan penerima Upakarti di era Suharto ini bahkan sudah sering melayani berbagai pesanan baik dari dalam maupun luar.

Ada banyak pengetahuan yang kami dapat waktu itu. Beragam hal baru mulai dari proses pembuatan gitar, bahan apa yang paling bagus dan hal-hal lain yang kurang saya mengerti maklum saya tak bisa memainkan alat musik ini. Begitulah sosok pak hubaya, yang selama ini hanya saya baca di sebuah artikel di internet.

Selain cerita tentang gitar ada satu hal yang terjawab sudah mengenai keberadaan desa di pelosok namun termasuk maju. Pak Hubaya cerita banyak hal bagaimana dia memimpin desa ini selama bertahun-tahun.

Rasa lelah membuat kantuk makin menjadi. Sayapun segera menuju lantai atas. Perlahan saya rebahkan badan..menyambut matahari terbit di tempat impian Sawarna..

16 Agustus 2008

Bersambung

Comments