Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2008

Selamat Idul Fitri

Selamat Idul Fitri, Bumi; maafkanlah kami selama ini tindak semena-mena kami memerkosamu. Langit; maafkanlah kami selama ini tidak henti-hentinya kami mengelabukanmu. Mentari; maafkanlah kami tidak bosan-bosan kami mengaburkanmu. Laut; maafkanlah kami selama ini tidak segan-segan kami mengeruhkanmu. Burung-burung; maafkanlah kami selama ini tidak putus-putus memberangusmu. Tetumbuhan; maafkanlah kami selama ini tidak puas-puas kami menebasmu. Para pemimpin; maafkanlah kami selama ini tidak habis-habis kami membiarkanmu. Rakyat; maafkanlah kami selama ini tidak sudah-sudah kami mempergunakanmu. (GUS MUS)

Mudik, Masjid Kota, Orang Asing dan Rindu

Mudik....Setelah sempat bingung gara-gara belum mendapat tiket akhirnya saya bisa mudik dengan sukses...Awalnya saya sempat kehabisan akal mengingat beberapa alternatif ternyata sudah tak memungkinkan hanya tinggal naik kreta antri tiket berdiri, atau naik bis putus-putus.. Siang-siang,...Pasca SMS pen"Cancel"an..rencana bareng...sayapun cari alternatif lain lagi..setelah browsing di internet akhirnya saya nemu paket Promo" Mandala"..lumayan. Yah saya langsung menuju lokasi Hotel Kartika Chandra beli tiket tujuan Jogja..Kenapa Jogja karena setelah sampai Jogja cari transportasi lebih mudah. Sayapun mudik dengan lancar meski sebenarnya merasa bersalah juga..(ga tau kenapa bersalah..)....katanya ada yang merasa ditinggalkan..Praktis hari pertama setelah tiba tak banyak aktivitas yang saya lakukan. Yah melepas lelah sambil ber SMSan ria dengan yang katanya ditinggalkan...hohoho kasihan..praktis yang biasanya berolok ria entah kena hari itu ada gencatan senjata.. Tulung

"Apa Yang Bisa Saya Persembahkan Buat Negaraku?"

"Apa Yang Bisa Saya Persembahkan Buat Negaraku?" Pertanyaan itu mengusik kesadaranku, mengusik hati nuraniku. Setelah berlama-lama mencari dalam jalur dan jalan yang kutempuh bisa kutemukan. Aku tak bisa menjadi seperti rekan-rekanku ( sesama alumni teknik) yang bisa hasilkan sesuatu yang nampak seperti sebuah gedung, jembatan, jalan, bendungan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh rakyat banyak. Aku hanyalah orang yang ingin menempuh langkah yang sesuai dengan keinginanku, maka langkah kutempuh jadi sedikit beda. Beda dan sempat timbulkan pertanyaan besar. Apa yang bisa saya persembahkan buat bangsaku, negaraku? bisa apa seorang penulis yang tak pernah terdengar dan teriakannya hanya sekeras hembusan bisik angin. Apa yang bisa aku lakukan? Bisa aku persembahkan? Yah tentu ada. Bukankah selama ini saya banyak bertemu dengan orang, banyak lakukan perjalanan, banyak dapatkan kisah. Yah aku akan jadi penyampai kisah-kisah inspiratif, yah mirip2 nabilah tapi tentunya buk

Dari Pogung Untuk Indonesia....

Pogung, menyebut nama itu tak lepas dari Mahasiswa, kos-kosan, dan fakultas Teknik UGM. Pogung daerah Utara Fakultas Teknik UGM, tempat lahirnya putra-putra terbaik yang membawa nama besar Kampus Bulaksumur.... Pogung, nama itu begitu lekat dengan saya karena juga termasuk penghuni kawasan itu..yah kawasan dengan banyak kos-kosan, warung makan, masjid, laundry, photo copy, warung Burjo, angkringan, dan masih banyak hal lain. Pogung memang daerah kos-kosan, sampai-sampai hampir semua rumah yang ada di sana merupakan tempat kos. Perbandingan antara penduduk asli dengan anak kos mungkin sangat jauh saya perkirakan lebih dari 1 : 5. Hal ini bisa dilihat di suasana seperti liburan lebaran Pogung sangat sepi, sunyi mungkin ada anak-anak kos yang rumahnya jauh dan tak memungkinkan untuk mudik. ah sudah lama saya tak merasakan suasana di kampung itu..saat-saat seperti ini, bulan ramadhan bagaimana antri beli makan waktu sahur..hehehe..lihat bagaimana mahasiswi2 yang baru bangun sama-sama antri

Elang dan Selaksa Rindu

Elang terbang jauh, menembus batas cakrawala, menerobos ruang-ruang yang belum pernah dijangkaunya.... Elang penguasa cakrawala... Dalam perjalanannya elang membawa satu janji, suatu saat akan kembali lagi ke sarang.. Suatu saat akan membangun sarangnya sendiri... Elang tak hanya sekedar bisa menepati janji... Elang tinggalkan negeri yang berisi tentang senja.. Dalam terbang jauh tinggalkan asanya..tinggal rindunya.. Percayalah..kata sang elang Tak ada alasan untuk tak mempercayaimu kecuali untuk mempercayaiku.. jawaban yang membuat sang elang berkerut.... Masihkah harus ia tepati janjinya... Suatu saat dengan berbekal rindu aku akan kembali... Ini hanya untukmu saja.."biar kusimpan dulu rindumu itu".. Elang yang memilih rindu.., menembus batas batas..., membelah langit, Sediakah dirimu temani diriku menikmati senja sebelum datang malam sebagai tanda kesempurnaan hari?.. Dalam senyum bisu sang elang kembali terbang.. Terbang dengan membawa selaksa rindu.. namun hanya satu jan
Semburat yang muncul setengah-setengah…. Diantara kegelapan saat-saat senja di Ngrawa.. Cahaya putih yang enggan muncul meski dalam keengganannya masih mampu keluarkan medan magnet yang teramat kuat.. “Coba tunggu sejenak biarkan semburat itu mengumpul ..” Cahaya yang muncul begitu lembut..berupa titik-titik halus yang membuat otak dan fikiranku hanya bisa ucapkan satu kata “ Mulia”

Cerita Dari Kebumen 4

Namanya Bu Sri Setyo Prihatin. Guru SD Tambakrejo, Kecamatan Bulus Pesantren, Kebumen. Pendidik yang mendapat Anugerah sebagai Guru SD Berprestasi tingkat nasional tahun 2008. Saya mendapat kesempatan mengenal sosok ibu guru SD ini dari lebih dekat. Ditemani putra keduanya, saya banyak berbincang dengan Bu Tin, begitu ia dipanggil. Tentu saja mencari bahan sebanyak mungkin untuk nantinya saya tulis sebagai salah satu bagian dari buku profil guru berprestasi dan berdedikasi yang rencananya akan dibagikan pada peringatan hari guru nanti. Siang itu sebenarnya cuaca cukup panas namun untung saya tak berada di Jakarta. Saya berada di daerah yang masih banyak lahan kosong dan memungkinkan angin untuk berhembus, hilangkan udara panas. Puasa hari kedua, liputan luar daerah ternyata cukup menguji fisik dan kesabaran. Melihat saya yang sudah nampak letih, Bu Tin menawari saya untuk diantar puteranya kembali ke tempat saya menginap. Mempersilahkan saya istirahat barang beberapa saat. Nanti sore-s

Cerita Dari Kebumen 3

Ternyata saya tiba di Kebumen lebih awal dari yang saya perkirakan sebelumnya. jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, masih lumayan untuk sekedar tiduran sebentar dan mandi sebelum saya menuju kantor dinas pendidikan. Setelah istirahat, mandi dan membawa perlengkapan yang saya butuhkan: handycam, kamera, recorder dan surat tugas sayapun menuju kantor kepala dinas. Seperti petunjuk dari bu narasumber saya naik becak. Wah sekedar informasi saja sudah bertahun-tahun saya tak pernah naik becak. Ongkos naik becak dari hotel Patra menuju kantor kepala dinas juga tak terlalu mahal hanya 5 ribu rupiah, karena jaraknya memang tak terlalu jauh. Di kantor kepala dinas saya sempat menunggu beberapa puluh menit, sebelum akhirnya saya bisa melakukan wawancara. Kepala dinas, pak Mahar ternyata bapak kawan saya. jadi saya sudah ijin lewat anaknya dulu sebelum bertemu pak kepala. Tak berlama-lama saya wawancara semuanya karena efektivitas waktu mengingat target utama saya adalah sosok Ibu Sri Setyo Priha

Cerita Dari Kebumen 2

Makan sahur di atas kereta api Taksaka malam dengan menu nasi goreng dan segelas es susu coklat menjadi bekal menjalani ibadah puasa di Kebumen. Puasa di hari-hari awal biasanya kondisi tubuh measih menyesuaikan dan seringkali merasa lemas. Tak terasa kereta Api sudah sampai di stasiun Kutoarjo. Kiranya jam setengah lima saya sampai di stasiun itu. Saya segera turun dari kereta dan berjalan susuri jalan meninggalkan stasiun. Sepanjang jalan banyak tukang ojek yang tawarkan jasa mereka. Saya sudah terbiasa menghadapi tukang ojek seperti itu apalagi tak sebanyak seperti waktu di Pelabuhan ratu bulan Agustus lalu. Keluar dari stasiun tempat yang pertama kali saya cari adalah Masjid. Setelah sempat tanya pada bapak-bapak yang duduk di pinggir trotoar di dekat karung-karung miliknya Masjid yang saya cari ketemu juga. Saya segera sholat Subuh terlebih dulu dan rencananya habis sholat Subuh langsung mencari bis kecil menuju Kebumen, seperti petunjuk yang saya dapat dari narasumber saya. Terny

Kami Anak 3 IPA 3

Letak ruang kelas itu di urutan ketiga dari Barat, deretan paling Selatan di sebelah Utara Lapangan bola. Kelas itu tiap hari pada jam sekolah berisi bocah-bocah belasan tahun selalu ceria tidak di jam pelajaran maupun diluar. "Kelas bahagia," begitu pak Priyo wali kelas bilang. "Kelasnya orang-oranng edan," kata Bu Narti guru Biologi. inilah kelas dimana tak sampai setahun berbagai kisah kami toreh, baik suka maupun duka. Satu kekompakan bagi anak-anak IPA3 SMU Boy. Gilanya anak IPA 3, jika guru yang pernah marah-marah di kelas lain( Pak hasan bahasa Inggris) dan menyebut siswa-siswa di kelas itu sebagai inlander ( wong ndeso) tak berkutik justru sering terbawa suasana penuh canda dan ceria. Jika biasanya menyuruh seseorang yang dianggap biang onar untuk duduk di bangku depan mengatasi biang onar jadi sebuah solusi ternyata hal itu tak berlaku di kelas kami 3 IPA3. Yah apa yang harus diperbuat jika biang onar tersebar di bangku depan hingga belakang. ( termasuk sa

Cerita Dari Kebumen 1

Jika ada yang bertanya hal apa yang paling saya nikmati saat ini maka jawaban saya adalah melakukan sebuah perjalanan. Berkunjung ke suatu tempat, menjumpai hal yang selalu baru, bertemu dengan orang-orang baru, kenalan baru, pengalaman hidup baru,..silahkan menjauh hal-hal lama, kenangan, kesedihan, duka..dalam perjalanan kutemukan satu kebahagiaan.. Awal bulan puasa saya mendapat tugas untuk meliput sosok seorang guru berprestasi nasional untuk tingkat SD. Seorang ibu guru yang menjadi pengajar di SD negeri Tambakrejo kecamatan Buluspesantren Kebumen. Bekunjung ke Kebumen mengingatkan kenangan saat mengerjakan proyek tugas air di salah satu wilayah di kota itu. Menunggu saat-saat turunnya hujan, mengukur kecepatan air, dan ketinggian muka air dari subuh hingga malam hari meski hanya berbekal senter untung saja lokasi tempat penelitian saya waktu itu hanya berada di samping rumah bapak kepala desa. Saya berangkat ke kebumen Senin malam, artinya pada malam hari saat puasa hari pertama.

SEGIEMPAT..bagian 1

00.30 Depan terminal Blok M, Jakarta Sebuah mobil van dari arah utara melaju kencang. Di depan halte dekat sebuah hotel tiba-tiba saja van warna merah itu berhenti. Dengan sedikit mengerem secara tiba-tiba van itu berhenti. Dari mobil itu keluar seorang wanita berusia duapuluh tahunan. Wanita itu berambut sebahu dengan celana jeans dan kaos ketat warna merah muda. Sambil terisak ia keluar dengan tas kecilyang dibawa kemudian menyusuri jalan di dekat hotel itu. Ia terus berjalan sementara mobil yang membawanya terus menjauh dan tak lagi terlihat. Lepas tengah malam suasana sekitar hotel tersebut mulai sunyi. Di sekitar yang nampak hanya beberapa pengemudi taksi yang melepas malam dan tukang ojek sambil menanti calon penumpang yang mungkin saja akan memakai kendaraan mereka, sementara nampak pula dua orang gelandangan yang terlelap di halte kosong dengan beralas bekas kardus air mineral. Mereka mendengkur, meringkuk menahan dingin dan sesekali terlihat senyuman, entah apa yang ada

Ekspedisi Sawarna 12

Keterpesonaan terhadap keindahan pantai Ciantir, Sawarna. Yah sejuta pesona yang terhampar, masih alami, masih sunyi dari tangan-tangan usil.. Ternyata berlari-lari dan menyusuri pinggiran pantai cukup membuat badan saya pegal-pegal. Untunglah rencana sedikit bergeser mengingat angkutan sore hari cukup sulit kami mengundur rencana balik ke Jakarta besok pagi-pagi. Katanya ada mobil ELF yang selalu berhenti di depan rumah pak Hubaya tiap jam setengah enam dengan tujuan Sawarna-Pelabuhan Ratu. Sebagai pelengkap kami ingin menikmati Sunset di Sawarna. Sebagai pelengkap sebuah perjalanan melelahkan yang kami tempuh. Sore hari jam setengah lima kami bergegas menuju pantai. Cuaca cukup cerah, tak ada awan. harapan kami Sunset bisa terlihat dengan lebih sempurna. Tak seperti yang ada di Tarang Taraje kemarin. Di detik-detik akhir Sunset tertutup oleh awan. Langit yang mulai menguning, angin laut, dan jelang senja..kami duduk-duduk sambil melihat sekumpulan orang dari rombongan yang lain ( rom

Kembali Merindu Senja..

Membaca cerita-cerita Seno Gumira mengingatkan saya akan diri saya... Hidupku penuh dengan kesedihan – karena itu aku selalu mengembara. Aku selalu berangkat, selalu pergi, selalu berada dalam perjalanan, menuju ke suatu tempat entah di mana, namun kesedihanku tidak pernah hilang. Kesedihan, ternyata, memang bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan, karena kesedihan berada di dalam diri kita. Aku selalu mengira kalau melakukan perjalanan jauh maka kesedihan itu akan bisa hilang karena tertinggal jauh di belakang, tapi itu tidak pernah terjadi. Ada segaris luka dalam hatiku yang telah mendorong aku pergi jauh dari kampung halamanku dan sampai sekarang belum pernah kembali. ********** Kemudian, setelah bertahun-tahun melakukan perjalanan, akhirnya aku mempunyai juga tujuan, atau semacam tujuan, setidaknya suatu alasan yang membuat aku terus menerus melakukan perjalanan nyaris tanpa berhenti kecuali untuk mengumpulkan tenaga kembali. Aku selalu pergi, selalu berjalan, karena selalu ingin meng

Titi Kala Mangsa...

Pada suatu ketika..begitulah jawaban dalam hati tiap saat ada yang bertanya.."Eh, kapan mengakhiri masa lajang?"....Yah pada suatu ketika..Mungkin tak seperti Hatta, yang menikah menunggu Indonesia merdeka. Saya hanya menunggu pada Suatu ketika Saja.. Wong takon wosing dur angkoro Antarane riko aku iki Sumebar ron ronaning koro Janji sabar, sabar sak wetoro wektu Kolo mangsane, ni mas Titi kolo mongso Pamujiku dibiso Sinudo kurban jiwanggo Pamungkase kang dur angkoro Titi kolo mongso

Sepaket Senja Berisi Gerimis Dan Senyap

Senja, kembali aku bicara tentang senja. Tentang Keindahan sekaligus sejuta misteri.....Aku yang tenggelam, terpukau, apapun itu.. Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan. (Seno Gumira Aji Dharma, Sepotong Senja Untuk Pacarku)