Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2010

Geliat Warga Lereng Merapi

“Pedih mas rasanya,” Fuad, seorang penduduk dusun Jambon, desa Kepuharjo, mencoba menggambarkanbagaimana   isi hatinya kepada saya. Matanya menerawang, memerah dan tampak berkaca-kaca lalu ia melanjutkan ceritanya.  “Rumah saya sudah rata dengan tanah. Lokasinya di sana dekat yang ada putih-putihnya,” ujarnya, dengan menunjuk ke salah satu bagian di hamparan pasir yang kini nampak kosong dan susah dikenali. Pengunjung yang baru pertama kali melihat daerah ini mungkin saja tak menduga, dulunya tempat ini adalah perkampungan penduduk. Menurut Fuad di sekitar sini dulu berdiri rumah-rumah penduduk yang sudah bagus dan   sudah dilengkapi dengan infrastruktur mulai dari jalan yang sudah diaspal dan air. Ketika saya menyusuri lokasi ini memang saya jumpai jalan aspal yang tertimbun pasir dan batu-batu. Kini Fuad harus memulai semuanya dari nol. Tak ada lagi rumah beserta isinya, bahkan 3 ekor lembu yang dulu menjadi harta teramat bernilai juga sudah tewas tersapu awan panas

Menggugat Keistimewaan Yogya

Bola salju persoalan keistimeewaan DIY ternyata masih menggelinding dan belum juga padam. Seperti yang saya lihat pagi hari ini. di pagar kampus UPN Veteran sisi Timur nampak poster-poster dari kertas HVS hanya berisi tulisan ketikan di tempel di sepanjang pagar. Isi tulisan dalam poster tersebut kurang lebih menentang rencana pemilihan Gubernur secara langsung dan mendukung Sri Sultan serta Pakualam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur seumur hidup. Meski tidak semua namun sebagian besar warga Yogya bersuara sama terkait dengan rencana tersebut. Lihat saja bagaimana ribuan warga Yogya memadati seputaran Malioboro ketika diadakan sidang terbuka oleh DPRD. Sesuatu yang saya tak habis fikir jika ada beberapa orang menganggapnya seperti simpatisan PKI di tahun 65 yang tengah unjuk kekuatan. Saya juga tidak habis fikir ketika sikap Yogya yang mendapat dukungan dari banyak fihak membuat satu daerah ikut-ikutan minta dijadikan istimewa.

Menanti Bangkitnya Perkeretaapian Indonesia

Sesaat setelah terjadinya kecelakaan KA api Logawa yang terguling di Dusun Petung, Desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur saya sempat berfikir membuat tulisan untuk mengkomentari kejadian tersebut. Saya tergelitik dengan analisa sebab tergulingnya kereta yaitu Kereta Api melaju diatas kecepatan yang diijinkan ketika menikung(kecepatan normal kereta saat melintas di tikungan maksimal sekitar 70 kilometer per jam. Namun berdasarkan rekaman perjalanan yang diakses KNKT melalui internet, kecepatan kereta saat itu antara 83-89 kilometer per jam). Belum sempat menulis komentar saya dan beberapa bulan berlalu, berita tentang kereta api kembali menarik perhatian masyarakat. Rentetan tragedi tengah perkeratapian Indonesia. Mulai dari Kecelakaan kereta Argo Bromo dengan Kereta Senja Utama Semarang di Parakan, kereta Bima dengan kereta Gayabaru Malam Selatan dan yang terbaru terbakarnya Kereta Api yang tengah diparkir di stasiun Rangkasbitung Banten. Seperti biasanya kemb

Unforgetable Moment

Memulai hari dengan udara segar di depan netbook. Tak terasa kini sudah memasuki pertengahan Desember.  Rasanya baru kemarin setahun lalu. Namun begitulah sang waktu terkadang melaju dengan kencangnya. Tanggal 19 September 2010, menjadi saat penting dalam kehidupan saya. Di hadapan penghulu pernikahan dan saksi saya menikah dengan seorang yang kini menjadi pendamping hidup saya. Dengan niat ibadah kami menikah untuk bersama-sama menjelajahi pengalaman baru,rumah tangga. Alhamdulillah, acara Ijab waktu itu berlangsung dengan lancar. Jauh hari sebelum Ijab saya sudah menghafal bacaan dengan menggunakan bahasa Arab karena menurut saya lebih singkat dan aman.

Saatnya Menjadi Juara

Sehari jelang Semifinal piala AFF antara tim nasional Indonesia dengan Filipina, masyarakat sudah menanti-nanti penampilan Bambang Pamungkas dkk. Lihat saja sejak kemarin loket-loket penjualan tiket sudah mulai diserbu. Mereka yang berkesempatan menonton langsung tak mau kehilangan momen dan rela antre mendapat selembar tiket. Masyarakat tentunya berharap hasil yang ditunjukkan timnas saat bertanding di babak penyisihan berlanjut hingga final dan tentu saja menjadi nomor satu. Sudah saatnya prestasi sepak bola Indonesia bangkit. Tak perlu muluk-muluk hingga ke tingkat dunia, langkah awal raih dulu mahkota juara ASEAN. Sesuatu yang belum pernah diraih oleh tim merah putih meskipun 3 kali dalam sejarah penyelanggaraan piala AFF timnas nyaris juara namun takluk di pertandingan akhir.

Menyambut Pagi

Sambil duduk di depan netbook, saya menikmati segelas kopi hitam pahit, udara sejuk dan kicauan burung bebas dari pepohoinan di sekitar rumah.Tiada kata yang tepat untuk saya ucap selain bersyukur. Kondisi yang beberapa waktu lalu mungkin tak pernah saya jumpai di ibukota.  Kini, setelah mengundurkan diri dari tempat kerja di Jakarta pertengahan Oktober lalu, saya mencoba mencari peluang baru di provinsi yang baru saja diterjang bencana meletusnya gunung Merapi. Puji syukur saya panjatkan kepada pemilik segala tak hanya karena keluarga semuanya sehat dan selamat namun karena saya bisa sekali lagi mengalami peristiwa yang bagi saya begitu luar biasa. Perasaan mencekam, ketakutan akan dahsyatnya letusan gunung Merapi yang merenggut korban jiwa lebih dari 200 dan harta benda yang tak sedikit. Merapi saat ini sudah mulai mereda, pengungsi mulai menata lagi kehidupanya, begitupula saya, perlahan mencoba kembali aktif berkarya. Setelah beberapa lama berhenti berkreasi, tak pernah lagi me