Skip to main content

Semua Orang Bisa Menjadi "Superman"

Waktu kecil saya membayangkan betapa hebatnya jika saya bisa menjadi superhero macam Spiderman, Superman, Batman dan lainnya. Bayangan masa kecil saya dengan menjadi sosok-sosok itu saya bisa berbuat banyak, membantu sesama hingga membasmi kejahatan. Lalu saya bertanya dalam hati, apakah mungkin saya menjadi Superman?

Apakah bisa menjadi Superman? Berkaitan dengan pertanyaan tersebut kemarin saya sempat menonton sebuah film berjudul A Man Who Was A Superman. Film yang sebenarnya sudah agak lama. Sudah diputar beberapa tahun lalu.

Film ini mengisahkan tentang seorang produser wanita Song Soo-jung. Ia sering terlibat dalam pembuatan film yang mengisahkan tentang kisah hidup manusia. Ia punya ambisi untuk menjadi Oprah Winfreynya Korea.

Suatu saat setelah sebulan tak mendapat gaji dia meninggalkan kantor dengan membawa kamera video kantor. Dia ingin membuat sebuah cerita yang menarik untuk ditayangkan. Saat dia sedang duduk-duduk di sebuah stasiun ada penjambret yang mengambil tasnya. Iapun mengejar penjambret itu hingga satu kejadian yang hampir merenggut nyawanya namun ia diselamatkan oleh seorang yang aneh. Orang aneh itupun membantu dia mengejar penjambret yang mengambil tasnya.

Orang aneh, mungkin tepat menyebut sosok lelaki yang menolongnya. Ia menyebut dirinya Superman. Dulu ia tinggal di kutub. Katanya ia adalah manusia terlahir dari planet Kripton. Ia mengatakan kekuatanya hilang karena ada batu dari kripton yang ditaruh di kepalanya. Jika batu itu hilang ia akan bisa terbang lagi dan mendapatkan kekuatan supernya.




Merasa mendapatkan ide akhirnya si produser tersebut mengambil tiap aktivitas yang dilakukan yang menyatakan dirinya sebagai superman tersebut. memang ia memiliki cukup kekuatan dan melakukan berbagai aksi-aksi membantu tak hanya manusia tapi juga binatang.Orang yang selalu tersenyum dan bahagia dengan apa yang dilakukannya.

Lama kelamaan si produser merasa ada yang janggal dengan lelaki tersebut. Hingga dia menemukan sebuah dokumen yang akhirnya dia mengetahui si lelaki menderita gangguan jiwa.

Akhirnya dikisahkanlah kenapa lelaki itu begitu terobsesi hingga merasa dirinya superman. Ada dua peristiwa tragis yang ia alami. Pertama kematian ayahnya saat ia masih kecil. Kedua anak dan istrinya lewat suatu kecelakaan. Ia tak kuasa untuk menolong anaknya dan orang-orang hanya menonton tak ada yang membantu. Lalu ia kembali disadarkan bahwa dirinya bukan Superman.

Hingga ada satu peristiwa kecelakaan dan kebakaran. Ada seorang yang kejepit dan beberapa orang yang terjebak dalam sebuah gedung. Si lelaku itupun berkata pada si Produser mungkin ini adalah misi terakhir kita sambil memberikan sebuah dompet. Si produser sebenarnya sempat mecegah namun ia tetap bersikeras. Akhirnya beberapa nyawapun terselamatkan hingga seorang gadis kecil yang terjebak di lantai atas.

Ia pun lari dan mencoba masuk dalam gedung yang terbakar tersebut. Ada satu kenangan yang ia ingat bahwa seorang dipanggil superman jika ia mampu menahan nafas hingga hitungan 100. Akhirnya ia menemukan si gadis kecil.

Api makin membesar dan ia kesulitas untuk keluar. Dalam bayangannya akan superman ia pun melompat seperti layaknya Superman. Tragis, si anak selamat namun si "Superman" terbang selama-lamanya. ia hari itu benar-benar menjadi superman. Si Produser merasa sedih dengan kejadian tersebut. Ia membuka dompet yang diberikan ternyata isinya kartu donor tubuh. Si "Superman" mendonorkan anggota tubuhnya. Yah benar-benar jadi "Superman". ia tewas dengan satu senyuman. Benar-benar tersenyum karena ia telah menjadi superman.

Ada banyak hal menarik yang saya dapatkan dari film ini. Semua orang bisa menjadi superman. Seperti tokoh dalam cerita tadi. Berbuat banyak demi orang lain...


"strength doesnt open big iron doors but a small key,
We All have the key inside us,
To Open The door to A new Future"..(A Man Who Was A Superman)

Saya mulai malam ini akan berusaha menjadi "superman" meski tak punya kekuatan seperti Superman....Semua orang bisa...

Jakarta, 21 Februari 2009


Comments