Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2010

Catatan Kepagian, Memahami Masalah

Di Jakarta,... Pagi menjelang, berteman lantunan musik Kiai Kanjeng. Meresapi makna kehidupan dengan segala kisah dan serba-serbinya. Hidup di dunia dengan jalan cerita yang seringkali tak bisa diduga-duga. Manusia, dalam keseharianya, harus menghadapi berbagai persoalan hidup. Mulai dari persoalan ekonomi, keluarga dan apalah sesuatu yang seharusnya bukan jadi masalahpun karena terlalu kreatifnya perasaan dan imajinasi manusia pun dibuat menjadi masalah. Pagi, dengan semangat yang selalu baru, atau terlihat baru. Awal untuk memulai aktifitas, bersiap mengahadapi kejutan-kejutan hadiah dari sang Khalik entah itu masalah, anugerah, ataupun sesuatu yang nampaknya terlihat sebagai anugerah namun sesungguhnya menyimpan masalah. Begitu pula sebaliknya sesuatu yang terlihat sebagai masalah namun sebenarnya menyimpan suatu anugerah di baliknya. Jika demikian lalu masih adakah masalah tersebut? Hmm untuk mengerti semuanya seperti salah satu lagu yang dibawakan Cak Nun, mengut

Berkah Ramadhan

doc.Fathoni Arief Malam pertama bulan Ramadhan , di sebuah mushola, di pinggiran kota, para jamaah sudah berjejal. Tua dan muda, putra dan putri, berpakaian rapi duduk berimpitan, mendengar ceramah dari pak ustadz. “Bulan, Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan dimana setiap amal kebaikan dilipat gandakan pahalanya, dan setan-setan,yang biasa berkeliaran menggoda manusia, dibelenggu. Di bulan ini pula ada malam Lailatul Qodar, malam yang begitu spesial,” kata Pak Ustadz. Seorang bapak tua berbaju batik dan berpeci hitam mengangguk angguk. “Semoga kali ini saya bisa mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qodar,” katanya dalam hati. “Di bulan Ramadhan pula segala dosa-dosa bisa diampuni, kecuali dosa terhadap sesama manusia,” lanjut pak ustadz. Seorang lelaki terdiam.”Bisakah dosaku mendapat ampunan? Kemarin aku khilaf mengambil sendal tetangga,” katanya dalam hati. “Di bulan Ramadhan, kita harus banyak beribadah, dan beramal,” lanjut pak ustadz. Di belakang, tak jauh dari tempat jam

Mobil Warna Merah

doc.Fathoni Arief Melaju, beradu kencang , selalu mewarnai hari-hariku. Aku teringat dengan masa kecil. Mengingat lagi impian dan cita-citaku. “Aku ingin punya mobil warna merah. Mobil yang bisa dipakai balapan,” kataku, pada Ayah, ketika melihat pameran mobil di depan kantor pemda. Ada beragam mobil dipamerkan waktu itu, dan mobil warna merah menarik perhatianku.   Mobil yang mengingatkanku pada film-film action yang pernah kutonton dari kaset Video Betamax di rumah pak lurah. Sejak saat itu aku berusaha keras. Mewujudkan cita-citaku dulu, menjadi seorang pembalap handal. Melaju di jalanan dengan mobil warna merah. “Bang, depan kiri !” angkot warna merahkupun berhenti. Seorang penumpang memberi lembaran ribuan dan aku kembali melaju beradu mengejar setoran. FATHONI ARIEF

Emak

doc.Fathoni Arief Mak Sabar tersenyum lebar. Ia baru saja menerima sebuah surat dari Joko, putra keduanya. Surat itu diterima Emak dari Fuad, teman kecil Joko. Kebetulan Fuad pulang ke tanah air. Sebelum kembali Joko menitipkan pesan kepada Emak. Empat tahun lalu Joko berangkat ke Timur Tengah, menjadi TKI. Awalnya Mak tak menyetujui niat Joko. Maklum, sebenarnya di kampung halaman Joko juga sudah punya pekerjaan. Ia yang lulusan STM membantu pakdhenya mengelola bengkel kecil di dekat kantor kelurahan. Meski penghasilanya terbilang pas-pasan namun selama ini sudah cukup buat biaya hidup Emak dan Joko. Sebenarnya ia masih punya saudara perempuan. Namun selama ini saudaranya juga dalam kondisi pas-pasan, apalagi setelah suami saudaranya terkena PHK. Emak harus bekerja lebih keras selain jualan jamu juga menjadi buruh cuci guna menghidupi dirinya dan membantu anak perempuanya, yang kala itu tengah mengandung. “ Mak saya mau mengadu nasib. Cari duit buat biayai Emak Naik haji,” Joko berk