Skip to main content

Demi satu tujuan "Panen"

Pernahkah kita membayangkan bagaimana jerih payah para petani menanam berbagai macam hasil bumi sebelum akhirnya tersaji di meja makan kita? Tahukah kita bagaimana usaha mereka untuk menghasilkan tanaman dengan kualitas terbaik, meskipun hasil akhir belum tentu sama seperti apa yang mereka harapkan.

Kebetulan mertua saya adalah seorang petani. Dari hasil jerih payahnya bercocok tanam sewaktu masih segar bugar beliau berhasil menyekolahkan putra-putrinya hingga ke bangku kuliah, termasuk istri saya yang berprofesi sebagai dokter gigi. Sungguh luar biasa bukan. Namun saya tak ingin bercerita tentang itu namun mengenai suka duka menjadi petani.

Tak selamanya hasil jerih payah petani selama bercocok tanam menggembirakan. Ada kalanya kegagalan demi kegagalan menyertai langkah mereka. Meskipun sebenarnya mereka sudah berusaha keras dengan berbagai upaya. Kegagalan tersebut bisa karena tidak bisa panen, hasil panen kurang memuaskan atau berhasil panen namun harga jual anjlok sehingga harus menanggung kerugian.


Mengenai sukses tidaknya panen ada banyak hal. Satu diantaranya adalah air. Keberadaan air harus pas, tak boleh terlalu banyak atau kebalikanya tak ada sama sekali. air inilah yang sekarang menjadi permasalahan sendiri bagi bapak mertua saya.

Selepas panen padi beberapa bulan lalu, mertua saya memutuskan menanam sawahnya dengan kacang tanah. Keputusan ini tak lepas dari pengalaman bercocok tanam di tahun sebelumnya. Seperti kita ketahui tahun lalu sepanjang tahun terjadi hujan, sehingga hasil panen kacang tahun lalu terbilang lumayan.

Berpijak dari pengalaman itulah mereka kembali menanam kacang tanah. Namun rupanya cuaca tak bisa diajak kompromi. Sudah beberapa bulan hujan tidak turun. Padahal air di saluran sudah hampir kering. Di masa lalu kondisi ini tidaklah menjadi masalah karena para pengolah sawah bisa mengambil air dari atas di malam hari. Mereka bergotong royong semalaman menjaga aliran air agar tidak ada yang mencuri air tersebut. Namun sekarang sudah sulit mencari tenaga dan ditambah usia bapak yang sudah mulai renta.

Sebagai solusi, bapak memutuskan membeli mesin pompa air. Meskipun pada prakteknya bapak harus bekerja keras membawa pompa, selang dan perlatan lainya ke sawah dengan menggunakan sepeda onthel tuanya. Karena kelima anaknya tinggal agak jauh termasuk saya dengan istri. Dengan dibantu simbok bapak membawa peralatanya untuk mengairi tanaman kacang tanahnya demi satu kata panen. Untung saja selalu saja ada mereka yang bersedia membantu mengoperasikan pompa.

Saya yang penasaran, Minggu itu membantu membawakan peralatan ke sawah dengan menggunakan sepeda motor. tak sampai sejam di sawah saya bisa merasakan jerih payah para petani dalam bercocok tanam. Meskipun capek berada di sawah seperti ada satu kenikmatan tersendiri.

Petani dengan jerih payahnya berupaya menghasilkan tanaman terbaik. Namun keberadaan mereka makin terancam dengan tanaman beton yang siap mengusur mereka, ketidakpedulian pemerintah dan ancaman impor hasil bumi dari luar.

Karanggede, 13 Oktober 2011

Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments