Skip to main content

Repaking Menanti Jalan Baru


Alunan lagu campursari Didi Kempot terdengar dari kejauhan. Suara yang semula hanya sayup-sayup tersebut makin jelas mengikuti laju sepeda motor penjual  kue gethuk. Satu boks kecil sound system ternyata sengaja dipasang di atas barang dagangan di jok belakang. Mungkin karena asyik dengan lantunan lagu-lagu pengendara tersebut seperti tak peduli lagi dengan jalanan hancur, berbatu dan berlubang. Motor bebeknya melaju dengan kencang melewati jalan Repaking-Karangjati.

Kerusakan jalan, memang menjadi masalah sendiri bagi warga desa yang letaknya di kecamatan Wonosegoro, kabupaten Boyolali dan tepatnya di bagian Utara Barat. Bertahun-tahun jalan tersebut dibiarkan rusak tanpa perbaikan. Kondisi tersebut diperparah dengan lewatnya truk-truk pengangkut kayu selain kondisi tanah yang labil. ”Diperbaiki sih belum tentu, namun kalau makin parah iya,” kata seorang perawat di Puskesmas tersebut.


Buruknya jalan akses di sana juga berdampak pada banyak hal diantaranya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kesehatan. Untung saja sekarang di desa Repaking, terdapat beberapa fasilitas penting seperti pendidikan dan kesehatan bahkan puskesmas yang ada sudah melayani rawat inap. Meskipun demikian jika ternyata Puskesmas tak mampu menangani pasien kebanyakan dirujuk ke rumah sakit di Salatiga. Maklum perjalanan menuju Salatiga lebih singkat dibanding dengan Boyolali kota. Sebagai perbandingan dari kota Boyolali menuju desa Repaking, menggunakan sepeda motor paling cepat bisa ditempuh dalam waktu satu setengah jam, sedangkan Salatiga hanya sejam dengan kondisi jalan yang relatif lebih bagus.

Sebenarnya separah apakah jalan menuju desa Repaking? Jika anda kebetulan pernah kuliah tentang perkerasan jalan atau setidaknya pernah membaca literatur mengenai itu jalan di sini sudah cukup menjadi contoh. Semua contoh ada di sana mulai dari jalan berlubang hingga membentuk seperti kubangan kerbau tiap kali habis diguyur hujan, jalan bergelombang, retak, hancur hingga amblas karena beban kendaraan yang overload.

Bertahun-tahun warga menanti guyuran dana perbaikan namun yang ditunggu tak kunjung datang. Wacana perbaikan jalan tersebut bukanya tidak ada. Laporan mengenai buruknya kondisi jalan juga sudah sampai pemerintah kabupaten. Bahkan angin surga pernah bertiup ketika musim kampanye pencalonan bupati bakal diguyurkanya dana lebih bermilyar-milyar untuk membuat jalan mulus kembali. Tetapi seperti biasanya, seperti janji-janji yang lain hingga kini jalan tersebut kondisinya masih tetap sama meskipun ada satu kabar baik bulan Juni ini bakal dimulai perbaikan jalan. Padahal  jika perbaikan jalan benar-benar terwujud para pengusaha angkutan sudah antri ancang-ancang membuka trayek di sana.

Sungguh ironis, di Repaking bisa melihat jalan rusak dibiarkan bertahun-tahun tanpa perbaikan sedangkan di sana, di Senayan sana gedung miring sedikit sudah hirup pikuk ribut meminta gedung baru senilai kurang dari 1,3 Triliun. Satu nilai yang jika dibagikan untuk perbaikan jalan bisa membuat mulus ratusan bahkan ribuan jalan yang nasibnya seperti repaking.

Fathoni Arief


Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments