Skip to main content

Yang Tegak Berdiri Diantara Puing Bangunan

Daerah Istimewa Yogyakarta, tempat yang banyak menyimpan warisan leluhur; Nilai-nilai budaya peninggalan nenek moyang. Di sini juga sejarah pernah mencatat berdirinya kerajaan Mataram Islam. Kerajaan yang pernah mengalami masa keemasan di era kepemimpinan Raden Mas Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Saat Mataram dipimpin oleh Sultan Agung ada begitu banyak pencapaian-pencapaian yang diperoleh. Sultan Agung merupakan raja yang menyadari pentingnya kesatuan di seluruh tanah Jawa. Di samping dalam bidang politik dan militer, Sultan Agung juga mencurahkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upayanya antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Kerawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas serta subur. Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan
Indonesiaasli dengan Hindu dan Islam; akulturasi. Salah satu contoh proses akulturasi budaya adalah Garebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sejak itu dikenal Garebeg Puasa dan Garebeg Mulud. Pembuatan tahun Saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing merupakan karya Sultan Agung yang lainnya.

Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 dengan meninggalkan Mataram dalam keadaan yang kokoh, aman, dan makmur. Saat itulah kejayaan Mataram mencapai puncaknya.Raja Mataram ini dimakamkan di kompleks pemakaman di Imogiri. Kornpleks pemakaman yang berlokasi di Kel. Girirejo Kec, Imogiri, Kab Bantul. Komplek makam Imogiri merupakan komplek makam yang diperuntukkan bagi raja raja Mataram dan keluarganya.

Di Makam Imogiri ini, dimakamkan Raja-raja yang memerintah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau dulunya Mataram Islam sepeninggal Panembahan Senopati, terutama Putra Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Makam ini didirikan oleh Sultan Agung antara tahun 1632 - 1640M. Makam ini dibangun tinggi di atas bukit, dan untuk mencapainya kita harus mendaki tangga dari batu berundak sebanyak 345 buah hingga akhirnya nanti tiba di sebuah persimpangan jalan yang akan menuju ke makam Raja-raja.

Bagi kebanyakan orang kompleks pemakaman raja-raja Imogiri tak lebih hanya tempat bersejarah dan rekreasi yang terkadang dikunjungi terutama pada hari-hari libur. Tapi tak begitu dengan Pak Darto. Bagi seorang Pak Darto kompleks pemakaman Imogiri tak hanya sekedar pemakaman biasa atau situs sejarah saja. Kompleks ini banyak menyimpan nilai-nilai filosofi, ajaran-ajaran yang belum semua dapat dimaknai oleh generasi saat ini. Ajaran-ajaran dan nilai filosofi tersebut memang sulit dimengerti karena masih berupa simbol simbol yang terdapat pada bagian-bagian kompleks seperti anak tangga, pohon dan benda-benda lain itu juga yang membedakan dengan prabu Jayabaya yang meninggalkan ajaran-ajarannya dalam bentuk tulisan. Contoh dari makna yang beliau ungkapkan adalah tentang lambang negara garuda pancasila dan simbol yang menunjukan angka tahun yaitu seribu enam ratus empatpuluh lima.

Selain kompleks makam raja-raja didaerah ini juga menyimpan banyak peninggalan sejarah lain. Banyak rumah-rumah joglo yang berusia ratusan tahun masing-masing menyimpan cerita. Bapak tua ini masih merekam dengan jelas cerita-cerita yang ada dibalik bangunan-bangunan tua itu.

Pak Darto bukanlah orang yang luar biasa, paranormal, punya pengaruh kuat, keluarga kraton, abdi dalem ataupun pejabat. Lelaki berusia enampuluh tujuh tahun ini hanyalah seorang kepala dukuh di desa Girirejo Kecamatan Imogiri Bantul yang peduli terhadap pelestarian budaya leluhur.

Berbekal satu tekad dan ketekunan yang dilandasi sebuah kesadaran untuk mempertahankan warisan nenek moyang selama bertahun-tahun pria ini mendokumentasikan makna yang tersirat di komplek makam raja Imogiri. Diantaranya dengan menyusun kalender Jawa hingga tujuh ratus tahun yang dimulai tahun seribu enamratus empat puluh lima dan mempertahankan rumah-rumah berbentuk joglo yang banyak terdapat didaerahnya. Kalender itu sendiri adalah hasil sebuah renungan memahami semangat dari nenek moyang dalam hal ini adalah generasi yang pernah mengalami kejayaan yaitu Mataram di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Penyusunan ini disebabkan menurut beliau saat ini kalender Jawa yang ada sudah agak beda dengan asalnya ada pergeseran. Dari hasil kerja kerasnya beliau berhasil menyusun kalendernya tetapi sayang dari orang-orang yang telah ditemui belum ada yang mampu mengangkat hasil karyanya untuk dinilai apakah benar atau tidak. Dari perhitungannya kalender tersebut memang cocok. Dalam perhitungan tidak asal tapi tetap menggunakan cara yang berlaku.
Masih satu paket dengan kalender Jawa susunannya itu adalah nilai-nilai filosofi yang secara simbolik terdapat pada kompleks. Diantara simbol yang didokumentasikan terdapat juga gambar merak dan garuda pancasila menurutnya masih ada hubungannya. Hasil susah payah kerjanya selama beberapa tahun itu terjilid rapi dan penyusunannya juga cukup baik meskipun hanya dengan tulisan tangan.

Lewat usaha dengan batas kemampuannya lewat getok tular sosok ini bercerita dari mulut ke mulut pada mahasiswa-mahasiswa, tamu-tamu yang kebetulan datang kerumahnya.
Adaharapan yang masih ingin beliau perjuangkan agar generasi berikut mampu mempertahankan nilai-nilai luhur dari nenek moyang. Salah satu nilai yang disampaikan adalah semangat persatuan yang membuat Mataram Islam pernah berjaya dibawah kepemimpinan Sultan Agung. Sekali lagi semangat persatuan hal yang sering ditekankan.

Sebuah peristiwa besar terjadi di tengah perjalanan dan perjuangan Pak Darto yang belum sepenuhnya tercapai. Sabtu duapuluh tujuh Mei Dua ribu enam Jam enam kurang
limamenit Yogya dan sekitarnya digoncang gempa hebat dan memang memberikan dampak yang luar biasa termasuk bagi Pak Darto. Gempa bumi berkekuatan enam skala richter sesaat hampir menghancurkan segala harapan dan cita-cita Pak Darto. Akibat gempa bumi yang diperkirakan berpusat di kali opak itu turut menghancurkan banyak bangunan di wilayah Imogiri. Diantara yang rusak adalah rumah penduduk, rumah kuno beratap joglo yang sudah berusia ratusan tahun, dan kompleks pemakaman sendiri. Rumah Joglo milik Pak Darto sendiri juga turut mengalami kerusakan yang cukup parah.

Sesaat setelah peristiwa gempa bumi terjadi yang diselamatkan beliau salah satunya adalah jilid-jilidan hasil kerja kerasnya selama bertahun-tahun. Untung saja jilidan itu masihlah utuh tak mengalami kerusakan.

Adabanyak Butir-butir budaya Jawa.yang belum sempat tersampaikan. Butir-butir yang tersimpan dalam bentuk simbol-simbol yang terdapat di sekitar lokasi pemukiman.
Peristiwa sabtu pagi duapuluh tujuh Mei duaribu enam itu memang menyisakan trauma yang mendalam bagi warga yang mengalaminya. Banyak diantara mereka yang mengalami ketakutan dan was-was tiap kali terjadi gempa susulan. Bayang-bayang ketakutan itu masih menghantu.
Diantara mereka yang menjadi korban ternyata masih ada yang terus bangkit berdiri rumah boleh runtuh tetapi semangat harus tetap ada. Pak Darto adalah satu diantara segelintir mereka yang ingin cepat bangkit. Ternyata gempa tak membuat perhatiannya terhadap pelestarian budaya padam. Lewat relawan-relawan yang kebetulan singgah kembali sosok ini terus sebarkan hasil usahanya. Hal yang selalu ditunjukkannya adalah masih banyak kearifan nenek moyang yang disampaikan lewat simbol-simbol belum semuanya dapat dimaknai. Sebuah tekad tanpa pamrih dengan satu tujuan terjaganya warisan leluhur nenek moyang.

Menilik kembali hakikat dari sebuah bencana yang merupakan ujian dari Tuhan, jika ada mereka yang terus berdiri tegak tak berlarut-larut dalam suasana duka adalah hal yang luar biasa. Diantara mereka yang masih berdiri tegak dan memperjuangkan sesuatu yang mungkin terabaikan jangankan saat setelah gempa sebelum peristiwa ini terjadi tak banyak yang memikirkan hal tersebut.

Walau sempat diguncang gempa tektonik yang meluluhlantakan daerah Selatan Yogyakarta Pak Darto terus berjuang dalam kesendiriannya. Diantara puing reruntuhan ternyata masih ada yang masih tegak berdiri. Sosok yang mulai termakan usia ini masih terus berjuang mempertahankan dan menyebarkan nilai-nilai budaya tinggi warisan leluhur yang sempat membawa Mataram kearah kejayaan lewat jalan sunyinya