Skip to main content

BANJIR DAN FAKTOR PENYEBABNYA

(www.Tempointeraktif.com)

Masih belum terlupakan ingatan kita akan bencana banjir besar yang melanda ibukota Jakarta setahun yang lalu. Bagaimana pusat pemerintahan negeri ini berubah menjadi kolam raksasa yang membuat banyak sekali warga terpaksa mengungsi dengan memakan korban baik jiwa maupun harta benda. Banjir dari tahun ketahun seakan telah menjadi tamu yang harus disambut dengan berbagai tindakan penyelamatan.

Banjir muncul menjadi fenomena yang seakan-akan tak ada langkah yang bisa mencegahnya. Kejadian yang membuat ilmu para pakar-pakar Universitas ternama negeri ini sia-sia karena seringkali mentah tanpa tindakan lanjutan dan hanya mampu menari-nari dalam kolom-kolom di media massa atau diskusi seru di layar kaca. Namun hasilnya tentu sudah tahu semua nol. Bencana banjir terus datang dan bahkan makin meluas tak hanya terjadi di Jakarta tapi juga beberapa daerah lain di Indonesia.

Sebenarnya apakah banjir itu datang tiba-tiba saja tanpa ada satu penyebabnya? Hal ini perlu kembali diuraikan dan terus di tekankan pada semuanya. Ada sebab pasti ada akibat dan itu satu paket. Begitu juga dengan banjir terjadi karena ada kejadian-kejadian sebelumnya yang menjadi faktor penyebabnya.

Banjir merupakan satu fenomena alam yang bisa terjadi secara umum karena dua hal. Pertama adalah karena adanya kejadian alam dan kedua karena ulah dari manusia. Mengenai akibat alam bisa dikesampingkan dulu sebab di negeri ini ulah manusia menjadi faktor utama terjadinya bencana banjir. Hal yang diakibatkan manusia lebih banyak didominasi oleh perubahan tata guna lahan.

Berubahnya tata guna lahan memang terlihat jelas sebagai sebab terjadinya bencana banjir di beberapa wilayah tanah air termasuk Jakarta. Manusia selalu lupa ketika dengan semaunya menebang hutan atau menancapkan hutan-hutan beton di daerah resapan. Air yang dulu saat hutan masih lebat bisa tertahan dan kemudian meresap kedalam tanah akhirnya hanya mengalir saja karena tak ada penghalang. Seringkali bahkan air tak bisa meresap dan mengalir begitu saja menjadi aliran air permukaan surface run off yang akhirnya merendam wilayah-wilayah yang berada di bawahnya.

Manusia seringkali lupa ketika membabi buta merusak alam dan kemudian kaget ketika bencana terjadi. Setelah bencana terjadi baru mereka grusa-grusu mencari solusinya dan seringkali yang terjadi bukan permasalahan yang tuntas tapi adu argumen untuk membuktikan siapa yang benar dan saling menyalahkan. Namun hasilnya nol akhirnya mereka yang lemah selalu menjadi korban.

Ada asap ada api ada akibat ada akibat. Berbekal hal tersebut solusi mengatasi mencegah peristiwa banjir juga harus dimulai dari mengenali apa penyebabnya. Mengenali dengan kesungguhan tak hanya kata-kata. Jika para ahli sudah mengatakan perubahan tata guna lahah sebagai penyebab maka pemerintah didukung masyarakat menindak lanjuti dengan berbagai tindakan seperti apakah itu dengan jalan penghijauan, reboisasi, pengembalian suatu daerah menjadi wilayah resapan dan sebagainya. Intinya memahami, mengeri, bertanggung jawab atas tugas masing-masing dan yang paling penting segera bertindak tak hanya berdebat saja.

Sebenarnya banjir mudah sekali cara mengatasinya jika semua orang peduli dan berbuat. Semuanya berkesungguhan membuat perubahan dengan langkah nyata dan menghindari NATO.


MF. ARIEF


Comments

Anonymous said…
Saya Sependapat..kebanyakan masyarakat terjangkiti virus NATO sehingga lupa akan maslah-maslah krusial yang harusnya segera dituntaskan..