Skip to main content

Jejak Pieterszoon Coen Di Kota Lama Jakarta

Museum fatahilah Terletak Di Kawasan Kota Tua Jakarta

Matahari sudah mulai condong ke Barat, namun terik serta panas masih sangat terasa sore itu di pelataran museum Fatahilah, kota lama Jakarta. Untunglah ada angin yang bertiup dari laut dan sebuah pohon rindang yang sedikit mengurangi rasa panas.

Sambil melepas lelah Sutar, seorang tukang ojek sepeda duduk di bawah pohon besar di depan museum. Lamat-lamat terdengar suara bunyi geledek salah satu tanda datangnya hujan. "Udah panas aja ga papa tapi jangan hujan. Di Selatan aja, Depok yang hujan," kata Sutar. Memang bagi orang yang berprofesi seperti dia datangnya hujan kurang diharapkan karena akan mempengaruhi pengunjung yang ingin naik ojek sepeda. Sutar yang sebenarnya asli dari Jawa Tengah itu sudah bertahun-tahun mengadu nasib menjadi tukang ojek sepeda. Beberapa kali ojek sepedanya disewa untuk keperluan shoting, wawancara atau acara televisi.

Adanya tukang ojek sepeda seperti Sutar memang jadi salah satu kekhasan kota lama Jakarta, selain bangunan-bangunan megah peninggalan Belanda. Namun sayang ada diantara bangunan tersebut yang tak terawat sehingga ditinggalkan begitu saja dalam kondisi rusak.


Diantara bangunan kuno cagar budaya yang masih terawat dengan baik sebagian besar difungsikan sebagai museum sebut saja museum bank Mandiri, museum Bank Indonesia, museum seni rupa, museum Fatahillah dan masih banyak lagi.


Balaikota Batavia, b
angunan kuno, megah dan gagah itu masih terlihat kokoh. "Dulu di sinilah pusat pemerintah Batavia," kata Sutar. Gedung ini termasuk yang paling tua. Peletakan batu pertamanya saja pada tanggal 30 Mei 1626. Dalam rentang waktu hingga saat ini sempat mengalami beberapa kali perubahan fungsi hingga tanggal 30 Maret 1974 ditetapkan sebagai Museum Sejarah Jakarta.

Museum fatahillah konon jadi saksi kejayaan Hindia Belanda dan kejamnya Pemerintah saat itu. Di depan bangunan ini ada lapangan yang cukup luas dan ditengah-tengahnya ada bangunan kecil berbentuk segi delapan. Bangunan segi delapan itu dulunya air mancur, yang airnya disediakan untuk keperluan orang Batavia yang kebetulan lewat. "Airnya disalurkan dari Glodok. Dulu pernah digali dan ditemukan saluran yang asalnya dari daerah glodok," kata Sutar. Tambahnya di lapangan ini pulalah digunakan sebagai tempat pemberian hukuman pancung bagi mereka yang dianggap bersalah. Pedang yang digunakan untuk memancung masih tersimpan di dalam museum.

Ada sekitar 500an koleksi yang disimpan di Museum ini. Koleksi tersebut mulai dari periode Batavia, kisah pendiri Batavia Jan Pieterszoon Coen, meriam si Jagur yang terkenal hingga ruang di mana pengeran diponegoro pernah ditahan. Menelusuri jejak Jakarta bisa dimulai dari sini.

Ojek sepeda Adalah Salah Satu Transportasi Alternatif di Kota Tua

Matahari terus condong ke Barat. Hampir satu jam Sutar istirahat namun belum lagi ada penumpang yang menggunakan jasa ojeknya. Hari ini memang tak terlalu ramai jumlah pengunjungnya.

Sementara satu demi satu pengunjung kota lama mulai pergi Sutar masih terlihat penuh semangat menanti asa menunggu calon pengguna jasa ojeknya. Sambil tersenyum terbayang dirinya akan indahnya kota lama di masa lalu.

Kota Lama, Jakarta 3 Mei 2008

Fathoni Arief

Comments