Skip to main content

Mau Dibawa Kemana Sepakbola Kita?

Lepas dari satu masalah muncul masalah lain. Itulah yang saat ini tengah dihadapi oleh persepakbolaan Indonesia. Ingatan publik masih belum hilang beberapa bulan lalu ketika isu penggulingan rezim Nurdin Halid mengemuka. Satu drama panjang yang akhirnya selesai di Solo dengan terpilihnya Djohar Arifin Husein sebagai Ketua Umum PSSI. Apakah itu akhir dari cerita tentang PSSI, rupanya belum. Kini pengurus baru memiliki pekerjaan rumah besar terkait nasib Liga Super Indonesia dan Liga Profesional Indonesia.

Persoalan ISL dan LPI sebenarnya sudah mencuat jauh hari setelah berlangsungnya piala AFF. Bahkan masalah ini sempat membuat Indonesia terancam sangsi dari FIFA. Mencegah sangsi dari badan sepakbola tertinggi dunia akhirnya PSSI mengakomodir LPI. Solusinya bukan berarti ada dua liga tapi meleburkan LPI dalam kompetisi bentukan PSSI. Meski ternyata menggabungkan LPI dan ISL tak semudah membalik tangan.

Soal peleburan dua liga tersebut rupanya bukanlah satu-satunya masalah yang kini dihadapi. Terhentinya aliran dana APBD dan persyaratan dari AFC mengenai standar klub yang harus dipenuhi peserta liga membuat masalah makin pelik. PSSI memutuskan mengaudit lagi tim divisi Utama, ISL dan LPI terkait dengan 5 persyaratan yaitu : syarat finansial, legal, infrastruktur, personel, dan sporting. Diantara kelima persyaratan tersebut finansial menjadi momok klub yang dulunya begitu bergantung dengan dana APBD.

Berbagai reaksi pun muncul. Ada suara pengurus klub yang mempersoalkan mepetnya waktu untuk memenuhi semua persyaratan. Jika dihitung dari awal Agustus hingga saat kompetisi dimulai yaitu tanggal 8 Oktober berarti hanya ada waktu tak sampai 3 bulan. Melihat fakta-fakta yang ada publik tentunya bertanya-tanya mampukah klub-klub yang ada memenuhi persyaratan yang diajukan AFC tersebut. Apalagi ada sanksi AFC larangan tampil di liga Champion Asia selama 3 musim kompetisi bagi klub-klub Indonesia.

Pantas saja jika ekspektasi publik tinggi. Apalagi selama ini sudah beberapa kali terjadi gonta-ganti format kompetisi, namun tak ada perubahan signifikan terhadap kualitas kompetisi dan prestasi sepakbola negeri ini. Sejak berdiri hingga saat ini sudah berkali-kali terjadi perubahan format kompetisi. Kembali ke masa lalu, hingga tahun 1979 satu-satunya kompetisi tingkat nasional di Indonesia adalah Kejuaraan Nasional Perserikatan dan bersifat amatir. Awal mula adanya kompetisi profesional adalah tahun 1979 ditandai dengan terselanggaranya Liga Sepak Bola Utama dan disingkat Galatama. Bahkan waktu itu Galatama menjadi salah satu pioner kompetisi semiprofesional dan profesional di Asia selain Hongkong. Meski demikian, baik Perserikatan maupun Galatama tetap berjalan sendiri-sendiri.

Di awal kompetisi hingga musim 1982, Galatama memperbolehkan adanya pemain asing. Namun setelah itu pemakaian pemain asing dilarang. Aturan ini tahun demi tahun makin membuat Galatama ditinggalkan penonton. Bahkan lambat laun tak hanya ditinggalkan penonton saja tapi satu persatu klub mengundurkan diri.

Tahun 1994 Galatama dan Perserikatan digabung menjadi Liga Indonesia. PSSI menggabungkan Perserikatan dan Galatama dan membentuk Liga Indonesia, memadukan fanatisme yang ada di Perserikatan dan profesionalisme yang dimiliki Galatama. Dengan tujuan meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia. Dalam perjalananya Liga Indonesia sempat mengalami beberapa kali perubahan format dari satu wilayah menjadi dua wilayah dan kembali satu wilayah lagi. Pada tahun 2008, PSSI menyelenggarakan Liga Super Indonesia sebagai liga sepak bola profesional pertama di Indonesia, menggantikan Divisi Utama sebagai kompetisi tingkat teratas.

Keberadaan Liga Super Indonesia rupanya kembali terusik. Semua dimulai dari isu pelarangan penggunaan dana APBD oleh Menteri dalam negeri, ditambah munculnya kompetisi mandiri yang dimotori oleh pengusaha Arifin panigoro bernama Liga Primer Indonesia. LPI mengklaim dirinya sebagai kompetisi profesional yang bebas dari dana APBD.

Belajar dari penyelenggaraan liga-liga di masa lalu seharusnya PSSI kali ini bisa menghasilkan keputusan terbaik. Apalagi sekarang pasca penyelanggaraan piala AFF permainan timnasional kita trendnya tengah naik. Semoga saja dengan terbentuknya liga yang benar-benar bermutu, profesional, setidaknya kita bisa meniru Jepang yang sukses dengan liga Jepangnya.

Fathoni Arief

Masyarakat Pemerhati Bola


Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments