Skip to main content

Segera Bentuk Akademi Wasit Kelas Internasional


Mutu wasit tanah air kembali menjadi sorotan. Kurang berkualitasnya sang juru adil pertandingan ini dikeluhkan oleh sejumlah klub dalam naungan PSSI. Banyak yang menuding wasit seringkali berat sebelah memihak salah satu tim. Akibat wasit tak tegas dalam memimpin, banyak partai yang berujung ke permainan keras, bahkan tak jarang berujung pada tindakan anarkis suporter yang tidak puas. Kualitas wasit yang masih dibawah standar akhirnya seringkali menjadi alasan sebuah tim atas buruknya penampilan mereka.

Kurangnya kompetensi wasit ini dirasakan hampir di semua kompetisi, bahkan di kasta tertinggi persepakbolaan di negeri ini, Liga Super Indonesia. Publik tentunya masih ingat, wasit yang memimpin laga tuan rumah Persisam Samarinda versus Sriwijaya FC. Keputusannya tidak memberi peringatan seorang pemain tuan rumah yang melanggar pemain timnas ini berujung pada amarah sang pemain. Tanpa basa-basi kartu merah diberikan kepada pemain yang bersinar di piala AFF kemarin.


Partai lain yang mempertemukan tuan rumah Persisam melawan Persib Bandung juga menuai kecaman. Pertandingan yang semula berimbang menjadi berat sebelah ketika wasit tiba-tiba saja memberi kartu merah Crhistian Gonzales. Bahkan karena merasa terus-terusan dikerjai wasit sempat ada wacana tim Maung ini hengkang ke Liga Primer Indonesia.

Wasit Asing Hanya Solusi Sementara

Di Liga Primer, ternyata kualitas wasit juga tak jauh berbeda. Kompetisi yang konon katanya lebih fairplay ini ternyata belum mampu mendatangkan wasit yang mumpuni. Di beberapa laga LPI bahkan sempat terjadi hujan kartu dan kericuhan karena wasit yang dianggap kurang adil. Seperti yang terjadi saat tuan rumah Bogor Raya menjamu Semarang United dan Atjeh United kontra Real Mataram yang keduanya sempat diwarnai kartu merah dan sedikit keributan penonton.

Keluhan akan buruknya wasit lokal ini sebenarnya sudah ditanggapi oleh PSSI. Badan sepak bola tertinggi di tanah air ini sudah merencanakan mengontrak wasit asing dari beberapa negara untuk memimpin pertandingan di LSI. Begitupula dengan kompetisi tandingan bentukan Arifin Panigoro, LPI. LPI jauh hari sudah mengontrak wasit asing untuk memimpin pertandingan di LPI walaupun sejauh ini memang belum diturunkan.

Seharusnya PSSI lebih tanggap mengenai urusan perwasitan. Mengontrak wasit asing bukanlah hanyalah solusi sementara. Solusi jangka panjang kita perlu mencari cara menghasilkan bibit-bibit unggul sang juru adil. Cara ini menurut saya lebih baik mengingat wasit termasuk komponen yang berperan dalam meingkatkan kualitas kompetisi di suatu negara. Lemahnya kemampuan wasit mengakibatkan ketidakmampuan memimpin pertandingan secara adil sehingga banyak hal-hal yang sebenarnya merupakan pelanggaran namun dibiarkan begitu saja. Inilah awal dari kebiasaan permainan keras dan akibatnya rentan membuat cedera pemain. Lihat saja betapa kerasnya permainan tim-tim di tanah air. Maka tak mengherankan jika pelatih Timnas Alfred Riedl ogah beruji coba dengan tim lokal belajar dari pengalaman menangani timnas senior.

Seperti halnya dengan pemain, PSSI perlu menganggarkan sejumlah dana dan memprogramkan sebuah perangkat yang mampu menghasilkan produk wasit kelas dunia. Jika perlu merekrut putra-putra terbaik bangsa diseleksi dan dididik dalam sebuah Akademi khusus wasit. Proses seleksinya harus ketat jika saat ini wasit memiliki pendidikan SMA mungkin nanti kedepan minim harus S1. Dalam Akademi tersebut nantinya mereka dibekali dengan kemampuan, termasuk penggemblengan sikap untuk menolak suap dan kalau perlu magang keluar negeri seperti layaknya pemain.

Langkah tersebut memang membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun saya yakin kedepan kita akan mampu menghasilkan wasit kelas satu dan bakal berimbas pada peningkatan mutu sebuah kompetisi. Tentu saja akan banyak wasit-wasit kita yang bisa memimpin laga-laga di tingkat internasional. Semoga saja!


Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments