Skip to main content

Menanti Sentuhan Baru Pengurus Anyar PSSI


Drama kongres PSSI akhirnya usai juga. Kota Solo rupanya mampu mempertemukan kelompok-kelompok yang selama ini bersitegang dalam satu meja untuk duduk bersama dan membentuk kepengurusan baru. Akhirnya Djohar Arifin Husin tampil sebagai Ketua Umum baru. Kongres berjalan sukses dan hal terpenting Indonesia luput dari sanksi FIFA.

Usai terbentuk kepengurusan baru, masyarakat sudah menanti seperti apakah kinerja mereka. Adakah hal baru dan semangat baru yang diusung. Atau hanya berganti orang saja namun rasanya tetap saja.
Setidaknya satu keputusan yang terkesan kontroversial sudah dibuat PSSI. Di awal kepengurusanya pelatih tim nasional Indonesia Alfred Riedl adalah korban pertamanya. Pelatih berkebangsaan Austria itu didepak dari kursinya dan diganti pelatih asal Belanda, Wim Rijsbergen. Padahal sebenarnya kontraknya baru selesai Mei 2012. Bahkan untuk “membuang” Riedl, PSSI rela merogoh koceknya sebagai ganti rugi. Keputusan yang tentunya membuat orang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. 

Pergantian pelatih yang terkesan mendadak tersebut mengagetkan banyak pihak, termasuk Riedl. Ganti pelatih berarti memulai lagi adaptasi antara pelatih dengan pemain padahal persiapan timnas untuk menghadapi beberapa ajang penting sudah kian mepet. Di depan mata pra kualifikasi piala dunia dan target medali emas di Sea Games sudah menanti.

Nasib LPI dan ISL

Tak hanya soal ganti pelatih baru saja. Keputusan pengurus baru terkait nasib Liga Primer Indonesia juga dinanti. Seperti apakah formula yang dipakai untuk meleburkan kompetisi bentukan Arifin Panigoro tersebut dengan ISL. Yang jelas hingga sekarang belum ada keputusan final akan hal itu. Terkait Hal itu semoga saja PSSI segera mampu menanganinya. Setidaknya ada waktu hingga usai lebaran nanti.

Satu persoalan lagi yang tak kalah penting adalah terkait pendanaan bagi klub ISL. Seperti telah kita ketahui 2012 penggunaan dana APBD untuk sepakbola sudah benar-benar dilarang. Bagi klub seperti Arema hal ini tak lagi menjadi soal namun tidak demikian halnya dengan klub yang  selama ini teramat bergantung pada dana APBD. Situasi ini membuat mereka was-was dengan masa depan mereka. Berkurangnya dana APBD artinya akan ada pengaruh besar pada tim. Mereka  harus berfikir keras bagaimana caranya dengan dana cekak mampu membentuk satu tim yang kompetitif dan bisa menjalani serangkaian jadwal ketat dari sebuah kompetisi.
Satu langkah yang patut ditiru adalah keputusan mantan juara ISL Persik Kediri untuk tidak mendatangkan pemain luar yang mahal. Mereka lebih memilih mendatangkan pemain potensial hasil dari ajang Porprov. Terlepas dari pertanyaanya apakah kemampuan mereka sudah benar-benar teruji langkah ini patut ditiru.
Dengan kondisi seperti ini publik kini bertanya-tanya. Seperti apakah solusi yang ditawarkan oleh PSSI nanti. Sehingga jangan sampai selepas kompetisi antara LPI dan ISL benar-benar dilebur ada suara-suara sumbang terkait masalah pendanaan. Jangan sampai ada kecemburuan dengan tim LPI yang ada di bawah pendanaan konsorsium.

Bagaimanakah Pak Ketua Umum PSSI? Keputusan-keputusan terkait dengan hal diatas sangat ditunggu masyarakat pecinta. Mampu membenahi liga dan timnas adalah poin penting bagi kami untuk menilai kualitas anda.

FATHONI ARIEF


Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments