Skip to main content

Superhero dari Negeri Antah Berantah

Beberapa hari terakhir di kota ini begitu hingar-bingar demam akan sosok Superhero. Sosok manusia super yang mampu keluarkan jaring laba-laba dan kekuatan luar biasa. Entah kenapa sosok itupun juga turut pengaruhi fikiran dan angan-anganku. Seandainya aku jadi manusia super seperti tokoh Peter Marker(bukan Peter Parker) dalam cerita tersebut. Angan-angan mirip waktu aku masih anak ingusan.

Angan-angan menjadi sosok Superhero. Sesuatu yang membuatku terinspirasi namun juga menggelitikku. Seperti saat ini diperempatan pandanganku tertuju pada sosok superhero yang terpajang di sudut perempatan. Sang Superhero dengan kostum kebanggaan berpose menunjukkan kemampuan supernya. Sang Superhero begitu banyak sosok yang dipuja banyak orang hingga mampu menyedot animo masyarakat memenuhi semua bisokop yang ada di kota ini bahkan sempat terdengar bajakannyapun telah beredar dan bisa didapatkan di rental-rental.

Tergila-gila dengan sang superhero, begitulah apa yang sekarang terjadi pada khlayak di kota ini. Demam akan sang superhero sampai-sampai semuanya mereka ikuti dari pakaian, gaya pokoknya semua hingga bisa dibilang mirip dengan tokoh idolanya.

Di kota ini memang banyak lahir manusia-manusia penuh obsesi yang selalu terobsesi dengan munculnya sang superhero di masing-masing jamannya. Ternyata tiap generasi punya masing-masing superhero hingga akhirnya muncul ketentuan tak tertulis hanya superhero yang bisa memimpin. Hanya manusia perfect tanpa kesalahan yang boleh jadi pemimpin selain itu harus dijungkalkan bagaimanapun caranya.

Ada beberapa catatan tentang sosok superhero yang warga kota ini idolakan. Saat masih kecil dan belum mengerti arti seorang superhero, kakek pernah cerita tentang jagoan idolanya. Kakek mengidolakan Gatotkaca, sosok berotot kawat tulang besi. Kakek pernah cerita sosok inilah yang mengobsesi para insinyur di kota ini untuk membuat pesawat terbang yang dinamai dengan Tetuko, yang tak lain nama kecil dari Gatotkaca.

Gatotkaca, sang superhero yang mampu terbang di atas awan pada langit tinggi melesat cepat dengan kekuatan supernya. Pesawat yang dibuat para Insinyur juga demikian namun karena mengambil nama Tetuko terbangnya juga masih seperti Gatotkaca pada waktu masih kecil belum mampu terbang di atas awan. Tetuko masih belajar terbang dan hanya mampu terbang di bawah awan dengan baling-balingnya.

Tahun berganti tahun ternyata Tetuko tak kunjung bertambah kemampuannya. Sosok superhero ini hanya segitu saja hingga perlahan Tetuko mulai dilupakan. Kabar Terakhir rumah Tetuko sudah dibeli orang dan pembantu yang merawatnya sudah dipecat semua.

Ternyata aku bukan satu-satunya yang berdiri terpaku dan terpana dengan poster besar superhero di perempatan ini. Seorang anak kecil terus saja merengek-rengek, menarik-narik lengan ibunya sambil menunjuk poster tersebut. Usut punya usut si anak kecil melihat anak-anak lain seusianya yang diajak orang tuanya menonton film tentang sosok superhero tersebut.

Sang ibu ternyata hanya menjewer telinga si anak kecil. Ia menunjuk kea rah mobil dan motor di perempatan. Sebuah alat musik diberikannya pada anak kecil itu sambil ngomel-ngomel. Sambil meneteskan air mata dan terisak sang anak melangkah mendatangi mobil-mobil itu satu demi satu sambil menyanyikan lagu dengar suara yang tartutup suara klakson dan bisingnya lalu-lintas.

Ya semuanya memang akibat kecanduan superhero akut. Penyakit atau apalah yang melanda tak hanya padaku tapi pada semua warga kota ini. Superhero yang berhak jadi pemimpin, sosok yang selalu benar dan harus benar dan secepat mungkin mengndalikan segala sesuatu lebih cepat dari penyajian mie instant.

Tak heran jika sosok superhero dianggap atak ada ada orang-orang yang memimpin mereka sebagai jawabannya adalah demonstrasi dan aksi-aksi. Di aksi-aksi itulah muncul sosok superhero lain yang menjadi orang paling benar dengan pendapatnya.

Pernah dalam satu kesempatan orang-orang terpelajar di kota ini membuat satu seminar tentang percepatan laju ekonomi. Anehnya yang jadi pembicara bukan ahli ekonomi namun The Flash manusia supercepat sebagai key note speaker. Ekonomi harus diperbaiki dengan aksi lebih cepat dari mie instant.

Aneh-aneh saja perilaku negeri antah berantah ini. Tak sadar akupun tertawa. Kata hatiku berkata "Ah seandainya jadi superhero" dan bayangkan sperti yang dialami Peter Marker sang tokoh di poster itu.

Bayangan-bayangan meliputi dan…"tit..tit..tiiiiit"

Dari balakang klakson berbunyi dan menyadarkanku aku hidup didunia nyata. Meyadari tak ada manusia superhero di dunia nyata. Superman saja bisa lumpuh.

Motorkupun kembali melaju di salah satu sudut terlihat mahasiswa yang sedang aksi. Akupun teringat bayangan superhero dari negeri anath berantah. "Apakah mereka juga terkena virus superhero?..."

Tak taulah…semuanya punya jawaban atas yang dilakukan. Kalau aku sendiri lebih baik jadi manusia biasa tapi bisa berbuat banyak.

Fath…8 May 2007

Comments