Skip to main content

Impian Di Atas Awan

Fath sang Elang Tak Pernah lelah. Petualangannya kini sampai ke puncak menoreh... Pegunungan Menoreh sudah diselimuti kabut tebal meski saat itu waktu baru menunjukkan pukul 15.00 WIB.

Di salah satu sudut desa Cacaban Kidul di lokasi yang paling terpencil dan letaknya termasuk paling tinggi sekelompok anak-anak remaja dan dewasa yang jumlahnya kurang lebih 60an. Mereka memenuhi ruang tamu kepala dusun yang letaknya didaerah terpencil tersebut. Mereka adalah kumpulan warga Cacaban Kidul dan Desa Benowo yang lokasinya berdekatan. Diantara kumpulan warga terebut ada dua sosok yang satu berbaju batik dan satunya memakai baju koko.

Kumpulan warga yang memenuhi ruangan kepala Dusun tersebut bukanlah sedang mengkuti kegiatan pengajian atau demontrasi. Mereka adalah kumpulan warga belajar di kejar paket B PKBM Tunas Muda desa Cacaban Kidul.
Menurut Muhlasin yang notabene merupakan sang ketua penyelenggara kegiatan Kejar paket B ini telah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Kejar Paket B ini juga sebagi tindak lanjut dari Kejar Paket A yang sudah berlangsung sebelumnya. Warga sangat antusias menyambut adanya kejar paket B ini. Kendala sulitnya medan yang menyebabkan mereka sebagian besar tidak melanjutkan ke jenjang SMP ataupun SMA telah teratasi dengan adanya kejar paket B ini. Memang di desa ini hanya ada TK dan sekolah dasar sedangkan SMP letaknya sekitar 8 km. Untuk menjangkau SMP bisa ditempuh dengan jalan kaki atau kendaraan namun menghadapi
medanyang curam dan sangat terjal.

Sebenarnya jika menggunakan kendaraan bermotor kendala itu bisa dipenuhi namun hal itu juga tak memungkinkan maklum desa ini nyatanya merupakan kantong daerah miskin. Dulu saat masih ada kategori desa IDT di kecamatan Bener dari 20 desa 16 diantaranya merupakan desa teringgal. Salah satu diantara desa tertinggal adalah desa Cacaban Kidul.
Munculnya Kejar Paket B Tunas muda yang dipelopori oleh Muhlasin memang ibarat oase ditengah kehausan mereka menuntut ilmu dan menggapai cita-cita mereka yang telah lama tergantung di awan. Makanya tak mengherankan jika jumlah peserta kejar paket B ini membludak hingga mencapai 67.

Adanya kejar paket B membuat impian-impian warga yang dulunya terbang entah kemana perlahan mulai mendekat lagi. Banyak diantara mereka yang sudah berencana melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
“Mereka sangat antusias hingga saya begitu kewalahan dalam menjawab pertanyaan mereka yang bertubi-tubi”, kata Miftahudin S.Ag salah seorang tutor.

Kini ada permasalahan yang menjadi kendala bagi kegiatan pembelajaran kejar paket B ini. Mereka yang tengah bersemangat menyusun masa depan yang lebih baik ini sedang membutuhkan “perhatian” dari luar. Selama ini kegiatan kejar paket B hanya mengandalkan swadaya sepenuhnya dari warga belajar. Baik tutor maupun warga belajar harus sepenuhnya swadaya. Warga harus menyisihkan dana sendiri untuk keperluan pendidikan mereka. Para Tutor selama ini juga tak dibayar.

Selain menghadapi permasalahan dana operasional kejar paket B ini juga tak didukung fasilitas belajar yang memadai. Gedung untuk keperluan belajar selama ini harus numpang di tempat kepala dusun dan setiap saat menghadapi listrik padam yang sering terjadi. Dengan minimnya fasilitas dan berbekal kemnadirian walaupun harus dengan menyisihkan hasil kerja mereka yang notabene juga pas-pasan mereka coba meraih mimpi.

Menoreh 29 Mei 2007...road to eagle award

Comments