Skip to main content

Kisah Inspiratif Tentang Oase Dari Ipuh

Ipuh Salah Satu Kabupaten di Bengkulu


IPUH, satu kecamatan di Bengkulu Utara, siang itu begitu terik. Selepas berjalan lebih dari 100 km kendaraan yang kami tumpangi berhenti di sebuah pom bensin. Sekedar istirahat, bersih-bersih dan menjalankan ibadah Sholat dhuhur.

Selepas Sholat saya dan seorang bergabung dengan dua rekan lain yang tengah duduk-duduk di teras yang cukup teduh. Seorang penjual es campur ternyata ikut nimbrung sambil menyajikan pesanan es dalam gelas plastik. Penjual es campur, dengan sepeda motor bebek dan dagangan yang diletakkan di tempat di kiri kanan dengan dudukan khusus dari kayu. Bapak penjual itu kuperkirakan usianya baru 40an awal. Tingginya sekitar 165 dengan kulit coklat sawo matang dan kumis di wajahnya.

Kerna cuaca yang memang cucup terik, melihat segelas es campur dingin sayapun tergoda turut memesannya. Ya si bapak meracik lagi 2 gelas es campur.

Tak lama es campur sudah siap saji. Memang segar rasanya. Apalagi es campur itu tanpa pemanis buatan. " Asli mas, tanpa pemanis buatan saya jamin, kecuali mungkin rotinya saya tak tahu," begitu kata si bapak.

Sambil menikmati es si bapak cerita. Tentang asal muasalnya dan hal ikhwal keberadaanya di Bengkulu Utara ini. Bapak penjual es, Sebut saja namanya pak Joko ternyata orang asli Karanganyar, Jawa Tengah. Cerita selanjutnya yang membuatku terperangah dan berdecak kagum.

6 bulan yang lalu, pak Joko datang ke bengkulu. Bayangkan naik motor lengkap dengan perkakas yang menempel di motor tempat menaruh dagangan es campurnya. Katanya Karanganyar hingga Bengkulu Utara dia tempuh dalam tempo 4 hari 4 malam. Satu tekad merantau, jualan es Campur untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Bengkulu Utara bukanlah tempat pertama kali ia merantau. Ia juga berkisah tentang kegagalannya sebagai TKI di Brunai dan saat menjadi penjual pecel lele di Pontianak. Konon saat di Pontianak inilah ia terkena guna-guna oleh rekan seprofesinya hingga ia memutuskan kembali ke Jawa.

Sebelum memutuskan ke Bengkulu ia sempat terfikirkan untuk mengadu nasib di Jogja. Namun setelah survey lokasi dan dari cerita kenalan-kenalan ia memutuskan merantau ke Bengkulu.

Meski masih tertatih-tatih kini pundi-pundi pak Joko mulai mengalir. Dari hasil jualan es cukup lumayan. Bahkan dalam waktu dekat ia merencanakan membuka warung nasi. Ada berbagai jenis sambal andalan yang akan dia sajikan.

Sambil menikmati es campur, sambil terkagum-kagum sekaligus malu melihat kegigihan pak Joko. Kisah inspiratif  si bapak usai rupanya sudah usai, es campur sudah cukup menghilangkan dahaga dan kamipun pamit melanjutkan perjalanan menuju kabupaten Muko-muko...

selalu ada kisah, pelajaran di perjalanan..

Bengkulu Utara, 21 Agustus 2009

Comments