Skip to main content

Kartu Kuning Buat Wasit Lokal

Mutu wasit tanah air kembali menjadi sorotan. Kurang berkualitasnya sang juru adil pertandingan ini dikeluhkan oleh sejumlah klub dalam naungan PSSI. Di divisi Utama banyak yang menuding wasit seringkali berat sebelah memihak salah satu tim. Hal senada juga terjadi di kasta tertinggi persepakbolaan di negeri ini, Liga Super Indonesia. Banyak partai yang berujung ke permainan keras gara-gara keputusan wasit yang kurang tegas.

Publik tentunya masih ingat ketika wasit yang memimpin laga tuan rumah Persisam Samarinda versus Sriwijaya FC. Oktavianus Maniani, gelandang serang timnas garuda harus merasakan getahnya. Octo yang merasa pemain Persisam yang melanggarnya tidak diberi peringatan dan didiamkan saja oleh wasit berang dan menyerang wasit. Akibatnya sang juru adil langsung mengganjarnya dengan kartu merah.


Buruknya kualitas wasit juga terjadi di Liga Primer Indonesia. Kompetisi yang konon katanya lebih fairplay ini ternyata belum mampu mendatangkan wasit yang mumpuni. Di beberapa laga LPI bahkan sempat terjadi hujan kartu dan kericuhan karena wasit yang dianggap kurang adil.

Keluhan akan buruknya wasit lokal ini sebenarnya sudah ditanggapi oleh PSSI. PSSI sudah merencanakan mengontrak wasit asing dari beberapa negara untuk memimpin pertandingan di LSI. Begitupula dengan kompetisi tandingan bentukan Arifin Panigoro, LPI. LPI jauh hari sudah mengontrak wasit asing untuk memimpin pertandingan di LPI namun sejauh ini memang belum diturunkan.

Seharusnya PSSI lebih tanggap mengenai urusan perwasitan. Mengontrak wasit asing belumlah cukup. Jangka panjang menghasilkan bibit-bibit unggul sang juru adil akan lebih baik mengingat wasit termasuk komponen yang berperan dalam meingkatkan kualitas kompetisi di suatu negara. Lemahnya kemampuan wasit mengakibatkan ketidakmampuan memimpin pertandingan secara adil sehingga banyak hal-hal yang sebenarnya merupakan pelanggaran namun dibiarkan begitu saja. Inilah awal dari permainan yaang berujung keras dan rentan membuat cedera pemain. Lihat saja betapa kerasnya permainan tim-tim di tanah air. Maka tak mengherankan jika pelatih Timnas Alfred Riedl ogah beruji coba dengan tim lokal.

Seperti halnya dengan pemain, PSSI perlu menganggarkan sejumlah dana dan memprogramkan sebuah perangkat yang mampu menghasilkan produk wasit kelas dunia. Jika perlu merekrut putra-putra terbaik untuk dididik dalam sebuah Akademi khusus wasit. Mereka dibekali dengan kemampuan dan kalau perlu dititipkan keluar negeri seperti layaknya pemain. Saya yakin kedepan kita akan mampu menghasilkan wasit kelas satu dan bakal berimbas pada peningkatan mutu sebuah kompetisi. Tentu saja akan banyak wasit-wasit kita yang bisa memimpin laga-laga di tingkat internasional. Semoga saja!

Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments