Skip to main content

Pagi Di Penampihan



Bagian pertama.....

Matahari belum setinggi tombak, ketika rombongan kami menuju lereng Gunung Wilis. Kami berlima mengendara 3 sepeda motor menikmati saat-saat yang mendebarkan dan penuh kesan hari itu.


Candi Penampihan, meskipun lahir di kota Tulungagung sebelumnya saya hanya pernah mendengar namanya saja. Pengetahuan saya akan peninggalan arkeologi itu hanya sebatas informasi yang bisa didapatkan melalui situs-situ internet. Itupun informasi yang diberikan masih terbatas. Semua itu membangkitkan rasa keingintahuan mengenai seluk beluk candi. Keingintahuan itulah yang membuat saya berinisiatif mengajak beberapa orang teman menuju kesana.


Jam 8 pagi kami berangkat berlima dari titik pertemuan di Utara perempatan Cuwiri. Saya, Dimas, Sari, Feri dan Frida. Dengan mengendarai sepeda motor perlahan kami mulai menyusuri jalan yang makin menanjak menuju Gunung Wilis. Rute yang kami tempuh dari perempatan menuju ke arah Utara hingga pertigaan di daerah Karangrejo. Dari pertigaan tersebut kami langsung mengambil belok kiri menuju Kecamatan Sendang.

Waktu itu cuaca tak begitu cerah ada sedikit mendung yang menghalangi pancaran sinar Sang Surya. Namun tak mengurangi kenikmatan berkendara di jalanan yang relatif sepi dan sepanjang perjalanan di kanan dan kiri masih dijumpai areal persawahan.

Secara umum kondisi jalan menuju candi Penampihan cukup bagus. Maklum saja dulu di dekat lokasi candi pernah dikenal sebagai penghasil teh dan ada pabrik teh peninggalan Belanda. Kondisi jalan yang bagus ini terputus hingga sampai jalan masuk menuju lokasi Candi.

Mengendarai sepeda motor kami harus ekstra hati-hati. Jalan yang kami lewati sebagian besar jalanan batu. Belum lagi ditambah beberapa ruas yang kondisinya agak menanjak. Perjalanan memakai sepeda motor ini hanya sampai daerah di dekat lokasi pabrik teh. Di sini kami menitipkan motor di rumah salah seorang warga dan berjalan kaki menyusuri jalan yang makin menanjak.

Sepanjang perjalanan kami disambut dengan udara dingin dan lahan yang masih kosong di kanan dan kiri. Sempat terlontar pertanyaan dimanakah kebun-kebun teh yang dulu sempat terhampar di sekitar sini.

Kami terus berjalan sambil sesekali mengambil gambar daerah yang masih asri. Dari jauh saya bisa melihat Gunung Wilis yang masih diselumuti kabut.

Lahan Bekas Kebun Teh Kini Menjadi Milik Warga


Di tengah perjalanan kami melihat sepasang suami istri berusia 50 tahunan. Sang istri tengah asyik memetik sayur-sayuran dan suaminya tengah membawa keranjang bambu sambil memilah-milah sesuatu. Kami mendekati bapak ibu itu. Ternyata kali ini adalah panen perdana kacang kapri mereka. Dari mereka kami mendapat cerita tentang kebun teh, pabrik dan candi yang kami tuju.

Sejak jaman kolonial Belanda wilayah sekitar.lereng Gunung Wilis terkenal sebagai penghasil teh. Ada sisa-sisa puing bangunan peninggalan Belanda yang dulu menjadi saksi. Namun semenjak awal tahun 2000an karena harga teh yang tak stabil dan terus merugi perusahaan yang pengelolaannya dibawah Puskopad tersebut gulung tikar.

Lahan-lahan yang dulu menjadi kebun teh kini dialih fungsikan untuk menanam tenaman lain. Ada sayur-mayur. Lahan-lahan tersebut kini sudah menjadi milik warga dengan status hak milik. Saat ini masih disisakan lahan sekitar 1 hektar di sekitar situs candi Penampihan.


Penampihan, 25 September 2009

Bersambung..

Comments