Skip to main content

Catatan Perjalanan : Menelusuri Bayah (2)



Ternyata kereta yang kami naiki bukanlah kereta AC ekonomi namun kereta AC Ekspress. Untunglah penumpang penuh sesak jadi kemungkinan ada pemeriksaan karcis kecil. Kami bukanlah satu-satunya yang salah. Ternyata ada banyak penumpang yang asal naik. Untung saja kereta ini berhenti juga di beberapa stasiun sebelum Bogor tempat tujuan mereka.

Sekira 15 menit kereta mulai mendekati stasiun Bogor. Stasiun yang dibangun pada jaman kolonial tersebut ternyata masih dipenuhi calon penumpang yang akan naik dan para penumpang yang turun.

Sebenarnya ini sudah bergeser dari rencana awal perjalanan kami. Rencana awal kami (Fathoni Arief, Agus Sutikno dan Firdaus Sudarma) merencanakan perjalanan ke Bayah sore hari. Semula kami bakal berangkat siang dan transit dulu di Bogor sebelum melanjutkan ke Sukabumi dengan Kereta api Bumi Geulis. Kereta ini merupakan kereta komuter bisnis yang diresmikan akhir tahun lalu. Rute yang dilayani adalah Stasiun Bogor-Stasiun Sukabumi. Waktu tempuh reratanya 2 jam. Sebenarnya jalur ini hampir dua tahun berhenti difungsikan. Jalur ini difungsikan lagi setelah dilakukan perbaikan hingga dikategorikan layak. Kereta ini berangkat dari Sukabumi jam 05.00 dan tiba pukul 07.00 dan dari bogor berangkat jam 17.00 dan tiba 19.00.

Namun ternyata rencana harus berubah. Karena satu hal Agus ada kerjaan yang harus diselesaikan dulu sehingga tidak memungkinkan pulang siang hari. Tidak seperti Opi (Firdaus Sudarma) yang hari ini (24 Desember) kantornya sudah libur. Akhirnya kami membuat rencana lain. Kami berangkat dari lokasi masing-masing bertemu di Stasiun Bogor sekitar jam 7 malam. Agus dan saya kebetulan naik kereta yang sama sehingga hanya menunggu Opi saja. Opi berangkat dari rumahnya di daerah Bojonggede.

Menunggu Opi sambil mengisi perut yang kosong kami berdua masuk ke sebuah waralaba yang selama ini terkenal dengan donutnya. Sambil makan kami membahas rencana perjalanan, lokasi dan segala hal. Sekira 10 menit kemudian Opi sudah sampai naik kereta api AC Ekonomi, maka lengkaplah tim kami.

Bukan kali ini saja kami menjelajahi Bayah. Beberapa kali kami sudah pernah kesana. Diantara kami yang paling sering adalah Opi. Uniknya tiap kali kesana personelnya berubah-ubah kecuali Opi yang selalu ada. Setahun lalu saat libur panjang di bulan Agustus kami juga melakukan perjalanan ke Bayah. Saat itu juga bertiga namun orang ketiga bukanlah Agus namun Mohamad Iqbal seorang rekan yang jauh-jauh datang dari Cirebon.

Setahun lalu tujuan akhir kami adalah desa wisata Sawarna. Kami menginap di rumah mantan kepala desa almarhum pak Hubaya. Waktu itu perjalanan kami tidaklah sia-sia. Ada banyak cerita yang kami dapatkan. Satu yang paling menarik adalah pengalaman saya nyaris ditelan ombak. Pengalaman yang luar biasa tersebut sempat diabadikan kamera Opi. Jadilah gambar kebetulan namun luar biasa yang mampu membawanya jadi juara kedua lomba foto jejak petualang dan nongol di kumpulan foto majalah National Geographic edisi Indonesia.

Tentu saja kali ini ceritanya pastinya bakal berbeda. Selain personelnya berbeda kali ini kami berencana menjelajahi sekitar pusat kecamatan Bayah. Jika menempuh perjalanan melalui Pelabuhan Ratu sebelum Karangtaraje ada pertigaan. Jika kekiri menuju ke desa Sawarna sedangkan jika kenanan menuju Bayah.

Personel sudah lengkap dan kami bergegas berangkat. Namun sebuah pesan singkat masuk ke telepon genggam Agus. Pesan singkat tersebut ternyata dari seorang rekan kerja Agus yang ingin ikut serta dalam perjalanan ini. Setelah berdiskusi sebentar kami memutuskan untuk menunggu sambil menanti kepastian keikutsertaan.

Setengah jam lebih kami menunggu. Karena belum ada pesan singkat balasan kami memutuskan berangkat lebih dulu untuk melaksanakan ibadah sholat di Masjid dekat terminal sambil menunggu.

Perjalanan dari Stasiun kereta Api menuju terminal Baranangsiang sebenarnya tidak terlalu jauh. Jika menggunakan angkutan umum paling hanya memakan waktu kurang dari 15 menit jika jalanan sedang lancar. Ongkos yang harus dikeluarkan per orang Rp. 2000,-. Cukup murah bukan? Daripada harus berjalan kaki.

Fathoni Arief

Comments