Karya: Yudhistira A.M.
RUDI JALAK GUGAT
I
Anak-anak zaman yang slebor
Merayap di mana-mana
Tangan muda-mudi yang belum dewasa
Menggenggam kayu dan besi
Mereka bergerak memecahkan hari di kota-kota
Paling depan, Rudi Jalak berselendang
Giwang di kuping kanan
Celana blue jeans kemeja komprang
Anak-anak zaman yang slebor
Gentayangan bagai ruh penasaran
Beramai-ramai menghadang masa depan
Di setiap perempatan jalan
“Merangkaklah keangkuhan, jika ogah terempas
Menepilah kesangsian, jika ingin punya arti?”
Mereka membalikkan seluruh nasib yang simpang siur
Satu generasi mengepalkan nurani
Menggugat nyali yang lama dipupuri
Rudi Jalak tak lagi bertanya
Alam sudah tak sabar mengepakkan nurani
Menggugat nyali yang lama dipupuri
Rudi Jalak memimpin seluruh barisan
Membabat angan-angan, mengganyang kebebasan
Cuaca awut-awutan, bencana jadi obyekan
Siapa orang yang tak senewen?
Para guru tak berdaya
Orang tua hanya ternganga
Dan polisi semata saksi
Sedang korban: urusan belakang
(Jakarta kelabakan!)
II
Anak-anak zaman yang slebor
Merangsang berbagai pembicaraan
Tapi mereka tak pernah didengar
Setiap komentar hanya sok pintar
Rudi Jalak dan kawan-kawan
Lalu ditunggangi berbagai tuduhan
Tangan mereka yang belum dewasa
Akhirnya menewaskan seorang pengantar barang
Tidak. Mereka tak juga didengar
Para pimpinan sibuk sendiri di ruang rapat
Lalulintas macet
Toko-toko ditutup serentak
Anak-anak zaman yang slebor
Petentengan di jalan-jalan
Menyedot Whisky plastik seratusperakan
Menghirup tiah hitam dari kanlpot yang sliweran
Rudi Jalak setengah edan
Dibacakan di acara Sastra Ruang Kota, 10 Januari 2008
Foto : MF.Arief
RUDI JALAK GUGAT
I
Anak-anak zaman yang slebor
Merayap di mana-mana
Tangan muda-mudi yang belum dewasa
Menggenggam kayu dan besi
Mereka bergerak memecahkan hari di kota-kota
Paling depan, Rudi Jalak berselendang
Giwang di kuping kanan
Celana blue jeans kemeja komprang
Anak-anak zaman yang slebor
Gentayangan bagai ruh penasaran
Beramai-ramai menghadang masa depan
Di setiap perempatan jalan
“Merangkaklah keangkuhan, jika ogah terempas
Menepilah kesangsian, jika ingin punya arti?”
Mereka membalikkan seluruh nasib yang simpang siur
Satu generasi mengepalkan nurani
Menggugat nyali yang lama dipupuri
Rudi Jalak tak lagi bertanya
Alam sudah tak sabar mengepakkan nurani
Menggugat nyali yang lama dipupuri
Rudi Jalak memimpin seluruh barisan
Membabat angan-angan, mengganyang kebebasan
Cuaca awut-awutan, bencana jadi obyekan
Siapa orang yang tak senewen?
Para guru tak berdaya
Orang tua hanya ternganga
Dan polisi semata saksi
Sedang korban: urusan belakang
(Jakarta kelabakan!)
II
Anak-anak zaman yang slebor
Merangsang berbagai pembicaraan
Tapi mereka tak pernah didengar
Setiap komentar hanya sok pintar
Rudi Jalak dan kawan-kawan
Lalu ditunggangi berbagai tuduhan
Tangan mereka yang belum dewasa
Akhirnya menewaskan seorang pengantar barang
Tidak. Mereka tak juga didengar
Para pimpinan sibuk sendiri di ruang rapat
Lalulintas macet
Toko-toko ditutup serentak
Anak-anak zaman yang slebor
Petentengan di jalan-jalan
Menyedot Whisky plastik seratusperakan
Menghirup tiah hitam dari kanlpot yang sliweran
Rudi Jalak setengah edan
Dibacakan di acara Sastra Ruang Kota, 10 Januari 2008
Foto : MF.Arief
Comments