Skip to main content

Menjelajahi Bayah


Ternyata bermalam di Masjid cukup enak juga. Selain relatif aman di masjid ini ada karpet yang cukup tebal sehingga kami bisa tertidur dengan cukup pulas. Rasa letih dan penat selepas seharian berjalan membuat kami cepat terlelap apalagi setelah mandi dan bersih-bersih diri.

Sebelum Adzan Subuh kami semua sudah bangun. Kami bersama-sama menjalankan sholat Subuh berjamaah. Pagi itu tak begitu banyak Jamaah yang datang. Semuanya tak sampai dua shaf atau duapuluhan. Lepas Sholat kami tak langsung meninggalkan Masjid. Kami memanfaatkan waktu untuk mengecharge battareai dan sekedar bersantai di teras Masjid. Lagipula hari juga masih terlalu gelap dan belum ada angkutan yang beroperasi. Rencananya kami tak langsung balik ke Jakarta. Masih ada dua tempat lagi yang bakal kami singgahi. Meskipun sebenarnya tempat tersebut masih satu arah.

Jelang pukul 7 pagi kami bersiap meninggalkan Bayah. Setelah berpamitan dengan penunggu Masjid kami melanjutkan perjalanan ke lokasi berikutnya. Sebenarnya ada rencana lain yang sempat terbayang. Opi sempat mengusulkan mampir dulu ke pulau Manuk. Namun dengan berbagai pertimbangan kami mengurungkan niat tersebut. Kami menuju Karanghawu dengan menggunakan angkutan setelah sempat menikmati sarapan pagi di dekat Pasar Bayah.

Angkutan yang membawa kami inipun melaju menembus gerimis. Tak begitu banyak penumpang yang naik angkutan ini. Kondisi ini membuat angkutan ngetem selama beberapa puluh menit. Karena jumlah penumpang tak juga bertambah ketika ada angkutan lain di belakangnya kami dioper ke angkutan tersebut dan angkutan itu balik lagi menuju Bayah.
Waktu sudah bergeser dari pukul 10 ketika angkutan sampai di Karanghawu. Nampak mobil pribadi dan bis sudah berjajar di parkiran. Suasananya cukup ramai mungkin karena bertepatan dengan liburan panjang. Di Karanghawu terdapat tempat mantan Presiden Soekarno menyepi. Ada juga tempat yang dikaitkan dengan Nyi Roro Kidul. Tak lama kami di Karanghawu. Sekedar mengambil gambar. Kami menjumpai potongan kepala kambing yang ada di pantai. Mungkin saja beberapa hari sebelumnya sempat ada semacam upacara sesaji.

Setelah sekedar mengambil gambar kami melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya kembali ke Jakarta. Namun kami mampir dulu di rumah makan yang terletak seratusan meter dari Terminal Pelabuhanratu. Rumah makan yang namanya cukup unik (geksor). Rumah makan yang sehari-harinya ramai dikunjungi pelanggan. Tak hanya orang sekitar saja ini bisa dilihat dari banyaknya mobil yang parkir di pinggir jalan. Di Geksor saya baru pertama kali ini berkunjung. Sebagian besar menunya berupa ikan laut. Makanan-makanan tersebut ternyata dijual dengan harga yang ramah di kantong. Tak heran jika banyak pelanggannya.

Setalah kondisi perut yang sudah terisi dan sejenak istirahat sambil menjalankan sholat Dzuhur kami bergegas menuju terminal. Tak seperti saat berangkat kini kami memilih bis AC. Harganya juga tak jauh berbeda. Tak lama menunggu. Bispun perlahan meninggalkan Pelabuhan ratu menuju Bogor mengakhiri perjalanan liburan di tanah Banten Selatan.

Karena tubuh yang kelelahan dan obat anti mabuk yang sudah bereaksi sayapun mulai terlelap.

Jakarta, Desember 2009

What A Wonderful World (Luis Amstrong)

Comments