Skip to main content

Jangan Berputus Asa

Momongan
Jangan pernah berputus asa, berusahalah terus ! Pernahkan sobat menerima "kata-kata bijak" tersebut entah dari kawan atau kerabat? Intinya menyemangati kita akan sesuatu yang tengah kita perjuangkan. Satu kalimat yang mudah diucapkan memang, namun tak semudah itu prakteknya. Seperti yang saat ini kami alami, berjuang untuk mendapatkan sang "buah hati" yang sudah lama kami idam-idamkan. Inilah kisah perjuangan kami, jalan berliku, menanjak harus kami tempuh untuk mendapatkan momongan, hingga tulisan ini saya buat.

Siang itu di Klinik Sekar Moewardi Solo, Prof Tedjo, dokter yang mulai memasuki masa senja, melihat data hasil test laboratorium saya dan istri. Profesor itu hanya membolak-balik lalu bertanya ? " Sudah menjalani program apa saja?"

" Terakhir, kami sudah pernah mengikuti program Inseminasi di Salatiga," jawab istri saya.

Profesor Tedjo kembali melihat hasil test. "Ini satu-satunya jalan yang belum pernah dilakukan berarti harus OD (Ovarium Drilling). Bagaimana?"

"Kami ngikut saja Prof," jawab saya

Prof Tedjo, menjelaskan secara singkat, lalu menyinggung operasi ini butuh biaya dan kami harus antri, karena ternyata ada banyak pasien lain yang sudah menanti menjalani tindakan medis ini.

Istri saya harus menjalani laparoskopi ( Teknik bedah dengan luka sayatan kecil), di Rumah Sakit dr Moewardi, Solo.

Sebagai informasi, menjalani bedah laparoskopi adalah ikhtiar kami yang kesekian kalinya. Demi mendapatkan momongan kami sudah mencoba berbagai cara mulai dari pijat di beberapa "ahli" pijat, konsultasi ke dua dokter berbeda, minum ramuan herbal. Begitu pula dengan langkah medis kami juga sudah pernah konsultasi dan menjalani program momongan di dua dokter berbeda bahkan di dokter terakhir kami sempat mengikuti program inseminasi buatan namun rupanya keinginan kami masih tertunda.

Sebelum operasi saya rajin browsing dan membaca testimoni mereka yang pernah menjalani laparoskopi. Sebenarnya ini cara saya menata hati, mencoba membangkitkan energi positif sehingga tetap bisa menyemangati istri.

Rupanya, waktu operasi diajukan. Semula istri dijadwalkan operasi pada bulan Maret, namun karena suatu hal harus maju di bulan Februari. Sebagai persyaratan jelang operasi istri harus menjalani rangkain tes laboratorium.

Setelah melengkapi semua persyaratan, saat-saat yang ditunggu pun tiba, hari dimana istri harus menjalani ovarium drilling. Ternyata cukup banyak prosedur jelang operasi yang harus dijalani mulai dari puasa hingga dimasuki obat pencahar lewat "jalan belakang".

Ternyata operasi berlangsung lebih lama dari perkiraan saya. Masuk ruang operasi jam 9 baru keluar jam 11.30.Saat menunggu ada perasaan was-was, hingga semua kekuatiran hilang setelah melihat istri dibawa keluar. Antara lega dan kasihan melihat istri yang masih tidak berdaya, belum sepenuhnya bebas dari pengaruh bius.

Rupanya bedah Laparoskopy sedikit menjawab alasan medis kenapa kami susah mendapatkan momongan. Istri ternyata mengalami endometrosis stadium II di rahim bagian kanan dan kiri. Saat operasi menurut Prof Tedjo endometrosis ini sudah dibakar dengan sinar laser.

Apakah pasca operasi ini masalah sudah tuntas? Ternyata perjuangan kami belum selesai. Saat berkonsultasi dengan Prof Tedjo "kiranya selanjutnya langkahnya seperti apa?"
"Ya minimal Inseminasi dan maksimal bayi tabung", Jawab Prof Tedjo.

Perjuangan kami belum selesai, semoga semangat kami tetap terjaga hingga bisa mendapatkan yang sudah lama diidam-idamkan.

Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments

oryzabitha said…
Assalamu'alaikum
Mas Fathoni, kelanjutan dari laparoskopinya bagaimana? Apa akhirnya mas Fathoni & istri audah dikaruniai momongan?