Hiduplah Sampai Seribu Tahun Lagi: Mengenang Chairil Anwar
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta.
Nisan ( Chairil Anwar)
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta.
Nisan ( Chairil Anwar)
"Aku ingin hidup seribu tahun lagi," satu spirit dari seorang Chairil muda dalam masa mudanya yang penuh semangat. Spirit Chairil muda ternyata tak dibarengi dengan kondisi fisiknya. Perlahan TBC terus menggerogoti tubuhnya. Namun apalah daya tepat di hari yang sama 66 tahun lalu ia benar-benar enggan berbagi dengan cerminnya. Ia lelah dan istirahat dalam diamnya di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Saat kekuasaan sang Ilahi membuat ia sadar waktunya benar-benar telah tiba, "Aku tak mau tak seorang kan merayu, Tidak juga kau,".
Chairil telah kehilangan jiwanya namun ia layak tersenyum. Lewat karya dan semangatnya ia masih hidup hingga saat ini. Seperti yang pernah diharapkannya dalam satu sajaknya " kenang kenanglah Aku". Semangat seorang Chairil memang mampu menginspirasi dari generasi ke generasi dalam lahirkan berbagai karya sastra.
DERAI DERAI CEMARA
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949 (Chairil Anwar)
Sumber image : wikipedia
Chairil telah kehilangan jiwanya namun ia layak tersenyum. Lewat karya dan semangatnya ia masih hidup hingga saat ini. Seperti yang pernah diharapkannya dalam satu sajaknya " kenang kenanglah Aku". Semangat seorang Chairil memang mampu menginspirasi dari generasi ke generasi dalam lahirkan berbagai karya sastra.
DERAI DERAI CEMARA
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949 (Chairil Anwar)
Sumber image : wikipedia
Post a Comment for "Hiduplah Sampai Seribu Tahun Lagi: Mengenang Chairil Anwar"
Ingin Memberi komentar