Skip to main content

Cerita Pendek

Malam mulai senyap, meski jam baru tunjukkan pukul 20.00. Di sebuah gang di daerah Pogung Lor, Jogjakarta di salah satu kampung, sebuah rumah dengan penerangan seadanya terlihat 3 orang anak muda berusia 20 tahunan. Mereka duduk melingkar dengan gelas kopi, asbak, puntung rokok, bungkus kacang, gorengan yang masih tertinggal beberapa dalam kresek hitam yang berkilauan dalamnya akibat terkena minyak gorang murahan.

Hanya perbincangan yang terdengar di rumah itu. Perbincangan diantara mereka bertiga, sementara sayup-sayup dari ruangan lain di rumah itu terdengar suara siaran radio FM dari salah satu stasiun di Jogjakarta.

Praktis kampung itu memang benar-benar sunyi. Tak seperti kampung lain di sekitarnya yang juga mayoritas dihuni oleh mahasiswa. lalu lalang kendaraan juga jarang terlihat. Mungkin juga karena gerimis hujan yang basahi kota pelajar sejak sore tadi.

Di pos ronda yang biasanya ramai oleh tukang-tukang becak dan warga yang penuh hiruk pikuk dialog tentang sepak bola Indonesia, jatah BLT hingga Pemilu yang sebentar lagi akan berlangsung lagi. yang terlihat hanya seorang tukang ojek dengan jaket tebal yang asyik menghirup rokok kretek. Dia bersandar di dekat plang yang bertuliskan " Jam belajar Masyarakat".

Setelah sore tadi gerimis dan setelah maghrib ditutupi awan tebal, akhirnya awan itu mengumpul. Entah karena lelah atau apa akhirnya kumpulan awan itu pecah jadi titik-titik air yang makin lama-makin besar. Tak lama kemudian hujan kembali turun. kali ini benar-benar deras. Hujan turun ada yang terserap langsung ke tanah ada juga yang mengalir begitu saja hingga mengisi jalan-jalan berlubang dan kubangan-kubangan yang ada. Makin lenganglah kampung itu.

Di tengah kelengangan malam sebuah sepeda motor melintas. Pengendaranya berjacket hitam dengan tas punggung. Nampak ia basah kuyup tergesa-gesa ia masuk ke salah satu rumah di sudut kampung Pogung Lor. Rumah sudah dalam keadaan tertutup, suasananya lengang, berkali-kali ia mengetuk pintu namun tak jua ada yang keluar hingga akhirnya di ketukan yang kesekian kali seorang dengan memakai kaos dan celana pendek keluar. Dengan terbatuk-batuk sambil menahan dingin ia membukakan pintu.
"Darimana Kang?", tanya lelaki yang membukakan pintu.
"Dari Pacitan," jawab lelaki berjaket hitam.









Comments