Melirik Kembali Kearifan Teknologi Bangunan Warisan Leluhur

Indonesia sangat kaya dengan beragam teknologi bangunan warisan leluhur. Mulai dari Sabang hingga Merauke ada berbagai kearifan arsitektur lokal yang sebenarnya layak untuk kembali dilirik. Saya sengaja memakai kata kembali karena saat ini seiring kemajuan teknologi arsitektur lokal makin terpinggirkan kalah dengan rumah dari beton bertulang, maupun rangka baja. Walaupun, sebenarnya teknologi yang katanya sangat maju tersebut belum tentu pas diterapkan di satu daerah ataupun jika diterapkan butuh dana yang bisa dibilang mahal.

Ada satu contoh kasus yang menarik perhatian saya yaitu bangunan-bangunan di daerah Boyolali, Kecamatan Wonosegoro sebelah Utara, tepatnya di sekitar Desa Repaking, Garangan, Gunungsari. Di daerah tersebut banyak saya jumpai rumah khususnya rumah lama berbahan kayu. Bisa dikatakan hampir semua elemen struktur dari kayu, begitu pula dinding. Awalnya saya mengira hal ini semata-mata karena faktor medan yang sulit, maklum akses jalan ke daerah tersebut bisa dibilang sulit untuk mengirim bahan bangunan seperti pasir, batu, besi beton, apalagi di sana banyak dijumpai material dari kayu. Sayapun mengambil kesimpulan material kayu memang sengaja dipilih karena alasan biaya dan kemudahan dalam pembangunan.

Namun, seiring dengan waktu saya mendapatkan sejumlah fakta lain yang mematahkan pemikiran sebelumnya. Fakta pertama adalah kondisi struktur tanah di daerah tersebut memang sangat buruk. Untuk membangun rumah satu lantai saja dasar lantai harus diberi beton bertulang. Struktur fondasinya juga harus kuat, begitu pula dengan struktur lain.

Fakta kedua adalah meskipun bangunan sudah dibangun dengan menggunakan perkuatan beton bertulang ternyata masih saja terjadi rekahan-rekahan di dinding, dan penurunan fondasi seperti pada bangunan puskesmas tempat istri saya bertugas. Di beberapa bangunan lain saya juga menjumpai kasus yang hampir sama.

Kedua fakta di lapangan membuat saya berfikir sebenarnya yang dilakukan orang dulu sudah tepat, menggunakan material kayu sebagai bahan utama rumah. Kaitannya dengan kondisi tanah yang kurang bagus dengan menggunakan kayu, kasus-kasus seperti yang terjadi bisa diminimalisir.

Melihat fakta yang ada di lapangan terkait dengan kemudahan, biaya dan kondisi struktur tanah saya kira tetap memakai material lokal bisa jadi pilihan cerdas. Tentunya bisa saja dengan mengkombinasikan material lain serta menggunakan perhitungan teknik yang tepat.

Fathoni Arief

Karanggede 20 April 2015  


Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Post a Comment for "Melirik Kembali Kearifan Teknologi Bangunan Warisan Leluhur"