Skip to main content

Belajar dari Pengalaman “2006”

2006, meninggalkan pengalaman pedih, pahit dan memilukan bagi warga Jogja, Klaten dan sekitarnya. Betapa tidak, di saat sebagian besar orang masih terlelap dan belum sepenuhnya sadar bumi bergetar kencang. Walaupun hanya selama beberapa detik namun sudah cukup untuk meluluhlantakkan Jogja bagian Selatan dan sebagian Klaten. Ribuan nyawa melayang puluhan ribu luka-luka dan ratusan ribu mengalami kerugian material akibat kerusakan bangunan.

Pasca peristiwa gempa tersebut kebetulan saya sempat bergabung dengan rekan-rekan mahasiswa lain sebagai relawan. Sebagai mahasiswa Teknik sipil tentunya banyak hal terkait dengan bidang ilmu saya yang menjadi perhatian. Saya belajar banyak bagaimana pola kerusakan yang terjadi pada bangunan, kesalahan struktur, pemilihan material yang salah dan masih banyak lagi.


Dari hasil pengamatan saya waktu itu memang banyak dari bangunan yang roboh tersebut tidak memenuhi persyaratan teknis. Beberapa diantarnya : pemasangan tulangan geser yang terlalu renggang, pemilihan diameter tulangan yang salah (banyak sekali dijumpai kolom menggunakan tulangan ukuran 6mm), bangunan dengan balok lebih besar daripada kolom, dan masih banyak lagi.

Kurang lebih 3 bulan pasca gempa masa pemulihan dimulai. Dengan bantuan teknis dari beberapa perguruan tinggi dan lsm warga mulai membangun rumah mereka kembali. Berbeda dengan bangunan sebelumnya, kini rumah mereka sudah dibangun menggunakan standar bangunan tahan gempa.

Lalu sebenarnya seperti apakah bangunan tahan gempa itu? Apakah mesti bangunan yang tak roboh setiap kali gempa terjadi? Ternyata jawabannya tidak mesti demikian. Dari penjelasan dosen-dosen struktur saya dulu, pengertian bangunan tahan gempa adalah bangunan yang ketika gempa terjadi tidak langsung rubuh, jika robohpun masih ada kesempatan bagi penghuninya untuk menyelamatkan diri.

Ada beberapa prinsip yang bisa diterapkan untuk membuat rumah tahan gempa. Pertama dalam hal memilih bentuk denah. Ada baiknya memilih denah yang simpel dan bentuknya diusahakan mendekati bujursangkar (perbedaan antara panjang dan lebar tak terlalu jauh). Selanjutnya pastikan memasang balok slope dan ring serta memilih ukuran tulangan yang tepat sesuai dengan persyaratan teknis. Hal lain yang juga perlu diperhatian adalah ukuran fondasi.

Persyaratan Teknis

Persyaratan Bahan



Hidup di negara yang sering mengalami gempa harusnya menumbuhkan kesadaran bagi kita semua untuk tak asal dalam membangun. Semua persyaratan teknis harus dipenuhi demi jaminan keselamatan penghuninya.

Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Comments