Skip to main content

Jagalah Mimpi-mimpimu...

"Bermimpilah dan Tuhan Akan Memeluk Mimpi-Mimpimu! "Saya yakin anda pernah mendengar kata-kata tersebut. Kalimat penyemangat yang dipopulerkan Mira Lesmana dalam film Sang Pemimpi, cerita yang diangkat dari novel tetralogi Laskar Pelangi. Film yang mengisahkan impian seorang anak kampung mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Penulis novel tersebut mencoba menggambarkan betapa luar biasanya kekuatan sebuah impian.

Lalu bagaimana dengan anda? Apakah anda juga percaya akan kekuatan sebuah impian? Power of Dream, seperti tagline produsen otomotif ternama asal Jepang. Saya pribadi dengan mantap menjawab percaya 1000 persen.

Impian berbeda dengan keinginan dan punya kekuatan lebih. Ada kekuatan alam bawah sadar yang jika terus dipupuk menjadi pemicu seseorang untuk mewujudkanya. Sebagai contoh kuatnya kekuatan sebuah impian tentu anda pernah mendengar kisah Nyonya Eroh, seorang perempuan perkasa di Jawa Barat. Betapa luar biasanya ibu ini, dengan kekuatan sebuah mimpi untuk mendapatkan air, selama enam tahun sendirian menatah cadas, menaklukkan delapan bukit. Setelah bekerja keras akhirnya ia mampu wujudkan impiannya membuahkan saluran air desanya di Pasir Kadu. Kehebatan Eroh dari Kecamatan Cisayong, 17 km barat Tasikmalaya, Jawa Barat.


Kisah kedua adalah pengalaman diri saya sendiri. Saya masih ingat selepas lulus bangku SMP saya sempat ingin melanjutkan ke bangku SMK, namun saya membatalkan rencana tersebut dan memutuskan melanjutkan ke SMU. Ah, sadar atau tidak waktu itu suatu waktu saya berbicara dengan ibu. Entah kenapa saya berani bicara saya malas ikut UMPTN (sekarang SNMPTN), mending masuk PTN lewat PMDK saja hanya mengisi formulir tanpa ikut tes. Tentu untuk mewujudkan ucapan saya tersebut saya tidak malas-malasan saja. Saya sadar masuk SMU favorit di kota saya artinya sainganya bakal lebih banyak semuanya cerdas-cerdas. Sayapun belajar lebih rajin.

Meskipun saya belajar dengan rajin bukan berarti tak ada halangan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Kelas 1 SMU saya masih bisa menduduki peringkat 3 besar namun kelas 2 peringkat saya sempat anjlok. Cawu kedua saya terlempar dari 10 besar bahkan pelajaran Kimia yang saya gemari justru mendapat nilai 6. Waktu itu saya pasrah ya sudah tak apalah lalu sempat berfikiran masuk IPS karena di SMU saya untuk masuk IPA rata-rata nilai Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi minimal 7 sedangkan waktu itu saya mendapat nilai 6 untuk Biologi dan Kimia. Justru di IPS nilai saya memang jauh lebih bagus.

Di Cawu ketiga nilai saya mengalami peningkatan. Saya kembali masuk 10 besar meski tak berhasil menembus peringkat 3 besar lagi. Saya berhasil masuk kelas IPA. Ternyata cawu ketiga inilah kunci dari terwujudnya impian saya.

Di kelas 3 sebenarnya saya juga tidak berharap banyak. Maklum di kelas 3 berkumpul mereka yang memiliki kemampuan akademis cukup bagus jadi bakal lebih ketat persaingan dari kelas 2. Ternyata dengan tanpa beban justru saya mampu duduk di peringkat 2. Sesuatu yang tak pernah saya duga. Jalan mewujudkan impian saya berlanjut waktu itu ada kesempatan mengikuti jalur PBUD di UGM. Sayapun mengambil kesempatan tersebut. Awalnya saya memilih Arsitektur namun entah kenapa ada perkataan spontan seorang teman yang membuat saya merubah jurusan yang saya pilih menjadi Teknik Sipil. Singkat cerita ternyata saya lolos dan kuliah di salah satu PTN terkemuka di negeri ini.

Masih ada pengalaman-pengalaman lain yang terjadi pada diri saya. Mungkin akan saya ceritakan lain kali saja. Setidaknya saya sudah memberi gambaran jangan pernah menyepelekan impian dan selalu ucapkan kata-kata yang positif. karena kata-katamu sebenarnya adalah doa. 

Jika kali ini anda merasa jenuh dengan kehidupan yang dijalani, kembali mengingat dan membangun impian tak akan ada salahnya. Hanya berkeluh kesah tak akan menyelesaikan masalah. Introspeksi diri, mencari lingkungan yang positif, kegiatan yang positif dan terus berjuang mewujudkanya. Bukankah Man Jadda Wajada.

Salam 

Comments