Lebaran di Kotaku
Di Masjid Agung Al Munawar Tulungagung, selepas sholat Jumat dan doa selesai, tak seperti hari-hari biasanya, jamaah berdiri. Mereka membentuk barisan panjang berjajar berlekuk-lekuk seperti ular. Sayapun berada di tengah-tengah mereka. Sambil membaca sholawat jamaah, yang tidak semuanya saling mengenal, saling berjabat tangan. Perlahan kami terus berjalan hingga masing-masing diantara kami bersalaman. Meskipun tidak saling mengenal, saya merasa dekat dan mengenal mereka.
Saya bersyukur, tahun ini masih diberi kenikmatan bisa berlebaran di kampung halaman. Meskipun suasana lebaran hari pertama kali ini menurut saya terasa kurang semarak. Mungkin saja karena lebaran bertepatan ada di hari Jumat. Ini yang menyebabkan baru jam 11 namun sudah tak terlihat lagi warga yang berkeliling untuk bersilaturahmi. Saya sendiri juga memilih menutup pintu rumah bersiap menjalankan sholat Jumat berjamaah di masjid.
Rupanya tak hanya di perumahan, kampung sekitar saya tinggal, saja suasana terasa sepi. Ketika berangkat menuju Masjid, untuk menjalankan Sholat Jumat, suasana pusat kota juga terasa senyap. Jalanan tak begitu dipadati lalu-lalang kendaraan. Hanya beberapa saja toko yang masih buka. Kondisi ini berbanding 180 derajat dari hari-hari sebelum lebaran. Seperti di jalan Pangeran Diponegoro, tempat beberapa toko pakaian dan kebutuhan berada, jalanan selalu dipadati kendaraan yang berlalu-lalang. Belum lagi kendaraan pengunjung yang tengah mencari berbagai macam barang kebutuhan. Kendaraan yang mereka parkir di bahu jalan, meskipun tak separah yang terjadi di Jakarta, mempersempit jalan. Kondisi ini terjadi dari pagi hingga malam ketika toko-toko tersebut tutup. Suasana lengang ini ternyata terjadi hingga sore hari. Terlebih lagi hujan rintik-rintik yang mengguyur kota kecil ini.
Momen Menjalin Silaturahmi
Puncak keramaian warga di Tulungagung terjadi saat malam takbir dan jelang sholat Id. Malam lebaran banyak warga yang berkeliling menyemarakan malam takbir. Sedangkan menjelang sholat Id, masyarakat berbondong-bondong dengan keluarga dan kerabat menuju lokasi diselenggarakanya sholat Id. Untuk pusat kota ada dua tempat biasa saya turut berjamaah. Jika ingin merasakan suasana semarak bisa mengikuti Sholat Idul Fitri diselenggarakan di jalan depan kantor PEMDA. Jalanan sepanjang Ahmad Yani Barat dipenuhi masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong datang menjalankan ibadah sholat Ied. Tempat lain yang biasanya saya datangi adalah masjid Agung Al Munawar. Jamaah yang hadir di masjid ini cukup banyak pula. Meskipun Masjid Agung hanya berjarak beberapa ratus meter.
Selepas melaksanakan sholat Idul Fitri, masyarakat kembali ke rumah masing-masing. Mereka biasanya langsung berkunjung tetangga terdekat. Namun ada pula mereka yang masih orang tua berkumpul dengan keluarga besar berhalal bihalal sebelum dilanjutkan silaturahmi ke rumah tetangga. Seperti keluarga orang tua saya, kami berkumpul di rumah saudara ibu tertua berhalal bihalal dan berdoa bersama.
Lebaran selalu menjadi momen untuk mempertemukan yang jarang ketemu. Seperti saya yang bekerja di ibukota memiliki kesempatan untuk berbincang dengan tetangga, saudara, bicara tentang apa saja, kerjaan, masa lalu dan semuanya. Saling bercerita sambil menikmati sekedar hidangan dan minuman yang disajikan.
Selamat Idul Fitri, mata
Maafkanlah aku selama ini
Kau hanya kugunakan melihat kilau comberan
Selamat Idul fitri telinga
maafkanlah aku, selama ini
Kau hanya kusumpali rongsokan-rongsokan kata
Selamat Idul fitri, mulut
Maafkanlah aku, selama ini
Kau hanya kujejali dan kuumbat muntahan
Onggokan-onggokan kotoran
Selamat Idul fitri, tangan
Maafkanlah aku; selama ini
Kau hanya kugunakan mecakar-cakar kawan
Dan berebut remah-remah murahan
Selamat Idul Fitri, kaki
Maafkanlah aku; selama ini
Kau hanya kuajak menendang kanan-kiri
Dan berjalan di lorong-lorong kegelapan
Selamat Idul Fitri, akal budi
Maafkanlah aku; selama ini
Kubiarkan kau terpenjara sendiri
Selamat Idul Fitri, diri
Marilah menjadi manusia kembali
(Gus Mus, Selamat Idul Fitri)
Salam lebaran dari Tulungagung. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
FATHONI ARIEF
Post a Comment for "Lebaran di Kotaku"
Ingin Memberi komentar