Skip to main content

Cerita Pemilik Mata Sayu...

"Pesan apa mas?" seorang pelayan, laki-laki kurus kulit putih mendatangiku. ia menyodorkan lembaran berisi menu makanan. "
Ok sebentar," kataku. Mataku menyisir daftar menu yang tertera di kertas itu. Dari atas hingga kebawah, dari lembaran satu ke lembaran lainnya. Di lembaran kedua mataku tertuju pada satu menu, "Bakmie goreng".

****
"Bener ya pokoknya setengah jam lagi harus sudah sampai di Solaria. Awas kalau telat tak hancurkan,!" Sebuah pesan muncul dari yahoo messanger di CPUku. Sambil tersenyum aku mengambil tas hitam kebanggaan yang selalu saja menyertaiku. Aku langsung saja keluar menunggu angkot yang lewat depan tempat tinggalku.

Dari tempat tinggalku menuju Solaria tak begitu jauh. Sebenarnya jalan kakipun juga bisa sebab jaraknya tak sampai 2 kilometer. Seringkali aku berjalan jika malas menunggu angkot lewat. Meski sebenarnya aku cukup keluarkan uang 1000 rupiah saja.

Saat ini waktu menunjukkan pukul setengah 7 malam. Sesuai janji aku harus tiba disana jam 7 tepat kalau aku tak mau dihancurkan. Tak berapa lama menunggu angkot yang kutunggu-tunggupun lewat. Penumpangnya tak seberapa penuh. Hanya ada 5 orang termasuk sopir. 2 orang didepan dan lainya dibelakang termasuk aku.

Tak sampai sepuluh menit angkot sudah mencapai tujuan terakhir. Dari perhentian tersebut aku masih harus jalan kaki kira-kira 100 meter lagi. Di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta bagian Selatan tempat yang kutuju berlokasi. Kebetulan aku tinggal tak jauh dengan tempat tersebut.

Akupun terus melangkahkan kaki. Tempat ini memang tak seramai pusat perbelanjaan yang lain. Dari pengunjung yang datang kebanyakan dari kelas menengah kebawah. Malahan pada jam-jam tertentu sebagian besar yang terlihat ABG-ABG sekolahan.

Aku langkahkan kaki menuju tempat dimana kami akan bertemu. Terus terang ini kali pertama kami bertemu. Meski sudah sama-sama tahu, satu sekolah dan sekota namun jumpa secara langsung baru kali ini. Biasanya hanya saling ejek dan saling olok lewat yahoo messanger.

Aku terus saja mondar-mandir melihat-lihat barangkali dia sudah datang. Tak berapa lama diapun datang. Dia bersama seorang rekannya. Ah tak usahlah kusebutkan namanya. Sebut saja dia gadis pemilik mata sayu.

Kamipun berkenalan. Yah entah kenapa meski baru pertama ketemu diantara kami sudah ngomong ceplas-ceplos. Yah dan seringkali aku hanya tertawa-tawa. " Mas kenapa sih kok tertawa-tawa terus," tanyanya.

Seorang pelayanpun mendatangi kami. Disodorkannya buku menu. Saya cari aman saja, pesan nasi goreng seafood menu favorit. Sementara dia pesan Bakmie goreng. Dan temannya hanya pesan minuman saja. ah ngalor ngidul pembicaraan kami. Kalo disimpulkan mungkin saja enggak jelas.

Begitulah diawali dengan pembicaarn ga jelas dan diakhiri dengan pembicaraan ga jelas pula. Yah sayapun balik ke tempat tinggal. Kali ini saya tak naik angkot. Saya jalan kaki maklum untuk rute sebaliknya jalan kaki lebih cepat dibanding naik angkot. Biasalah kebiasaan ngetem para sopir angkot.

Kira-kira 15 menit saya sudah sampai di tempat tinggal. Seperti biasanya saya kembali duduk di depan CPU. Sekedar browsing dan mencari sesuatu siapa tahu bisa menjadi inspirasi baru. Maklumlah penulis harus senantiasa membaca semua yang ada di sekitarnya. tak boleh ada cerita kering ide.

Saat tengah asyik-asyiknya sebuah pesan dari yahoo messenger nongol. " Heh," yah gadis bermata sayu menyapaku. " Apa," jawabku. Kembali saling olok mengolok dimulai hingga " Eh, sudah kau tuliskan pertemuan kita yang tadi. Penting lo," sambil-sambil tertawa-tawa aku ngeles aja yah sekedar diingat-ingat saja orang tidak ada yang spesial kok diingat-ingat. orang hanya ngobrol ngalor ngidul tidak jelas.

Yah mulai lagi saling ejek-mengejek dimulai..habiskan waktu malam ini..

*****

"Pesan apa mas?" pelayan yang tadi sodorkan menu mengagetkanku.
"Oiya, nasi goreng seafood aja mas," jawabku.

Yah di sini, tempat yang sama kududuki pertemuan itu berawal. Awalnya pertemuan tak jelas namun entah mengapa berbagai cerita kami lalui. Pemilik mata sayu benar-benar mewarnai hari-hariku. Yah di suatu masa yang berbeda aku menyadari apa yang dulu pernah ia katakan akan pentingnya pertemuan itu nyambung juga meski dulu mungkin saja itu sebatas canda saja.

Yah meski sederhana bukan berarti ini semua mudah. Ada begitu banyak lika-liku yang tatkala kusadari aku benar-benar merindunya. Meski sangat sulit dan bukannya tanpa halangan dan rintangan. Namun aku selalu berusaha mengerti dan memposisikan diri sebaik-baiknya.

Tak berapa lama kemudian makanan pesanankupun sudah tiba. Perut lapar dan tubuh yang letih membuatku begitu lahap menyantap makanan. Di sela-sela makanku kuraih ponselku kuketik beberapa baris kata-kata.

"Pendar Cahaya Mentari Pagi Terpantul di Butiran Embun Diantara Dedaunan
Embun itupun bergerak begitu pelan sambil menyapa tiap-tiap mahluk sebelum jatuh ke bumi dan berusaha membalas senyumanmu hari ini"

ya sajak buat pemilik mata sayu. Sajak yang sering kususun untuk memaksa sedikit senyum nongol di raut mukanya...Selalu saja kebahagiaan hadir melihatnya bahagia. Dan duka ikut selimuti tatkala wajahnya muram durja..

Pelan-pelan kunikmati makananku dan anganku melayang-layang terbayang pemilik bibir tipis dan wajah sayu yang hingga kini masih mengisi hariku....Meski aku tak tahu seperti apa kisah kedepanku seperti apa tapi yang jelas aku sangat berterima kasih atas kemarin dan hari ini....


Pancoran, 25 Januari 2009


Comments