Skip to main content

Cerita Kemarin Hari..





Sang waktu terus berputar, tak terasa sudah lewat tengah malam. Hening, suasana kali ini. Kalaupun ada suara itupun berasal dari ketukan keyboards dan lantunan mp3 dari cpuku. Kali ini yang kunikmati musik-musik lawas dari grup musik Eagle. Satu yang favorit "Hotel California".

"On a dark desert highway, cool wind in my hair Warm smell of colitas, rising up through the air Up ahead in the distance, I saw a shimmering light My head grew heavy and my sight grew dim I had to stop for the night"


Menikmati kesunyian malam, merenung akan berbagai hal yang terjadi selama beberapa hari ini. Memahami berbagai cerita baik yang dirasa, dilihat, didengar untuk jadi pelajaran. Ada banyak hal yang ingin saya bagi.


Kemarin mulai dari Selasa sampai Kamis saya ada kerjaan di kota Gudeg Jogjakarta. Di sela-sela kesibukan selalu saya sempatkan untuk menikmati kota ini. Angkringan, satu hal yang terdapat di Jogja yang tak mau saya lewatkan. Saya selalu mampir, memuaskan diri menikmati berbagai makanan mulai dari sego kucing, teh angkringan, gorengan, sate telur puyuh, ceker, dan banyak lagi. Diantara angkringan yang ada, satu angkringan di depan Rumah Sakit Panti Rapih termasuk yang sering saya singgahi. Biasanya setelah berjalan disekitaran kampus UGM saya mampir.

Kemarin saya juga sempat sekali lagi mencoba menikmati trans Jogja. Memang rasanya lebih nyaman jika dibanding dengan naik bus kota. Naik bis trans Jogja dingin, pakai AC dan pengendaranya lebih ati-ati beda dengan bis kota yang asapnya seperti dapur, pengendara nya seringkali juga ugal-ugalan. Dengan kondisi seperti itu tak heran jika bus kota makin ditinggalkan. Saya juga sempat naik bus ini wah dari Malioboro hingga UGM penumpangnya hanya 2 gelintir.

Bertemu Cucu Sastrawan Terkenal

Ada satu hal menarik yang membuat saya kaget. Saya bertemu dengan cucu sastrawan terkenal salah satu yang menjadi idola saya. Lucunya saya sudah kenal lama teman saya yang satu ini namun baru sekarang tahu. padahal di buku karangan kakek temen saya ini jelas-jelas tercantum nama teman saya di bagian persembahan...hahaha..yah untuk menghormati temen saya biar ga jadi beban saya tak sebut merek.

Bersama cucu sastrawan terkenal dan seorang teman, saya sempat menikmati matahari terbenam di pantai Parangtritis. Sudah lama sekali rasanya saya tak berkunjung ke pantai ini. terakhir kali mungkin pada tahun 2003 kalau tidak 2004. Yang jelas waktu itu ada acara kumpul-kumpul dengan anak-anak persma Clapeyron.

Jam setengah 5 sore kami berangkat. Dengan sepeda motor kami menuju Pantai yang membuat seorang Didi Kempot terinspirasi menciptakan lagu campursari. Yah mas Didi yang teriris-iris saat berkunjung di Parangtritis.

"Rasane kepengin nangis yen kelingan parangtritis Rasane koyo diiris Naliko udah gerimis rebo wengi malem kemis Ra nyono ra ngiro janjimu jebul mung lamis"


Menjelang jam enam sore kami sudah sampai di parangtritis. Setelah parkir motor kami langsung saja menuju lokasi. Yah saya dan cucu sastrawan asyik dengan kamera masing-masing mengabadikan momen senja. Sementara temen satu lagi bingung mencari seseorang yang dalam smsnya katanya juga ada di Parangtritis. Yah saya puas sekali dengan hasil jepretan sore itu namun malang bagi temen cucu sastrawan ga sengaja hasil jepretanya kedelete. Untung saja ada foto lain yang terselamatkan.

Menikmati senja di Parangtritis bukan akhir dari wisata dan sekedar refreshing di hari itu. Atas referesensi temen si cucu sastrawan kami sempat pula menikmati sate dan tongseng di daerah Condongcatur. Konon menurut cerita temen saya jaman dulu si kakek yang sastrawan itu sering makan di tempat tersebut.

Di sebuah warung sate di utara terminal Condongcatur sambil menikmati sate dan tongseng seakan akan saya diajak ke masa lalu. Saya satu warung dengan si sastrawan dan menyelami lautan ide-ide untuk dituangkan menjadi sebuah karya sastra. Yah sate di Condong catur itu menutup cerita manis hari itu.
Pancoran, 25 Januari 2009

Comments