Skip to main content

Kampung Yang Membesarkan Saya

Selalu resah untuk bercerita, itulah saya...

Saya akan berbagi cerita tentang kota kelahiran saya, Tulungagung. Satu anugerah bagi saya lebaran kali ini masih bisa pulang ke kampung halaman, bertemu, berjumpa, bersua dengan orang-orang tercinta.

Berbeda dengan ibukota senja, Jakarta, tempat saya bekerja membanting tulang mengais harapan dan cita-cita, Tulungagung jauh dari hingar-bingar, tak ada macet, jauh dari asap, dan hiruk pikuk pusat negara. Kota kecil, yang mulai menggeliat, ramai namun masih nyaman, tenang tak seperti di jakarta.

Saya sempat berkeliling kota kecil ini. Dengan sepeda motor saya berkeliling, tujuan tak jelas yang penting berkeliling kota kecil ini hingga pelosok pelosok. masih saya lihat hamparan persawahan, jalanan yang sepi, gunung, sungai, pasar tradisional, ah saya selalu jadi ingat " Kali ini saya bukan di Jakarta,". Saya di Tulungagung.

Berjumpa kerabat dan rekan juga jadi saat yang membahagiakan bagi saya. Rekan-rekan sekolah dulu yang sebagian sudah berkeluarga. Ada yang menjadi guru, dosen, pegawai pemerintah, hidup sederhana di kota kecil. Dari seorang temen yang memilih kembali ke Tulungagung " Materi bukan segalanya", kata-kata yang membangunkan kesadaran saya. Betapa indahnya jika segera mungkin saya bisa kembali ke Tulungagung. namun masih ada tugas berat yang membuat saya harus bersabar, satu ketika aku kan kembali pulang.

Diantara tempat yang saya kunjungi adalah sebuah jembatan gantung di sungai Lembu Peteng. Ah sedari dulu saya hanya mendengar tentang keberadaan jembatan yang sebenarnya sudah cukup tua itu. Mumpung lewat saya coba mampir telusuri sungai sambil bayangkan kisah seorang Pangeran dari Majapahit yang terbunuh hingga namanya diabadikan menjadi nama sungai ini.

Selain itu saya juga sempat singgah ke lereng Gunung Wilis. Gunung yang membawa imajinasi saya akan cerita-cerita silat dalam sandiwara radio. tempat para pendekar yang sembunyi atau tengah menyepi. pandangan saya menembus pepohonan pinus yang hanya sedikit bergoyang meski tertiup angin gunung.




Kampung halaman...Tulungagung. Ah tak tahulah kapan saya akan kembali kesana..


Comments