Skip to main content

Ekspedisi Sawarna : Menikmati Keindahan Pantai Ciantir

Ombak, langit cerah, laut biru, hamparan pasir putih..sepaket keindahan alam yang menyambut kedatangan kami di pantai Ciantir, Sawarna. Rasanya perjalanan melelahkan dengan berbagai halangan terbayar sudah.

Pantai Ciantir memang tak seperti pantai di Pelabuhan ratu, suasananya masih sepi dan nampak alami. Kondisi tersebut sangt pas buat menenangkan diri dan bersantai. Saya begitu menikmati, melihat keindahan sulit mencari kosakata yang pas untuk menggambarkannya. Mengabadikan dalam bentuk foto saya juga kesulitan, terlalu banyak hal indah untuk diambil.

Seperti rencana semula Iqbal dan Opi akan mengambil foto-foto Marty ketika sedang surfing. Dan menyusuri bibir pantai sampai siang hari. Rencananya sore kami akan kembali ke Jakarta.


Pantai di Sawarna agak beda dari pantai di daerah sebelum ini yang juga saya kunjungi. Ketika masuk ke dalam genangan air rasanya dingin dan membuat saya tergoda untuk bermain air, basah-basahan. Namun rencana itu tak tercapai melihat saya membawa handycam dan kamera digital.

Setelah merasa cukup mengambil foto2 si bule Bulgaria saat surfing kami menyusuri pantai menuju lokasi di dekat-karang tempat berkumpulnya burung-burung laut. Kami berjalan ekstra hati-hati karena kondisinya sangat licin. Bahkan saya sempat terpeleset hingga kuku jari-jari kaki ada yang robek dan sedikit mengeluarkan darah.

Lokasi tempat berkumpulnya burung-burung itu memang indah. Batuan besar dan didekatnya ada karang yang dengan berirama diterjang oleh ombak. Sempat saya melihat seorang pemancing dengan hasil tangkapannya.

Saya dan Opi merasa tergoda untuk melihat karang-karang tempat adanya ombak-ombak itu. Sementara Opik mengambil posisi yang agak menjauh dan menuju lain tempat justru saya mendekati karang-karang. Saya tak merasa was-was karena dari pengamatan maksimal tinggi ombak hanya sebatas karang. Di tengah keasyikan saya dan Opi satu yang tak terduga terjadi. Sebuah ombak besar tiba-tiba datang. Saya yang pucat pertama hanya diam menunggu kesempatan lari. Dan ketika ada kesempatan saya lari sekencang mungkin. Ternyata opi juga ketakutan dan lari terbirit birit dan masih sempat mengambil adegan ketika saya lari. Satu pengalaman luar biasa dan kami hanya tertawa-tawa saja.

Sambil tertawa-tawa mengingat peristiwa yang baru kami alami, kami istirahat di pinggir pantai. Ternyata kami mengubah rencana. Kami tak jadi pulang sore dan baru balik Jakarta Senin Pagi..


17 Agustus 2008

Comments