Skip to main content

Cerita Dari Kebumen 1

Jika ada yang bertanya hal apa yang paling saya nikmati saat ini maka jawaban saya adalah melakukan sebuah perjalanan. Berkunjung ke suatu tempat, menjumpai hal yang selalu baru, bertemu dengan orang-orang baru, kenalan baru, pengalaman hidup baru,..silahkan menjauh hal-hal lama, kenangan, kesedihan, duka..dalam perjalanan kutemukan satu kebahagiaan..

Awal bulan puasa saya mendapat tugas untuk meliput sosok seorang guru berprestasi nasional untuk tingkat SD. Seorang ibu guru yang menjadi pengajar di SD negeri Tambakrejo kecamatan Buluspesantren Kebumen. Bekunjung ke Kebumen mengingatkan kenangan saat mengerjakan proyek tugas air di salah satu wilayah di kota itu. Menunggu saat-saat turunnya hujan, mengukur kecepatan air, dan ketinggian muka air dari subuh hingga malam hari meski hanya berbekal senter untung saja lokasi tempat penelitian saya waktu itu hanya berada di samping rumah bapak kepala desa.

Saya berangkat ke kebumen Senin malam, artinya pada malam hari saat puasa hari pertama. Saya berangkat dari kantor diantar Ibnu office boy kantor menuju stasiun gambir. Saya naik taksaka malam. Sebelum memutuskan naik ini saya sudah survey dulu melalui searching di internet kira-kira turun di stasiun mana dan kereta apa yang berhenti. Dari sedikit pilihan akhirnya saya memilih Taksaka malam. Rencananya saya akan berhenti di stasiun Kutoarjo.

Jam 7 malam ibnu mengantar saya menuju gambir. Sepanjang perjalanan jalanan agak macet di beberapa ruas jalan. namun setelah sampai Manggarai jalanan sepi sehingga motor Kanzen Pesona yang kami tunggangi bisa leluasa membelah jalanan. tak sampai jam 8 malam saya sudah tiba di gambir.

Kereta taksaka tujuan Yogyakarta ini akan berhenti di perhentian terakhir stasiun Tugu yogyakarta. Di jadwal tertera jam 20.45 kereta akan berangkat dari gambir. Sambil menunggu saya memilih sebuah kursi yang kosong dan menaruh tas yang ternyata cukup berat juga. Saya sempat mengamati kondisi kanan, kiri dan sekitar saya. Mungkin karena hari biasa jadi penumpang tak sebanyak waktu libur atau hari-hari mudik lebaran. Berbagai tingkah dan rupa manusia lalu-lalang membelah tatapan saya yang menerawang hingga tugu Monumen Nasional. Kembali saya melakukan sebuah perjalanan.

Tak begitu lama menunggu setelah kereta Argo lawu jurusan Solo berangkat taksaka malam tiba di gambir. Saya segera mencari tempat duduk yang ternyata terdapat di gerbong nomor satu. Saya mendapat kursi nomor 6B. Satu deretan dengan saya di kursi nomor 6A nampaknya seorang mahasiswa angkatan baru. Saya bisa menebak dari gaya berpakaian dan apa yang dia obrolkan dalam pembicaraan di telepon.

Seperti biasa..tiap kali lakukan perjalanan dengan kereta api kelas eksekutif..duduk taruh barang..nunggu selimut dan snak..tidur..tanpa ada komunikasi dengan rekan di samping. Hal ini tak pernah terjadi ketika saya lakukan perjalanan via kereta api kelas ekonomi. Masih teringat betul betapa banyak cerita yang saya dapat dari berkali-kali perjalanan via kereta api pasundan dari kertosono menuju Jogjakarta, kereta api penataran dari Tulungagung menuju kertosono atau rapih doho dari kediri menuju tulungagung.

Mungkin satu yang agak beda kali ini saya menunggu giliran ditanya pesan makanan apa. tentunya bukan untuk saat ini tapi untuk persiapan makan sahur nanti. Menjalani ibadah puasa di jalan, sahur di kereta.

Setelah berdoa bersama jam 20.45 kereta perlahan meninggalkan stasiun gambir. Kereta melaju dan saya sudah membayangkan berbagai kisah yang akan saya dapatkan selama 2 hari kedapan di kebumen..

1 September 2008

Bersambung

Comments