Skip to main content

Suatu Malam Di Jakarta

Staring through a window
Standing outside, they're just too happy to care tonight
I want to be like them
But I'll mess it up again

I tripped on my way in
And got kicked outside, everybody saw...

And I know that it's a wonderful world
But I can't feel it right now
(James Morrison Wonderful World)

Gemerlap malam ibu kota mengepungku. Lampu kota yang menyilaukan, kerlap-kerlip lampu hias menyambut kemerdekaan, belum lagi tebaran sinaran dari gedung-gedung pencakar langit seperti bayanganku akan "seribu kunang-kunangnya" Umar Khayam.

Malam itu selepas acara di MU Cafe, di depan pusat perbelanjaan yang cukup melegenda ( baca : Sarinah) kulihat salah satu wajah ibu kota. Satu keindahan suasana malam sekaligus bayangan semu yang seringkali jadi pemikat pendatang ( termasuk aku). Sengaja saya tak bawa motor. Males dengan kemacetan sore hari apalagi kondisi badan masih belum fit setelah beberapa hari sebelumnya travelling dengan medan yang lumayan.

Jam sembilan lebih. jam segini angkutan menuju tempat saya tinggal sudah jarang bahkan angkot 34 yang masuk jalan pengadegan biasanya sudah tak beroperasi. Yah biasanya kalo sudah seperti ini taksi menjadi alternatif pilihan. Sebuah taksi ekspress berhenti tak jauh di depanku, ketika saya datangi ternyata sudah ada penumpang lain yang memesan terpaksa saya urungkan niat saya.

Di dekat saya seorang tukang ojek memanggil saya. tawarkan jasa ojeknya. yah iseng-iseng saya nanya berapa ongkosnya. Ternyata harga yang dia tawarkan memang lebih murah. Akhirnya saya tergerak untuk naik ojek sajalah apalagi melihat sekali-kali berbagi dengan yang kurang beruntung.

Sepanjang perjalanan ada banyak cerita yang saya dapat. Tentang keluarganya, tentang nasib apes sampai-sampai sudah hampir seminggu ia belum kasih setoran ojek. dari cerita-ceritanya saya hanya bisa menarik nafas, beginilah nasib mereka-mereka yang kurang beruntung di Jakarta. Sangat beruntunglah saya dengan segala kelebihan rejeki meski tak melimpah ruah namun sudah lebih dari cukup.

Melaju menembus Jakarta malam hari ditemani kerlap-kerlip lampu kota...Terima kasih ya Allah atas segala kenikmatan dan ujian terlampau ringan yang seringkali hamba keluhkan...

Jakarta 20 Agustus 2008




Comments