Skip to main content

Semalam Di Qoryah Thayyibah 5

Untung saja saya menginap di Qoryah Thayyibah, ada banyak hal yang saya dapatkan. Ada banyak sosok-sosok sederhana yang saya kenal mulai dari Mas Toha pendamping, Ulum salah seorang siswa, Mbah Lam penjual nasi yang ada di dekat sekolah, Pak Ridwan orang tua Fina, Pak Wahab, Pak Jono, Puji siswi kelas 1 SMA, Fajar dan masih banyak lagi.

Hari kedua di Q-Tha saya juga berkenalan dengan 2 orang Mahasiswa Pasca Sarjana Sosiologi dari UGM, Hendra da
n temannya. Mereka sedang mencari bahan untuk proyek tesisnya. Bersama kedua orang itu saya mendengar banyak hal dari Pak Din. Tak hanya mengenai pendidikan namun juga masalah sosial dan keadilan. Satu hal yang menarik adalah konsep lumbung dan learning society.

Salah satu pemikiran dari Pak Din diantaranya :

Kami mencita-cita hidup bersama ada keadilan. Tidak saling mengeksploitasi. Kalau mengatakan saya ingin jadi majikan itu kan ada benih2 kejahatan. Seperti itu khas kapitalistik. Tetep harus ada korban. Biar sukses di usaha bakso misalnya tetap ada karyawan yang dieksploitasi. Kalau ada keadilan orang akan tidak serakah.

Kalau anak kita sudah dijamin kita tak perlu berfikir bagaimana 7 turunan. Kalau masa tua kita sudah dijamin ada keadilan kita tak perlu numpuk-numpuk harta untuk bekal masa tua. Keserakahan itu sebenarnya bisa diminimalisir dengan keadilan.

D
iskusi, ngobrol, melihat, mendengarkan seputar itu saja yang saya lakukan di hari kedua. Sempat juga ngobrol dengan Fajar dan Puji Astuti siswa-siswi dari Sekolah alternatif. Ada banyak hal yang saya kagumi terutama semangat dan keberanian itu yang ingin lebih saya tingkatkan dari diri saya.

Awalnya hari itu saya ingin mampir ke Jogja dulu sebelum nantinya ke Jakarta namun menurut saran dari pak Ridwan akhirnya saya memutuskan langsung ke Jakarta Via Bis. Saya diantar mas Toha ke terminal Jaka Tingkir memesan tiket.

Mendapat sambutan hangat, pengalaman hidup, metode pembelajaran yang unik,..jadi kumpulan hal baru yang saya dapat di Qoryah thayyibah..

Malam itu jam 20.00 dengan bus malam saya harus berpisah dengan Salatiga kembali menuju Jakarta..


Comments

Anonymous said…
akhirnya... sido tekan salatiga Fath..
aku malah nggak ngerti Q-Tha kui...
ulasane apik...
Fathoni Arief said…
iya sido noph..golekine gampang kok ternyata..hehehe