Skip to main content

Ekspedisi Sawarna 4

Ternyata meski hanya di emperan masjid tanpa karpet, tanpa tikar kami bisa tidur cukup pulas juga hingga suara adzan Subuh membangunkan kami. Kamipun beres-beres, bersih-bersih diri meskipun sekedar cuci muka dan wudhu, sebelum akhirnya ikut sholat berjamaah di masjid itu.

Selesai ikut jamaah Subuh saya sempat ngobrol dengan bapak-bapak yang katanya ayah dari pengurus masjid ini. Bapak tua itu cerita banyak tentang masjid, kegiatan-kegiatan pengajian yang dia ikuti dan sejarah masjid yang katanya dibangun oleh pemilik minimarket yang terletak berdampingan dengan masjid. Yang membangu masjid ini justru seorang wanita tua keturunan China non muslim yang hidup sendiri dan kaya raya.

Setelah merasa cukup dengan beberes perlengkapan kami pamit dan segera mencari angkot. rencananya tujuan kami ke Cisolok karena disana banyak sekali penjual makanan. Waktu baru menunjukkan pukul setengah enam kurang jadi masih terlihat gelap.

Tak perlu lama-lama menunggu angkot. Sebuah angkot tujuan Cisolok berhenti dan kami bergabung dengan beberapa penumpang satu diantaranya ibu-ibu tua yang membawa barang belanjaan cukup banyak. Pagi ini suasana masih sepi. Udara masih begitu segar. Angkot melaju diantara jalanan yang masih gelap.

Tak lama untuk mencapai Cisolok. Kami berhenti di dekat gardu pantau ataua apalah namanya. Sudah lama ingin naik gardu pantau menikmati panorama dari bangunan pemantau itu. Kami naik tower itu. Sambil bersantai menikmati laut si Iqbal dan Opi mulai beraksi dengan kamera mereka. Sebenarnya di Cisolok ini hanya persinggahan saja. Kami menunggu angkot tujuan Bayah yang lewat agak siangan. Bersantai dengan selembar koran yang dibawa dan menikmati makanan bekal si Opi dari istri tercintanya..hehehe..Lumayan buat ganjal perut.

Sang Surya mulai tampakan diri. Hari mulai terang. Warung-warung di sekitar pantai sudah mulai buka. Nampaknya rencana kami bergeser. Tidak langsung ke Bayah namun sarapan dulu, bersih-bersih, menjalani panggilan alam dulu, baru siang hari menuju Karang Taraje.

Tak jauh dari tower pantau ada sebuah warung. Kami mampir dan menikmati semangkok mie rebus dan teh panas. Meski sudah sering makan di daerah Jawa barat saya masih sering lupa jika pesan teh pasti yang dikasih teh pahit..hehehe..

Rencana benar-benar berubah. Setelah makan pagi kami jalan-jalan di sekitar pantai dekat Karanghawu melihat orang-orang belajar surving, anak-anak yang bermain di pantai. Satu lagi yang menarik kami melihat lomba baris berbaris. Peserta lomba baris-berbaris ini ada siswa SD dan ada juga SMP. Melihat mereka saya jadi teringat masa-masa belasan tahun lalu sewaktu saya masih SD atau SMP.

Tak terasa waktu terus bergeser..dan hampir tengah hari..kamipun bergegas mencari angkot tujuan Karang Taraje. Rencananya sore kami akan mencari Sunset disana hingga Maghrib dan kalau ada angkutan malam harinya menuju Sawarna..namun kalau tak ada kami akan mencari penginapan di sekitar sana..

16 Agustus 2008

Bersambung

Comments