Skip to main content

Ekspedisi Sawarna 10

Penat, lelah, pegal-pegal akhirnya terbayar oleh tidur semalam di rumah pak Hubaya. Pagi-pagi kami bangun dan merasakan sejuknya pagi hari di Sawarna. Dari lantai dua tempat kami menginap bisa kami lihat burung seriti beterbangan di atas persawahan. Ini Sawarna bukan Jakarta, tak ada asap knalpot tak ada kemacetan dan suara klakson.

Sosok pak Hubaya memang low profile. Pagi-pagi mantan kepala desa Sawarna ini bahkan yang mendatangi kami dan ikut nimbrung ngobrol sana-sini. Ada banyak topik yang kami bicarakan diantaranya tentang pendatang di desa Sawarna. banyak diantara mereka yang berasal dari suku Jawa. Pak Hubaya juga banyak cerita tentang pengalamannya ketika berkunjung ke Jogja di daerah bantul bertemu dengan orang-orang asli pelabuhan ratu yang rindu akan kampung halamannya.

Pagi-pagi sekali sarapan ternyata sudah disiapkan oleh bu Hubaya. Kami akan langsung sarapan dan menuju ke pantai mencari obyek-obyek menarik. Selain itu rencananya akan memotret bule yang sedang selancar. Di pondok pak hubaya kami berkenalan dengan 3 orang bule mereka adalah Chris dan marty orang Bulgaria yang hobi selancar serta satu orang Prancis yang lama berada di indonesia seorang Videografer.

Pagi-pagi kami disuguhi masakan bu Hubaya. Ayam dengan kelapa istilahnya kalau di tempat saya srondeng. Waktu kami sedang enak-enaknya makan lewat si Marty dan berkata dengan Inggris yang tak begitu jelas..ooo Chicken With coconut baguus baguss..hehehehe.

Sebenarnya kamar yang akan kami tempati awalnya mau digunakan rombongan dari jakarta diantaranya adalah Zara Zetira seorang penulis. Mereka akhirnya dipindahkan ke rumah depan milik saudara bu Hubaya.

Hari ini kami akan menikmati indahnya Sawarna..memperingati 17 Agustus dengan sejuta pesona Sawarna...Dengan perut kenyang, badan yang sudah segar kembali akhirnya kami berjalan menuju pantai yang berjarak 1 kiloan dari rumah pak hubaya.

17 Agustus 2008

Bersambung

Comments