Skip to main content

Mengharap senja di Malam Hari

Kagum melihat mahluk terindahMu yang perlahan mengeja aksara untuk diserap dan dipantulkan oleh jiwa-jiwa yang masih sangat belia...
Dalam balutan kain-kain yang menutup tulang yang terbungkus daging terpampang indah dan elok paras karunia ilahi...
Dalam langkah-langkah senyuman tiap-tiap pemilik tulang rusuk terkesiap dan mengharap ia berhenti dan tertambat untuk memberi satu arti, satu irama yang mengalun dalam sebuah sistem yang diikat oleh kalam-kalam sang Pencipta..
Satu persatu mereka datang namun tiba-tiba saja terpental karena kau terlalu luar biasa untuk hanya sekedar menjadi penjaga sangkar-sangkar yang terbuat dari beton dan batu bata
Namun mereka tetap saja berharap dan terus mencoba meski akhirnya tersia..
dari kejauhan di satu sudut yang tak terlihat olehmu aku tersenyum sambil berharap..
Tak sengaja satu percikan kecil senyummu tertambat dan kucoba membalas senyummu..
namun sekali lagi tak tahu senyumku apakah juga tertambat di sana....
dan terus saja kucoba hingga akhirnya aku sadar sepuluh kaki jarak mataku dengan matamu adalah sebanding dengan selaksa jarak antara dua hati..
dan sekali lagi aku sadar mengharapmu tak beda dengan mengharap senja di malam hari

Pancoran, 28 Mei 2008

Comments