Skip to main content

Harapan Di Tengah Ancaman Krisis Energi

Fakta menakjubkan menyangkut pertumbuhan konsumsi energi listrik secara tegas memberi peringatan dini akan terjadinya krisis energi. Menurut data dari WALHI tercatat angka pertumbuhan 15 persen pertahun. Angka tersebut ternyata setara dengan tingkat pertumbuhan energi total secara umum.

Di Indonesia kondisi di atas masih ditambah dengan ketergantungan akan sumber daya berbahan fosil. Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil dan tak terbaharukan, seperti minyak bumi (52 persen), gas (28), dan batubara (15) sungguh luar biasa. Padahal berdasarkan perhitungan, cadangan sumber yang berasal dari fosil di seluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam dan 200 tahun untuk batu bara. Hal tersebut perlu segera disikapi untuk menemukan alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Krisis BBM baru-baru ini menunjukkan cadangan energi fosil yang dimiliki Indonesia terbatas jumlahnya. Fakta menunjukkan konsumsi energi terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Nantinya jika sumber daya berasal dari fosil tersebut habis akankah negara ini tak lagi bisa menikmati sumber daya listrik? Ketakutan semacam itu ternyata juga ada di benak para peneliti baik luar maupun dalam negeri. Berbagai penelitian pun dilakukan dan sudah mulai dirintis energi listrik dengan menggunakan sumber daya berbahan non fosil.

Potensi Besar

Sebagai negara tropis yang sepanjang tahun mendapat penyinaran matahari Indonesia berpotensi untuk mengembangkan teknologi pembangkit listrik energi matahari. Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt.

Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini. Indonesia mempunyai potensi energi surya dengan radiasi harian matahari rata-rata 4,8 kWh/m. Namun belum secara maksimal dimanfaatkan.

Untuk memanfaatkan potensi energi surya ada dua macam teknologi yang sudah diterapkan, yaitu teknologi fotovoltaik dan energi surya termal. Dengan memanaskan rangkaian pipa secara langsung atau dengan memakai cermin untuk memfokuskan sinar matahari ke pipa besi berisi cairan penghantar panas. Dengan cara seperti itu energi listrik bisa diperoleh. Cara seperti ini disebut energi surya termal.

Ada banyak kelebihan dari pembangkitan listrik memakai teknologi energi surya termal. Dengan cara tersebut tidak menghasilkan gas buang yang berbahaya seperti CO2 jadi lebih ramah lingkungan. Namun ada juga kelemahan yang dimiliki yaitu hanya dapat digunakan pada siang hari karena membutuhkan penyinaran langsung dari matahari.

Spanyol merupakan negara pertama di Eropa yang telah memanfaatkan teknologi ini. Spanyol merupakan Negara terbesar keempat penghasil teknologi pembangkit listrik tenaga matahari. Negara Matador ini mengekspor 80 persen tenaga yang dihasilkan ke Jerman. Negara ini diantara Negara-negara di eropa merupakan yang paling pesat dan gencar dalam mengembangkan teknologi ini. Hal itu sangat wajar jika melihat potensi sinar matahari yang dimiliki merupakan yang terbesar di eropa. Pemerintah Spanyol ingin memproduksi 12 persen dari kebutuhan energi pokok dari energi terbarukan di tahun 2010. Hal itu berarti membangkitkan listrik dengan kapasitas 400 megawatt.

Selain dengan cara menangkap langsung atau teknologi surya termal sebenarnya ada langkah yang lain. Fotovoltaik salah satu cara untuk menghasilkan energi listrik dari matahari. Prinsip dari teknologi ini dengan mengubah matahari menjadi sel surya yang terdiri dari rangkaian panel semikonduktor. Bahan semi konduktor yang biasa dipakai misalnya silikon.

Secara lebih detail teknologi fotovoltaik dengan memasang lempengan silikon pada posisi sejajar dalam sebuah panel yang terbuat dari aluminium atau baja anti karat yang dilindungi oleh kaca atau plastik. Dengan menggunakan kisi-kisi kabel penghantar arus listrik lempengan silikon secara seri dirangkaikan.

Besar kecilnya energi yang dihasilkan sel fotovoltaik tergantung dengan jumlah energi matahari yang menyinari sel. Hal itu yang menjadi salah satu kekurangan dari cara ini. Sebenarnya riset untuk mengatasi kekurangan juga sudah diupayakan.

Para Ilmuwan Amerika telah mengembangkan sebuah model fotovoltaik yang secara langsung mengikuti kemana arah matahari. Saat ini pembangkit listrik tenaga surya Fotovoltaik terbesar terdapat di Jerman. Pembangkit tersebut memiliki 38.000 modul sel fotovoltaik yang tersebar di atas lahan seluas 24 hektar yang dapat menghasilkan daya listrik sebesar enam megawatt. Daya listrik sebesar itu mampu mencukupi kebutuhan listrik 4000 rumah tangga di Jerman selama setahun.

MANDIRI ENERGI DENGAN MENANAM JARAK

Beberapa waktu terakhir pemerintah telah menyikapi ancaman krisis energi dan mencoba melalui serangkain program diantaranya pencanangan desa mandiri energi. Bentuk program ini masyarakat desa menanam pohon jarak pagar (jatropa curcas) kemudian mengolah bijinya untuk dijadikan minyak yang bisa menggantikan bahan bakar minyak tanah dan solar. Sebagai percontohan yang secara langsung dicanangkan oleh presiden ada di Grobogan.

Dengan program desa mandiri tersebut diharapkan masyarakat pedesaan tidak bergantung pada bahan bakar minyak, khususnya minyak tanah, untuk kebutuhan sehari-harinya.Pemerintah memprogamkan, tahun 2010 mendatang, sebanyak 1000 desa di seluruh Indonesia akan mandiri dalam hal penyediaan sumber energi listrik. Pemerintah akan mengembangkan pembangit listrik skala mikro, baik dengan sumber daya angin, matahari, bio-gas dan kombinasi hal-hal tersebut.

Meskipun secara resmi dicanangkan awal tahun 2007 sebenarnya tanaman jarak sudah lama digunakan. Bahkan di Pulau Nusa Penida sudah ada pembangkit Listrik tenaga jarak. PLT tersebut merupakan hasil kerjasama PLN dengan Pemkab Klungkung.

Buah jarak, lanjutnya, bisa menjadi biofuel, untuk menggantikan BBM, yang harganya lebih murah. Selain masyarakat diberi bibit dan dibimbing cara menanamnya, hasil panen mereka juga dibeli oleh PLN. Dari hasil uji coba lanjut Adnyana, ternyata PLT Jarak memiliki suhu gas buang yang lebih rendah dari BBM.

Ada berbagai alternatif sumber daya penghasil energi terbarukan yang ada di negeri ini. Sebenarnya dengan kondisi tersebut Indonesia tak perlu lagi kuatir akan kekurangan energi. Di Indonesia pemanfaatan energi terbarukan dapat digolongkan dalam tiga kategori. Yang pertama adalah energi yang sudah dikembangkan secara komersial, seperti biomassa, panas bumi dan tenaga air. Yang kedua, energi yang sudah dikembangkan tetapi masih secara terbatas, yaitu energi surya dan energi angin. Dan yang terakhir, energi yang sudah dikembangkan, tetapi baru sampai pada tahap penelitian, misalnya energi pasang surut.

 
Fathoni Arief
(dari berbagai sumber)

Comments

Fathoni Arief said…
Semoga Kemandirian Energi Benar2 bisa Terwujud...
Solar Sel said…
Saatnya kita beralih ke energi alternatif yang bersih dan efisien..