Skip to main content

Banyak Cerita Tentang Sebuah Cerita (bagian keempat)

Bagian Keempat

Akhirnya kereta yang telah lama ditunggu datang juga. KRL tujuan akhir stasiun Jakarta kota itu dipadati oleh penumpang. Kebanyakan mereka berjubel di dekat pintu keluar. Dengan sedikit perjuangan aku berhasil masuk ke dalam gerbong kereta api kelas ekonomi itu. Yah wajar, dengan karcis yang hanya seribu rupiah tak patut aku menuntut lebih banyak. meskipun geram juga melihat kinerja dari pengelola-pengelola kereta di tanah air. Tak hanya kelas ekonomi, di kelas eksekutif terkadang pelayanan yang kurang baik juga ditemui. Jangankan memenuhi standar pelayanan untuk datang dan tiba tepat waktu saja sering kali tak bisa dipenuhi. Heran juga ternyata cerita di lagi Iwan Fals yang diciptakan belasan tahun lalu hingga kini kondisinya masih sama saja. "Biasanya kereta terlambat......."

Selalu saja ada banyak hal yang unik ketika memasuki gerbong kereta. Gerbong kereta memiliki banyak cerita, di sanalah dunia kecil itu ada.

Aku sengaja masuk agak jauh dari pintu keluar. Lokasi itu memang titik rawan kalau tak waspada dalam hitungan detik barang-barang bisa melayang, katanya. Meskipun ditempatku berdiri kewaspadaan masih harus tetap terjaga pula. Tak lama kemudian kereta berjalan. Dunia kecil dalam gerbong kereta itupun memulai ceritanya.

Seorang penjual koran yang umurnya kira-kira masih 15 tahunan berseliweran jajakan dagangannya. Masih setumpuk, nampaknya dagangannya belum banyak berkurang. Entah lelah atau apa bocah penjual koran itu menaruh tumpukan korannya kemudian duduk sesaat kemudian datang penjual koran lain yang mungkin usianya sebaya dengannya. Iapun turut duduk dan keduanya tertawa-tawa. Entah tertawa karena ada yang lucu atau menertawakan kejamnya hidup.

Aksi dunia kecil dalam gerbong masih berlanjut. Dua orang pengamen dengan membawa tape karaoke memulai aksinya. Pengamen itu seorang bapak-bapak dan wanita muda kira-kira usianya 25an. Bapak-bapak itu dibantu oleh wanita muda untuk berjalan. ia buta, dengan membawa tape kecil dan diiringi musik dangdut ia memulai aksinya. Sambil bernyanyi mereka berjalan dan wanita muda itu menyodorkan plastik bekas bungkus permen besar untuk menampung sumbangan dari para penumpang. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul setengah empat. Aku hanya menarik nafas panjang. membuang segala kejengkelan ini.

Dibelakangku tangan kecil menyenggol kakiku. Gadis kecil berusia mungkin belum genap 8 tahun. berpakaian dekil namun badannya tidak kurus. Ia mendatangi satu demi satu penumpang dan meminta belas kasihan. Inilah kejamnya ibukota.

Pukul empat kurang seperempat kereta sudah sampai di stasiun Juanda.Aku terus mempercepat langkahku menuju sebuah kantor lembaga di bawah pemerintah yang terletak tak kira-kira 500 meter ke arat barat.

Akhirnya tugas hari ini sudah kutuntaskan...

(Bersambung)

MF. Arief

Comments