Skip to main content

GADIS JAMBU

Tak tahu darimana asalnya rasa. Rasa sebuah sensasi yang terkadang nyelonong begitu saja hingga dan tiba-tiba saja berubah dengan cepatnya menjadi pengalaman duka atau bahagia. Rasa seperti bintang-bintang yang terletak di antara langit yang luas. Adakalanya sangat indah mengingat rasa dan sering juga menyiksa bagi yang pernah terluka karena rasa. Tragis benar, sungguh malang. Apakah ini yang dinamakan dengan sebuah realitas?


Sebuah kenyataan yang terjadi dan benar-benar terjadi. Inikah yang dinamakan dengan takdir? Satu-satu sahabatpun pergi, dan mungkin saja mereka tak akan pernah kembali. Kehilangan sahabat, teman, orang tercinta yakinlah itu adalah sebuah kenyataan yang terkadang harus kita alami. Yang bisa kita lakukan adalah menelan pil pahit kenyataan tersebut.

Senja mulai menampakkan dirinya dari ufuk Barat. Terlihat rombongan burung-burung yang menuju tempat persinggahannya. Perlahan tapi pasti langit mulai gelap dan dari corong-corong musholla, surau, langgar atau masjid telah berkumandang bunyi adzan tanda tibanya waktu menjalankan sholat Maghrib. Di rumah-rumah telah diterangi lampu-lampu neon yang menggantikan cahaya sang surya.

Takjub, benar-benar maha kuasa yang mengatur semua itu! Sang penguasa alam yang maha segala-galanya sebagai pencipta dan pemusnah alam ini. Semuanya kejadian dan peristiwa yang terlalu berat dan sangatlah rumit untuk difikirkan dengan akal manusia.

Aku masih berdiri di sini; teras depan rumahku. Mata ini masih tertuju pada pohon itu. Sebuah pohon yang tumbuh di pojok samping kanan depan rumahku. Batang pohon yang sudah termakan usia dan menjadi rebutan para rayap-rayap. Pohon itu benar-benar kering, tak berdaun lagi dan mungkin saja sebentar lagi akan menjadi potongan-potongan kecil untuk dijadikan kayu bakar.

Pohon jambu gelas entah apa nama latin bagi tanaman ini. Tanaman yang dulunya sempat berjaya dengan hasil buahnya yang melimpah, begitu banyak hingga seringkali berjatuhan dan terbuang begitu saja di tempat sampah. Kini lihatlah dengan pohon ini, mati dan tak ada kehidupan selain mahluk-mahluk yang berada di dalamnya; dunia rayap. Di sebuah batangnya yang besar dulunya tempat anak-anak kecil bermain dan melepas lelah sepulang dari kegiatannya di sekolah. Pohon yang selalu di panjat dan sambil makan buah yang ada saat itu begitu kuat dan kokohnya pohon ini. Angin yang bertiup ditambah dengan kesegaran buah-buahan yang dipetik langsung dari pohonnya sungguh mampu memberikan cita rasa yang sangat luar biasa. Lelah, penat seharian beraktivitas hilang begitu saja seiringdengan bertiupnya angin.

Di sini, pohon ini, terukir sebuah kisah. Sebuah kisah tentang anak manusia, dengan suka dan duka yang pernah dialaminya saaat pohon ini masih menjulang dengan daun-daun yang menghijau dan buah-buahan lebatnya.

Pohon jambu gelas, yang dulunya pernah berbuah begitu lebatnya. Kini sudah mati dan layu. Dipohon itu dulu tempatku melepas lelah sepulang sekolah. Pohon itu kupanjat sambil makan aku duduk didahan yang kuat. Angin yang bertiup ditambah segarnya buah jambu seakan mampu menghilangkan rasa penat dan capek selepas seharian penuh berputar dengan pelajaran disekolah.

Pohon yang penuh dengan cerita. Ada duka, suka, sedih banyak hal yang dulu pernah terjadi. Pohon jambu inilah saksi dari semuanya.

Sebuah bibit pohon jambu telah tertanam dihalaman rumahku. Tak tahu siapa yang membawanya, hanya ada sebuah pesan yang mengatakan aku harus merawatnya. Disini kau kan temukan arti kedewasaan diri. Aku tak mengerti apa maksud semuanya maklum aku baru berumur enam tahun benar-benar hanya seorang yang masih ingusan.

Hari demi-hari, bulan-demi bulan aku merawat dan menunggu pohon itu. Aku terus saja mendapat bisikan untuk terus merawat pohon itu. Sabar-sabar dan sabar, rutinitas tentang pohon jambu yang makin lama membuat bosan dan menjengkelkan.

Hal-hal yang menjengkelkan hilang begitu saja sampai saatnya datang sosok itu. Sosok cantik yang selalu lewat saat diriku menghilangkan daun-daun itu. Sosok itu lewat begitu saja.

Bertahun-tahun aku tiap pagi dan sore sengaja aku tunggu sosok itu. Tiap kali dirinya lewat aku coba tersenyum padanya, ia tak membalas hingga hatikupun jatuh seperti jatuhnya daun-daun jambu yang aku bersihkan.

Saat itupun tiba. Kesempatan yang datang padaku. Sosok itu berhenti, menoleh padaku dan melihat rimbunan buah-buahan yang mulai memerah.

"Ada apa, kesini nanti kuambilkan buah-buahan masak yang paling enak buatmu",

Dia pun datang padaku. Dirinya hanya mengganggukkan kepalanya. Segera kutaruh sapu lidi yang sedari tadi kupegang. Dengan cekatan segera kupanjat pohon itu.

Begitulah dirinya selalu saja lewat dan hanya berhenti tatkala pohon jambu itu mulai berbuah. Bertahun tahun hal tersebut terjadi. Selama itu pula aku begitu mengaguminya, walaupun aku juga tak pernah mengenal siapa sebenarnya sosok itu.

Gadis jambu begitu selanjutnya aku memanggilanya. Sosoknya selalu berbunga dan berbuah beriringan dengan berbuahnya pohon jambu itu. Saat itu pula hatiku berbunga-bunga karena tahu gadis jambu akan datang.

"Gadis jambu kau begitu cantik dimana sebenarnya rumahmu?’ Tanyaku padanya. Dia hanya terdiam tak bernah berkata selain perubahan pada pandangannya.

"Jangan kuatir gadis jambu. Aku akan merawat pohon ini, sampai saat kau mau membuka mulut dan bicara padaku".

Begitulah gadis jambu ia hanya terdiam dan lagi-lagi dirinya pergi meninggalkanku. Aku rasakan sesuatu yang berbeda ketika melihat gadis jambu.

Perasaan yang terjadi selama proses tumbuhnya pohon dan gadis jambu. Saat gadis jambu masih berpakaian merah putih, putih biru hingga kini saat aku dan dia punya kostum yang sama, putih abu-abu.

Sudah dua tahun Gadis Jambu tak datang di halamanku. Selama itu pula aku menunggunya. Saat ini pohon jambu yang ada dihalamanku mulai berbunga, harapanku gadis jambu mau mampir barang sebentar kerumahku.

Pohon itu kutunggu sampai dia berbuah. Tiap hari diriku ada dibawahnya. Sore dan pagi hariselalu siap dibawahnya bersihkan dedaunan yang ada. Habis Ashar sampai Maghrib aku menunggu dibawah pohon jambu itu, menunggu gadis jambu.

Hari ketiga semenjak pohon itu berbunga, apa yang kuharapkan datang juga. Gadis jambu datang kembali, kini dirinya tak hanya berdiri dia mendatangiku duduk dismpingku sambil melihat pohon jambu itu.

Hari berikutnya hal demikian yang terjadi. Gadis jambu terasa sangat dekat denganku. Kita selalu duduk dibawahnya menanti saat jambu itu berbuah dan menikmatinya bersama. Mungkin itu yang ada difikirannya dia masih saja terdiam walaupun kini sudah dekat.

Saat yang kami tunggu tiba. Saat pepohonan itu buah-buahnya telah membesar. Dia tersenyum padaku. Kupanjat pohon itu meraih buah-buah terbaik. Kuberikan buah itu padanya. Dia buka buah itu buah yang kubawa ternyata rusak, semuanya ruasak tak dapat diamakan lagi.

Gadis jambu melempar buah-buah itu. Sesaat dia memandangku hingga kemudian dia meninggalkanku. Dia pergi jauh dan selama rentang waktu tak pernah kujumpai.

Hari demi hari gadis jambu tak muncul lagi. Setahun dua tahun, tiga tahun, tiga tahun, dan saat ini sudah lima tahun sejak menghilangnya gadis jambu.

Halaman yang ada didepan rumah kini sudah nampak bersih. Pohon jambu yang meninggalkan batangnya itu sudah ditebang, buat kayu bakar.

Kenanganku kembali teringat pada gadis jambu. Dimana sekarang dirinya? Bagaimana sekarang parasnya apakah dia menjadi semakin cantik? Sudah lima tahun lebih dirinya menghilang, bersama dengan matinya pohon jambu ini.

"Gadis Jambu!" Ah ternyata aku tertidur.

Kulangkahkan kaki keluar pintu depan rumahku. Dikejauhan nampak seorang melewati jalan depan rumahku. Kuamati pekarangan disekitar tempat rumahku. Didekatu kulihat seorang gadis yang sosoknya pernah kukenal dia duduk didekat pohon mangga yang tumbuh dipekarangan tetanggaku.

Gadis itu berkerudung biru. Dia sedikit lebih kurus. Apakah dia gadis jambu?

"Gadis Jambu!" Aku mendekatinya dan memandangnya kuamati dirinya.

"Gadis berkerudung biru, apakah kita pernah bertemu?"

" Ada apa saudara?"Jawabnya. Aneh sedari dulu baru sekarang aku mendengar suaranya.

"Apakah kau gadis yang dulu sering ketempatku. Kaukah gadis jambu?"

Dia hanya menggelengkan kepalanya. Dirinya mengajakku masuk kedalam rumah yang kukira adalah rumahnya. Dia menunjukkan sebuah lemari besar yang nampaknya adalah lemari es.

"Maukah kau lihat isinya?"

Dibukakannya lemari besar itu. Saat dibuka kulihat kumpulan buah-buah jambu yang menggiurkan.

"Saudara kini aku bukanlah gadis jambu. Kukembalikan semua jambu yang dulu pernah kau berikan."

"Apa maksud semua ini?"

"Aku tidak pernah memakan jambu-jambumu. Aku datang ketempatmu karena iba melihatmu, aku membawa jambumu untuk memastikan dirimu membersihkan dedaunan yang ada dihalamanmu."

"lalu?"

"Aku sebenarnya sangat membenci jambu dan hanya menyukai buah mangga."

Aku terdiam, menyesal mungkin terlalu lama waktu yang kuhabiskan untuk membesarkan pohon jambu yang ternyata begitu ia benci. Diriku pergi begitu saja, aku lari dan berteriak melampiaskan sebagian kemarahan yang ada.

Kudatangi batang pohon jambu yang telah ditebang tadi. Kuambil minyak tanah dan kubakar, asap mengepul kayu mulai jadi arang dan akhirnya jadi abu. Mungkin saja dengan membakar batang pohon ini mampu menghilangkan kenanganku atas gadis jambu. Di kejauhan Gadis jambu hanya tersenyum kecil melihatku didekatnya seorang pangeran gagah memegang erat tangannya memandangiku dan sesaat tertawa lepas seakan mengiyakan kekalahanku.

Comments