Yogya Malam Ini

Dingin, hanya satu kata itu yang paling tepat menjelaskan semuanya saat ini. Guyuran hujan beberapa saat yang lalu memang membuat Yogya begitu basah dan hawa dingin yang menembus hingga ketulang.

Di perempatan MM UGM motor yang kami kendarai dipaksa berhenti oleh traffic light. Tak jauh dariku dipinggiran jalan kulihat anak jalanan yang asyik dengan segelas the panasnya. Nampak sekali ia begitu menikmatinya, satu2nya yang bisa membantu mengurangi hawa dingin malam ini. Meskipun masih basah oleh bekas air hujan ia tetap bertahan di perempatan ini. Bertahan mengumpulkan receh demi receh uang logam hanya sekedar untuk bertahan dari kelaparan dan kerasnya kehidupan.

Tak beberapa lama kemudian siklus lampu itu kembali pada lampu hijau. Motor kamipun kembali melaju berbelok ke kanan menyusuri jalanan depan Universitas Gadjah Mada. Di kanan kiri masih nampak pembeli yang menjejali warung-warung lesehan. Aroma makanan yang dibakar atau digoreng turut mewarnai jalanan kampus ini.

Kendaraan beroda dua ini terus membelah keramaian jalan Kaliurang. Pandanganku tertuju pada sebuah warung disalah satu pojok kampus. Sebuah warung di samping Bank Mandiri. Perasaan yang bergejolak tiap kali melihat warung itu. Ada sebuah rahasia yang mungkin kusimpan saja sendiri dan biar perlahan hilang ditelan zaman.

Traffic light perempatan Mirota kembali menghentikan kendaraan kami. Di sini kulihat lagi sisi lain pemandangan kota Yogya. Kisah lain yang seringkali terabaikan. Seorang tua yang duduk di tepi jalan dengan balutan baju plastic yang melindunginya dari guyuran hujan. Lampu terburu-buru hijau saat hatiku bergejolak untuk melmpar rcehan uang. Selain hijau posisi kendaraan kami terlalu jauh dan dibelakang orang-orang sudah mulai memencet klakson kendaraan utnuk segera lanjutkan perjalanan. Kendaraan kami kembali melaju. Perjalanan menuju Gedongkuning mencari sebuah alamat yang sedang dicari temanku.

Sepanjang perjalanan ada banyak diskusi dan obrolan. Semua tentang apa yang aku alami, dia alami dan impian serta keinginan. Sebuah respon atas apa yang saat ini kami alami. Topiknya lebih banyak didominasi oleh keluh kesah susahnya para sarjana yang terombang-ambing dalam pencarian kerja.

Yogya memang nampak sepi malam ini. Mungkin orang lebih memilih menikmati malamnya didalam rumah sambil menonton televise, menikmati makanan dan baju-baju hangat.

Gelap, sebuah alasan yang memaksa kami kembali ke kontrakan, maklum mata sama-sama minus. Dua orang bermata bawur yang melihat dalam kegelapan. Walaupun sebenarnya kita sudah di sekitar lokasi namun karena alamat tersebut kurang begitu jelas pencarian dilanjutkan besok pagi.

Rute perjalanan menuju kos agak beda dengan tadi. Kali ini kami coba menikmati suasana Yogya di malam hari. Ada satu kata yang harus kuakui “ Indah”, Yogya begitu indah dengan sejuta pesona yang membuatkukerasan untuk berlama-lama ada di kota ini.


5 Februari 2007