Skip to main content

Menulis Itu Panggilan Jiwa

Menulis sudah menjadi bagian dari kehidupan saya, bukan hanya karena saya pernah menjadi seorang pewarta namun jauh sebelum itu sudah ada keinginan untuk merangkai kata baik dalam bentuk prosa maupun puisi. Kalau ditanya kapan persisnya saya bingung juga menjawabnya yang jelas keinginan menulis muncul seiring dengan kegemaran saya membaca.

Membuka buku, majalah, atau media online bagi sebagian orang mungkin membosankan tapi tidak bagi saya. Saya lebih betah berlama-lama di toko buku daripada jalan-jalan di mall atau pusat perbelenjaan.
Dari membaca akhirnya saya tergerak menulis, meskipun awalnya saya tak tahu cara menulis yang benar. Saya masih ingat tulisan pertama kali yang benar-benar ungkapan ide dan unek-unek adalah saat duduk di bangku SMU. Meskipun sejak SD, saya menerima pelajaran Bahasa Indonesia dan hampir tiap kali ujian ada tes mengarang, hal tersebut awalnya kurang saya nikmati. Jadinya menulis hanya keterpaksaan dan yang tersisa hanya rentetan kata tanpa makna.

Ketika memasuki bangku kuliah hobi menulis saya makin menjadi-jadi. Tinggal di Jogja, membuat saya terinspirasi dengan banyak hal dan tentu saja makin banyak membaca karya penulis lain. Saya masih ingat penulis yang pertama kali menginspirasi saya adalah Emha Ainun Najib. Satu demi satu karyanya saya baca dan entah kenapa tulisan saya “ikut-ikutan” gaya cak Nun, walaupun saya tahu masih kacau.

Cerita pendek adalah karya tulis yang pertama kali saya buat sewaktu duduk di bangku kuliah. Ada beberapa karya yang terinspirasi dari kejadian sehari-hari yang saya alami, salah satunya Gadis Jambu. Selanjutnya seiring makin banyak saya “makan” pahit getirnya kehidupan karya-karya lainpun menyusul. Pernah suatu rentang waktu saya begitu produktif menulis. Saya begitu bersemangat dan bertekad suatu saat karya saya harus muncul di media. Satu demi satu karya saya hasilkan dan mengirimkannya ke berbagai media hasilnya nihil. Di saat mulai goyah semangat saya menulis satu kabar bahagia datang ketika satu cerpen saya “Darah Jawa” dimuat di web Radio Netherland dan masuk kompilasi cerpen yang dibukukan oleh salah satu penerbit ternama. Hal yang membuat saya makin bahagia di buku tersebut selain saya muncul nama-nama penulis yang sudah ternama. Betapa bahagianya saya waktu itu.

Karena makin gandrung menulis sayapun pernah menjadi wartawan pendidikan, wartawan ekonomi dan meliput peristiwa dan mewawancarai tokoh penting. Pengalaman hidup yang tak bisa ternilai dengan angka rupiah.

Bertahun-tahun bergelut dengan tulisan saya pun memasuki masa jenuh. Di masa-masa ini sangat jarang artikel yang muncul di blog-blog saya. Sebenarnya saya sudah mencoba merangkai kata tapi entah rasanya begitu susah menulis satu atau dua paragraf saja. Hingga akhirnya saya menemukan “kesenangan” dan kebahagiaan dalam menulis lagi. Semoga saja kedepan semakin banyak buah fikiran saya yang berguna dan bukan hanya jadi sampah di dunia maya saja. Menulis itu panggilan jiwa. Karena itu kalau sudah ada “panggilan” akan muncul kata demi kata yang bisa terangkai dengan sendirinya.


Berbagi takkan pernah membuatmu merugi

Karanggede, 7 Januari 2015

Comments